Monday, December 31, 2012

The World in Your Hand



          

Penyerbuan Alien dari Planet Gagarin
 oleh Nelfi Syafrina



       Pagi itu TelkomCity gempar! Lima pesawat UFO dari planet Gagarin mendarat di bukit Melon Indonesia. Penduduk Telkomcity ketakutan. Suasana sangat menegangkan. Suara desingan pesawat melayang di atas atap rumah penduduk terdengar memekakkan telinga.
            Walikota Gregory ikut panik. Saat itu ia sedang berada di kantornya. Pengawalnya menyalakan Televisi Telkom Vision. Terlihat reporter melaporkan keadaan bukit Melon Indonesia yang hancur di beberapa bagian akibat serangan alien-alien dari planet Gagarin itu.
            Di tempat lain, Super Speedy juga menyaksikan kemuncula pesawat makhluk aneh itu melalui Telkom Vision. Super Speedy geram. “Apa yang kalian inginkan dari kota kami?!”
            Tanpa membuang waktu lagi Super Speedy langsung menuju Bukit Melon Indonesia. Ketika menuju ke sana walikota Gregory menghubunginya menggunakan Telkom flexi.

Thursday, December 27, 2012

Olala… itu Gigi Abang Dek!



                                       
 Cerita tentang Hauzan saat berumur 8 bulan semoga bermanfaat untuk teman-teman semua. ^_^

        “Jangan lepaskan pengawasan Anda dari batita.” Ini kutipan artikel parenting yang kubaca beberapa hari lalu. Aku mengangguk-angguk membenarkan tips itu. Karena kejadian yang lumayan “heboh” pernah kualami bersama Hauzan, batitaku yang berusia 20 bulan.

Monday, December 24, 2012

Nagiga : Menulis Adalah Profesi Yang Sangat Menjanjikan


Alhamdulillah profil mbak Nagiga Nuryati yang saya tulis dimuat di Haria Analisa Medan, Minggu 23 Desember 2012. Berikut profil tersebut saya posting untuk Anda. *_^ 
Nama lengkapnya Nur Ayati. Dia adalah salah satu penulis senior cerita anak. Beliau mempunyai nama pena Nagiga. Istri dari Kuntardjo Sostro Dihardjo ini lahir dan besar di Jakarta. Saat ini beliau sudah menghasilkan lebih dari 200 judul buku. Sebagian besar buku-buku itu adalah buku cerita anak. Hampir semua buku yang ditulisnya adalah buku solo. Hanya ada beberapa buku yang ditulis duet bersama psikolog dan dokter.

Sunday, December 23, 2012

Thursday, December 20, 2012

Hilangnya Gairah Memilih di Pilkada Bekasi 2012



                                                                                      

            Pagi ini, pukul 9.00 WIB saya dan suami berangkat menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) RW 21 Pesona Anggrek, Harapan Jaya, Bekasi Utara. Sebagaimana kita ketahui hari Minggu ini adalah hari yang paling menentukan bagi kehidupan berdemokrasi di Bekasi tempat saya tinggal.
            Sengaja saya memilih berangkat agak sedikit siang, agar tidak mengantri terlalu lama. Benar saja, ketika saya sampai di TPS, hanya ada sepasang suami istri tetangga saya yang menunggu giliran untuk menentukan hak pilihnya. Sementara puluhan kursi yang disiapkan panitia untuk mengantri terlihat kosong.
            Setelah bertegur sapa sebentar, saya pun memberikan kartu tanda pemilih pada petugas pendaftaran. Sambil menunggu, saya dan tetangga saya tadi berbincang ringan, mulai dari sepinya TPS ini hingga tentang calon pemimpin yang akan kami pilih.
This entry was posted in

Tuesday, December 18, 2012

Kuda Laut yang Unik


  “Itu lihat ada kuda laut!”seru Ana sambil menunjuk kuda laut yang sedang berenang didalam aquarium besar. Hari Minggu ini Ana dan seluruh anak panti asuhan Darul Qalam sedang menikmati liburan di Sea Word.
     Dengan antusias teman-teman Ana melihat kearah yang ditunjuk Ana. Benar, mereka melihat sekumpulan kuda laut yang asyik berenang. Tapi… lucu ya, kuda laut berenang dengan tubuh tegak. Subhanallah ! tahukah kalian beberapa keunikan yang diberikan Allah untuk kuda laut.

Semua Karena Cinta



                                           
Permintaan Syifa
     Tak pernah terbayangkan sebelumnya aku akan menjadi ibu yang mengantar anaknya sekolah dengan menggunakan motor. Dan akan menjadi ibu yang menghabiskan sebagian waktunya dijalanan.
     Setelah memutuskan resign dari pekerjaanku sebagai perawat di sebuah RS swasta di Bekasi, untuk menjadi ibu rumah tangga dan merawat anakku.  Suami membelikan sebuah sepeda motor matic untuk keperluanku menggantar Syifa anak kami ke sekolah.

Saturday, December 1, 2012

Pagi Berkabut di Bukittinggi


   Lebaran tahun ini saya pulang ke kampung halaman saya di Bukittinggi setelah 4 tahun tidak berkunjung. berikut cerita saya tentang Bukittinggi sekarang. Selamat membaca. ^_^
                                                 ***
   Seperti biasa, suasana pagi di Bukittinggi kota kelahiran saya begitu tenang, dingin dan berkabut. Saya dan keluarga kecil saya baru beberapa hari ini kembali menikmati dinginnya udara kampung halaman kami. Pagi ini, saya mengajak keluarga kecil saya jalan-jalan ke Ngarai Sianok. Sekitar 15 menit menggunakan kendaraan pribadi dari rumah kami.

Sunday, November 11, 2012

Profil Mbak Fitria Chakrawati di Harian Analisa Medan




Foto: Wow, Fita masup koran Analisa. Selamat ya. Selamat juga utk Nelfi penulis profilnya.
               Ingin Menjadi Ladang Pahala, Alasan Fita Menjadi Penulis
                                                    Oleh : Nelfi Syafrina
        Kali ini kita berkenalan dengan Kak Fitria Chakrawati biasa disapa dengan Fita. Wanita kelahiran Semarang ini suka menulis sejak usia belia. Ketika berusia 6 tahun dia belajar mengetik cerita dengan menggunakan mesin ketik ayahnya. Saat kuliah di S1 Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP beliau aktif di majalah kampus.
        Penikmat wisata kuliner ini mulai serius menekuni dunia tulis menulis sejak tahun 2006, ketika anak pertamanya berusia 2 tahun dan hampir lulus dari MM UGM. Awalnya tulisan yang dikirim ke media hanya sebagai menyalurkan hobi saja. Ketika tulisan itu diapresiasi media dengan memberikan fee, akhirnya kakak kita yang hobi traveling dan membaca ini memutuskan untuk menjadikan menulis sebagai profesinya.

Saturday, November 3, 2012

Akhirnya Terbit Juga My Aunt is Super Fun, Karya Syifa Ananda



Subhanallah walhamdulillah, itulah kata-kata yang keluar dari mulut saya ketika paket buku bukti terbit karya Syifa Ananda putri saya sampai di rumah. Sebenarnya naskah Syifa yang saya kirim ke Bentang Pustaka termasuk cepat diterbitkan. Karena seingat saya, waktu itu saya mengirim naskah di bulan Juni, lalu bulan Juli editor Bentang Belia yang bernama Kak Susan menghubungi saya via email. Beliau mengatakan bahwa mereka akan menerbitkan naskah Syifa dengan catatan Syifa diminta merevisi beberapa bab dalam naskahnya itu.
Alhamdulillah selama bulan Ramadhan, tepatnya bulan Agustus, diselingi sekolah dan kegiatan lainnya, Syifa berhasil menyelesaikan revisi tersebut. Hal ini sangat menggembirakan saya. Mungkin sebagian orang berpikir bahwa waktu sebulan cukup lama untuk sebuah revisi dan menambah beberapa halaman. Tapi tidak bagi Syifa. Layakny ABG yang mood menulisnya sedang jatuh ke titik nol, saya membutuhkan beberapa jurus untuk memintanya melakukan revisi itu. Syifa anak yang cukup tegas dengan pendiriannya. Dia benar-benar menolak permintaan saya, walau saya mengiming-imingi, nanti dari penjualan buku Syifa akan mendapat royalti yang lumayan. Ditambah nanti akan mendapat banyak teman dan berbagai bujukan lainnya. Syifa tetap bergeming.
Alasannya karena dia nggak mau diburu waktu alias dikasih tenggat. Selain itu dia juga sudah lama tidak menulis, karena kesibukannya di sekolah sebagai reporter majalah sekolah. Ditambah lagi eskul dan les yang membuatnya semakin malas merevisi naskahnya. Untunglah Allah akhirnya melembutkan hati Syifa,di tengah keputusasaan saya membujuknya selama beberapa hari, akhirnya dia mau mengerjakan tugasnya.
Tak terbayangkan senangnya hati saya. Buah dari kerja kerasnya selama dua minggu itu,akhirnya dapat dipetik sekarang. Buku pertama karya Syifa akhirnya terbit. Satu lagi alasan yang membuat Syifa tidak ingin merevisi naskah ini adalah karena dia menulis naskah ini ketika dia berumur 10 tahun. Sementara saat  ini umurnya hampir 13 tahun.
Saya akui saya yang tidak begitu memperhatikan file komputer milik Syifa, sehingga saya hampir saja melewatkan beberapa tulisan Syifa.  Ketika menemukan file naskah ini pun saya masih tidak percaya, bahwa ternyata selama ini Syifa masih meneruskan hobinya menulis. Walau sekarang sudah tidak lagi karena kesibukannya di sekolah.
Menurut Syifa, dia tidak mau menulis lagi, karena tidak ada satu pun tulisannya yang diterbitkan. Sungguh sedih mendengar penjelasannya itu. Memang ada 2 naskah Syifa sebelumnya ditolak oleh penerbit. Untuk seorang anak ini memang sangat sulit. Tapi setidaknya saya belum terlambat menemukan filenya yang lain.
Beginilah file itu sekarang. Menjadi sebuah buku yang seru dan penuh makna. Silakan membacanya untuk melihat keseruan dalam tulisan Syifa. Semoga pembaca cilik terhibur dan mendapatkan 'sesuatu' dari buku Syifa ini.
Pesan saya pada orang tua, rjin-rajinlah melihat file komputer anak Anda. Mungkin saja mereka menyimpan 'berlian' di dlam file tersebut.
 Selamat membaca. ^_^

Wednesday, October 24, 2012

Memanfaatkan Produk BRI Syariah

Sudah hampir satu bulan adik ipar saya menerima kondisi kesehatannya. Pasca serangan jantung yang dialaminya tempo hari, praktis semua kegiatannya terhenti. Dia yang biasanya sebagai kepala keluarga, pergi pagi dan pulang malam untuk berjualan keliling kampung, terpaksa harus berdiam diri di rumah. Hal ini tentunya tidak membuatnya nyaman. Karena hidup terus berjalan, sementara dia juga tidak mungkin bisa menerima bantuan selamanya dari kami saudaranya. Apalagi kami juga mempunyai keluarga masing-masing.
         Hingga beberapa hari yang lalu saya memberikan saran kepada istrinya untuk membuat usaha kecil-kecilan di rumah. Entah menjual masakan lauk pauk dan dijual keliling, atau menjual mainan anak-anak di sekolah. Tentunya si istrilah yang harus lebih banyak menjalani usaha itu dibanding suaminya. Karena seperti kita ketahui, penderita sakit jantug tidak bisa bekerja berat dan kelelahan. Demikian yang dikatakan dokter pada adik ipar saya itu. Apalagi waktu itu dokter berpendapat, adik ipar saya itu harus melakukn operasi pasang cincin di saluran pembuluh darah jantungnya. Operasi dengan biaya yang tidak sedikit. Dan Hal ini belumbisa kami lakukan sekarang, karena keuangan yang belum mencukupi.
This entry was posted in

Saturday, October 20, 2012

Rasulullah Is My Doctor by Jerry D. Gray


 


   Sebenarnya sudah lama buku karya Jerry D. Gray ini saya beli. Namun baru beberapa hari ini saya sempat membacanya dengan seksama. Buku yang berjudul Rasulullah Is My Doctor itu membuka mata saya terhadap pengobatan modern yang selama ini saya jalani. Saya mnderita penyakit maag kronis. Entah sudah berapa puluh botol obat maag saya minum demi menyembuhkan penyakit saya itu. Namun penyakit itu tak kunjung hilang. Yang ada saya sering bertambah lemah. Perasaan pusing dan hampir jatuh sudah menjadi bagian dari hari-hari saya.   

Tuesday, October 16, 2012

Resensi Kania's Dream oleh Mbak Dewi Yas Marina

Hadiah Liburan ke Pulau Socotra



Hamzah dan buku Kania's Dream

Judul Buku: Kania’s Dream

Pengarang: Nelfi Syafrina

Penerbit: DAR! Mizan

Cetakan: I, Januari 2012

Tebal: 196 halaman

Kania suka sekali memanjat pohon. Selama berjam-jam ia duduk di dahan pohon jambu Pak Rahman sambil memandang Gunung Marapi dan Singgalang. Ketika Kania tahu uniknya bentuk pohon-pohon di Pulau Socotra, ia ingin sekali pergi ke sana. Ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan lomba memasak di kotanya yang berhadiah liburan ke Pulau Socotra.

Sunday, October 14, 2012

Profil Ina Inong di Harian Analisa Medan (14-10-2012)



                                       Ina Inong, Tidak Cepat Puas dengan Hasil yang Diperoleh
                                                                oleh : Nelfi Syafrina

             Berawal dari hobi membaca sejak kecil, kakak kita yang satu ini mulai menjadikan menulis sebagai profesi sejak tahun 2006. Wanita berjilbab bernama lengkap Grace Marina Sophia Alexandra L.Tobing ini, lahir dan besar di Bandung. Tapi jangan berpikir kalau nama itu yang akan kalian temukan di setiap buku karyanya. Karena beliau biasa menggunakan nama penanya yaitu Ina Inong. Hanya satu buku saja yang menggunakan nama Marina. 

Saturday, October 6, 2012

Gulai Jantung Pisang Cocok Untuk Diet

           Jantung pisang sepertinya tidak bermanfaat. Bahkan sering dibuang. Namun di kampung kelahiran saya, jantung pisang diolah menjadi sayur untuk disantap bersama nasi dan lauk. Waktu saya kecil, nenek sering memasak gulai jantung pisang untuk kami sekeluarga. Bahkan Gulai Jantung Pisang menjadi makanan khas di kampung saya.

         Menurut saya rasanya tawar. Jika kita bisa mengolahnya dengan baik dan benar, maka gulai jantung pisang ini akan sangat nikmat bila disantap bersama nasi hangat.

This entry was posted in

Saturday, September 29, 2012

Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran

        Belakangan ini sering kali kita mendengar kejadian tawuran remaja di mana-mana. Sungguh miris mendengar dan melihat berita ini. Saya sebagai ibu dari 3 orang anak, ikut merasa deg-degan membesarkan anak-anak saya. Apa sesungguhnya yang terjadi dengan bangsa ini? 

      Lepas dari itu semua, saya berpikir mungkinkah Pemerintah menetapkan peraturaran wajib militer bagi seluruh anak laki-laki di negara ini? Seperti yang dilakukan pemerintahan Korea, Cina dan negara lain.

       Pikiran seperti itu muncul dari pemikiran saya setelah melihat energi remaja yang butuh penyaluran. Mungkin saja setelah mereka mengikuti wajib militer, energi mereka menjadi lebih terkontrol. Atau mungkin saja setelah wajib militer, mereka akan lebih menghargai hidup. Lebih menghargai orangtua mereka dan orang lain.

      

This entry was posted in

E-KTP Itu Apaan Bu?


                           
        Beberapa minggu lalu saya dan suami mendapat giliran ke kantor kecamatan untuk membuat E-KTP. Kami berencana berangkat lebih awal agar mendapatkan nomor antrian pertama. Seperti saran beberapa teman yang sudah lebih dahulu membuat KTP elektronik ini, bahwa kami harus berangkat pagi-pagi jika ingin selesai lebih cepat.
        Apalagi kabar yang beredar bahwa butuh seharian untuk mengantri dalam pembuatan kartu tanda pengenal tersebut. Suami saya yang sudah rapi dari pukul 7.00 WIB, segera meminta saya agar bersiap-siap.
       Saat saya sedang mengenakan jilbab, Syifa 12 tahun, putri sulung kami bertanya. “Emang E-KTP itu apaan Bu?” Sejenak saya terdiam . Lalu saya mengajaknya duduk di kursi ruang tamu rumahkami. Saya mencoba mencari kata-kata yang pas untuk menjawabnya. 
      ”E-KTP itu adalah Kartu Tanda Penduduk Elektronik  yang dibuat secara online. Semua penduduk datang ke kantor kecamatan untuk di data dan di foto secara bergiliran,” jelas saya.
      “Maksudnya?”  
  

Friday, September 28, 2012

Kejadian Aneh di Asrama



Masuk Asrama
           Alhamdulillah bulan april 1993, aku diterima di sebuah Sekolah Perawat Kesehatan di kotaku. Peraturannya, setiap siswa Sekolah Perawat Kesehatan harus bermukim di asrama. Pada hari yang telah ditentukan akupun masuk asrama bersama temanku yang lain. Kamipun di tempatkan di kamar yang khusus untuk siswa tahun pertama.
            Sebelum masuk asrama, kami wajib membawa baju dan peralatan lainnya yang sudah ditentukan oleh sekolah. Seperti baju rumah 3 stel, baju tidur 3 stel, baju seragam 3stel dan seterusnya. Bagiku ini bukan masalah, karena aku memang hanya punya sedikit pakaian yang aku pakai silih berganti.
           Tidak demikian halnya dengan beberapa orang temanku. Ada yang mengeluh ketika guru asrama memeriksa barang bawaan kami. Ketika beliau menemukan kelebihan pakaian dari yangseharusnya, maka pakaian itu harus dibawa pulang kembali oleh orangtua atau wali murid yang mengantar kami saat itu.  
            Kehidupan asrama, mulai aku rasakan. Ada senang maupun sedih. Mulai dari antrian kamar mandi yang sangat panjang, hingga antrian makan yang juga panjang. Bukan itu saja, kami semua harus bangun sebelum subuh, untuk shalat berjama’ah di mesjid. Mesjid itu  berjarak sekitar seratus meter dari asrama.
           Bukan itu saja yang membuat aku terkaget-kaget ketika berada di asrama. Kami setisp hari harus merapikan tempat tidur ala perawat, yang setiap sudutnya harus rapi jali dan ada lipatan sudut siku-siku khas perawat. Belakangan cara merapikan tempat tidur seperti ini juga aku lihat pada sekolah kepolisian atau sejenisnya. Merapikan tempat tidur ini biasa kami sebut dengan verbed. Selimut harus dilipat sesuai dengan lipatan yang sudah diajarkan. Hari ini berbeda dengan hari kemarin. Setiap hari ada kakak kelas yang memeriksa kerapian tempat tidur kami.
           Jika ada yang belum rapi, maka kami harus merapikan kembali sampai semua benar-benar rapi. Aku sebenarnya termasuk orangyang slebor, jadi ketika hal ini kualami, aku agak sedikit kaget. Tapi untung saja aku bisa melewatinya dengan keringat yang membanjir setiap harinya.
       

Wednesday, September 26, 2012

Ketika Hauzan Demam Tinggi



   Sore itu, ketika keluarga kami pulang dari jalan-jalan, tiba-tiba badan Hauzan 20 bulan, agak panas.  Saya meminumkan obat penurun panas yang ada di rumah kepada Hauzan sebelum dia tidur. Alhamdulillah dia tidur nyenyak hingga jam 10 malam.
       Namun pukul 10.10 WIB, badan Hauzan kembali panas. Saya merasakan napasnya yang semakin cepat ketika saya memberi ASI padanya. Putra bungsu kami itu pun mulai rewel dan minta digendong terus. Saya segera mengambil thermometer dan memeriksa suhu badan Hauzan.
        Alangkah terkejutnya saya, ternyata angka di thermometer menunjukkan 38,5 derajat celcius. Dalam kecemasan yang luar biasa, saya kembali meminumkan obat panas kepada Hauzan.  Dokter pernah mengatakan bahwa  saya bisa memberikan obat panas setiap 4 jam jika Hauzan masih panas.
      Sembari menunggu obat panas bekerja, saya membuka baju Hauzan dan memeluknya ke dekapan saya. Kulit kami saling menempel. Saya harap panas badannya bisa diserap oleh kulit saya. Saya pernah membaca sebuah artikel bahwa sebaiknya anak yang panas di dekap ibunya agar panasnya cepat turun. Saya juga mengompres dahi Hauzan dengan kompres air hangat.
       Dua jam menunggu, ternyata panas Hauzan belum juga turun. Biasanya panas Hauzan turun  setelah  2 jam diminumkan obat panas. Sementara itu Hauzan merintih dalam pelukan saya. Apalagi saya merasakan panas badannya semakin tinggi. Dan tidak ada keringat yang membasahi kepala dan badannya seperti setelah dia minum obat panas tadi sore.
       Saya mengambil thermometer dan mengukur kembali suhu badan Hauzan. “Ya Allah!” pekik saya ketika melihat angka di thermometer itu. Tiga puluh sembilan derajat celcius! Sangat tinggi demamnya kali ini. Sebelumnya Hauzan tidak pernah panas setinggi ini. Saya mulai panik.
       Karena panik dan takut Hauzan kejang, saya buru-buru membangunkan suami. “Pak, kita bawa Hauzan ke IGD aja, sepertinya harus menggunakan obat panas yang dari anus nih!” ucap saya panik ketika membangunkan suami.
      

Tuesday, September 25, 2012

Selalu Ingat Nasihat Kakek



      Pernahkah seseorang meludah di depan Anda tanpa alasan yang jelas? Aku pernah mengalaminya. Pengalaman yang takkan pernah kulupakan. Pengalaman yang mengingatkanku untuk selalu bersabar.
      Siang ini begitu panas, aku bergegas menuju rumah. Tiba-tiba seorang wanita berusia sekitar 35 tahun meludah di depanku. Aku terkejut dan segera menghindar. Kupikir wanita itu tidak sengaja melakukannya. Wanita itu adalah salah satu tetanggaku. Aku tidak mempedulikan kelakuan wanita  dan segera berlalu dari hadapannya..
      Keesokan harinya hal itu terjadi lagi. Wanita dengan rambut keriting itu meludah lagi di depanku untungnya aku tidak terkena cipratan ludahnya. Kali ini keningku berkerut. Tidak mungkin dia tidak sengaja melakukan ini. Ada apa dengan wanita ini? Kenapa dia meludah sewaktu aku lewat di depannya?
      Berbagai pikiran buruk  muncul di kepalaku. Segera kusingkirkan pikiran buruk itu. Mungkinkah dia sedang kesal padaku? Kalau iya, kenapa? Aku masih ingin berbaik sangka tentang perilaku wanita ini. Mungkin saja dia memang tidak sengaja melakukannya.
       Selanjutnya, setiap aku bertemu dan berpapasan dengannya, dia masih saja melakukan hal itu padaku. Akhirnya aku tidak tahan untuk bertanya. “Saya perhatikan setiap hari Mbak meludah di depan saya. Maksud mbak apa ya?” aku berusaha merendahkan intonasi suaraku. Wanita itu melotot dan menatap nanar pada saya. Ia menyahut, “suka-suka saya, ludah-ludah saya!”
        Sungguh kesal aku mendengar kalimatnya yang membingungkan itu. Tapi karena tidak ingin ribut, akupun meninggalkan wanita itu. Aku pernah mendengar dari tetangga lainnya, bahwa wanita itu memang sering mencari gara-gara dengan orang lain. Bahkan dia juga sering bertengkar mulut hingga jambak-jambakan dengan orang lain hanya karena masalah sepele.
    Untuk menghindari kejadian ini terulang lagi, akupun tidak lewat di depan rumahnya, tapi mencari jalan lain yang jaraknya lebih jauh dari rumahku. Ternyata wanita itu megikutiku ke manapun aku berjalan. Dia sengaja mengikutiku agar kami berpapasan, lalu meludah di depanku.
         “Cuih!” dia mulai beraksi. Secepat kilat aku menghindar,”  weits ! Gak kena!” ujarku sambil menjulurkan lidah. Kali ini aku ingin memberi sedikit perlawanan. Dia terlihat kesal, matanya yang besar melotot padaku. Aku tersenyum dan segera berlalu dari hadapannya. Dia terlihat sangat gusar dengan perlawananku ini.
          Sampai di rumah , kuceritaan hal ini pada kakekku. “Kamu tidak perlu meladeninya. Jika kamu meladeninya, berarti kamu tidak lebih baik dari dia.” Demikian Kakek memberi petuah.
       Kata-kata kakek itu kusimpan dalam hati. Sejak itu, aku tidak mempedulikan wanita itu lagi. Kubiarkan saja dia meludah ketika aku berpapasan dengannya. Toh ludahnya juga tidak mengenai bajuku. Hingga akhirnya dia berhenti sendiri dari kebiasaannya itu.
       Lalu ketika suatu kali kami berpapasan lagi, dia menghampiriku. Bukan untuk meludah tapi untuk minta maaf. Dia mengatakan bahwa dia menyesal sudah melakukan hal bodoh itu.
Betapa leganya aku. Ternyata dengan menahan diri seperti saran kakekku, aku berhasil membuat dia menyadari kesalahannya. Akupun tidak perlu membuang energi untuk berdebat dengannya.
      “Tidak seharusnya saya bersikap begitu,” ujarnya tulus. Aku tersenyum. “Nggak apa-apa Mbak. Saya sudah memaafkan Mbak kok. Saya hanya tidak ingin ribut.” Aku membalas ketulusannya. Sejak itu hubungan kami semakin membaik.
      Petuah kakek ini kuingat sepanjang masa. Jika ada seseorang yang menjengkelkanku, dan saat itu aku ingin membalasnya, maka petuah kakek ini berhasil meredam kemarahanku.
Ternyata dengan bersabar, banyak yang bisa kita selamatkan. Menyelamatkan perasaan orang-orang terdekat kita. Andai saja waktu itu aku membalasnya dengan hal serupa, tentunya keluarga besar kami akan jadi gunjingan di antara para tetangga.

Sunday, September 23, 2012

Berkunjung ke Rumah Oren (Hebatnya Silaturrahim)



Sabtu 22 September 2012 , saya berkunjung ke Rumah Oren milik Mbak Nagiga Nurayati. Niat awal saya adalah untuk bertemu dan berdiskusi bersama Mbak Agnes salah satu editor di penerbitan Gramedia Group. Hari itu Mbak Agnes sedang berada di Rumah Oren untuk memberikan workshop menulis bagi beberapa peserta workshop menulis cerita anak yang sudah berjalan sebanyak 3 kali pertemuan. Alhamdulillah di tengah kesibukan beliau, mbak Agnes bersedia menemui saya. Kami pun berbincang seputar proposal naskah yang pernah saya kirimkan kepada beliau beberapa bulan yang lalu.
Ketika asyik berbincang, Mbak Nagiga meminta saya untuk berbagi pengalaman menulis kepada peserta workshop. Tentu saja saya bersedia. Jadilah siang itu saya berbagi pengalaman saya dari awal memilih menjadi penulis bacaan anak hingga sekarang.
Semua peserta terlihat sangat antusias mendengar kisah saya. Beberapa dari mereka bertanya tentang jatuh bangun saya di dunia kepenulisan. Dengan senang hati saya ceritakan semua pengalaman saya itu. Intinya jangan terpuruk dan  berputus asa ketika naskah kita belum diterima penerbit atau media. Dan jangan merasa puas ketika naskah kita sudah diapresiasi dengan baik. Teruslah belajar, meningkatkan kemampuan menulis.
Menulis sama dengan pekerjaan lain. Jika kita tekun dan mencintai pekerjaan ini, maka tidak akan ada yang dapat menghalangi niat kita untuk terus berada di sini. Walau seribu satu penolakan menerpa naskah yang kita tulis. Terus dan teruslah menulis. Belajarlah membuat tulisan yang lebih baik agar naskah kita diterima bahkan dicari oleh penerbit.
Nasehat ini juga saya tujukan kepada diri saya sendiri. Sebagai seorang penulis yang baru memiliki segelintir karya, saya ingin selalu menjaga atmosfir belajar ini dalam keseharian saya. Saya berusaha agar karya yang  saya hasilkan setelah proses belajar ini menjadi lebih baik dan lebih bermakna, sehingga bisa diterima oleh para pembaca.
 Kehadiran saya di Rumah Oren ini pun tak lepas dari keinginan saya yang begitu kuat untuk semakin lebih baik dalam membuat sebuah karya. Dan saya sangat senang bisa berbagi pengalaman yang sedikit ini kepada semua peserta workshop. Dua puluh menit tak terasa, waktu untuk berbagi pengalaman menulis pun berakhir. Semoga pengalaman saya bisa menjadi penyemangat bagi teman-teman peserta workshop di Rumah Oren ini.
Selanjutnya saya kembali berbicara dengan Mbak Agnes dan Mbak Nagiga mengenai proposal naskah saya tadi. Mbak Agnes menyampaikan beberapa masukannya mengenai naskah itu. Pada dasarnya beliau suka dan berencana menerbitkan naskah saya namun dengan beberapa revisi. Tak terkira senangnya hati saya mendengar jawaban dan penjelasan Mbak Agnes. 
Setelah bertemu Mbak Agnes, wawasan saya pun bertambah. Saya seperti mendapat energi baru untuk menulis. Terima kasih untuk sharingnya yang sangat bermanfaat ya Mbak Agnes. Terima kasih juga kepada Mbak Nagiga karena sudah memfasilitasi pertemuan ini.
 Saya teringat sebuah hadist Rasulullah seputar silaturrahim. Betapa hebatnya hasil dari menjaga dan menjalin silaturrahim yang sering didengungkan oleh Rasulullah SAW. Menjalin silaturrahin sama artinya dengan menambah,umur, menambah ilmu, menambah teman, hingga menambah rejeki. Hari ini saya mendapatkan ilmu baru, teman baru dan rejeki baru. Semoga Allah menambahkan umur saya untuk membuat karya yang bermanfaat bagi anak-anak Indonesia, khususnya untuk anak-anak saya.

Saturday, September 15, 2012

Workshop Menulis Cerita Remaja di Rumah Oren

WORKSHOP ACADEMY (OKTOBER)



WORKSHOP ACADEMY
Hai Bro and Sista! Yuk ikutan workshop menulis untuk remaja dan umum.

biaya Rp500rb untuk 4x pertemuan.

Pilihan waktu:
Kelas Sabtu: 6, 13, 20, 27 Oktober 2012 pukul 10.00 - 15.00.
ATAU
Kelas Minggu: 7, 14, 21, 28 Oktober 2012 pukul 10.00 - 15.00

Tempat:
RUMAH OREN, Perumahan Taman Sentosa D8 No.85 cikarang.

Materi:
Minggu I : menulis cerita remaja
Minggu II : menembus media
Minggu III : melihat tren buku
Minggu IV : menulis buku

Tutor:
Chris Oetoyo (Penulis cerpen dan novel Remaja)
Taufan E Prast (Redaktur Majalah Story)
Imran Laha (Pemred Penerbit Sahabat Ufuk dan Konseptor Buku)
Nagiga (Penulis lebih dari 200 buku)

Peserta mendapat makan siang, goodybag, sertifikat. Karya terbaik akan dimuat di Majalah Story dan Web Rumah Oren. So, don't miss it. :)

Pendaftaran hubungi:
Nagiga 08121261015
Nelfi 085213709664
TEMPAT TERBATAS

Saturday, September 1, 2012

Workshop Menulis Cerita Anak Rumah Oren


WORKSHOP MENULIS
Hai Bro! Bagi Anda yang tinggal di Cikarang-Bekasi, ada kabar gembira nih.
Yuk ikutan workshop menulis cerita anak.
Peserta terbaik bisa menggarap proyek pembuatan buku di MEDIA PRODUCTION RUMAH OREN.
Waktu    :    Setiap Sabtu, tanggal 8, 15, 22, 29 September 2012 pukul 10.00-15.00
Lokasi    :    RUMAH OREN, Perumahan Taman Sentosa blok D8 No.85 Cikarang
 Biaya      :   Rp 500.000,- untuk  4 x pertemuan
Materi    
- Minggu I     : pengantar menulis cerita anak, langsung praktek
- Minggu II    : mencari ide dan mengolahnya menjadi buku anak yang unik dan menarik
- Minggu III   : kisi-kisi dari pihak penerbit grup Gramedia, bagaimana penerbit menilai naskah
- Minggu IV   : menulis buku anak sampai jadi 
Tutor:
- Nagiga (Penulis lebih dari 200 buku)
- Imran Laha (Pemred Penerbit Sahabat Ufuk, Kreator buku anak)
- Agnes Marlina (Editor dari Grup Gramedia)

Peserta mendapat goodybag, sertifikat dan makan siang
Mau jadi Penulis Cerita? Ini kesempatannya!
Tapi tempat terbatas lho. Bila melebihi kapasitas akan dibuka angkatan berikutnya.
Buruan daftar Bro! 
Keterangan lebih lanjut Hubungi
- Nagiga 08121261015
- Nelfi 085213709664


Atau bisa juga ikutan paket kilat sehari 
Mingu 16 september 2012 pukul 09.00-17.00 WIB, denga biaya Rp 250.000,-
so tunggu apa lagi segera daftar ya... tempat terbatas! samapai jumpa di lokasi ^_^


Wednesday, August 15, 2012

Kania's Dream Menurut Pembacanya




"Jadi pengin makan habis dibacain buku ini sama Bunda," ujar Aira. 

" Bundanya juga, bolak-balik nyari makanan di kulkas," tambah Mbak Ami Suisani. 

 
 "Setelah membaca cerita Junior Chef aku ingin jadi chef juga," ujar Saski.

 

"Kania itu aku banget!" kata Syifa.

 

"Keren banget ceritanya," ucap Hamzah sambil mengacungkan jempolnya.

 
"Rebutan nih tante," ucap si kembar Kira dan Ziya.

 

Ketika main ke Gramedia bekasi, saya bertemu dengan pembaca Kania's Dream. Saya minta ijin untuk mengambil gambarnya, sambil memberi tanda tangan dan kata penyemangat bagi Tata. "Terima kasih tante," ucap Tata malu-malu. "Terima kasih juga Tata."


Wednesday, August 1, 2012

Panduan Menulis Rubrik Buah Hati di Leisure Republika

oleh Leisurepublika Leisure pada 24 Juli 2012 pukul 20:02 ·
Assalamu alaikum wr wb
Pengasuhan merupakan topik yang selalu menarik untuk dibahas. Apalagi, tiap keluarga menjalankan pola pengasuhan tersendiri yang sesuai dengan tantanan nilai yang diyakininya. Saban hari, ada saja kejadian unik, lucu, menggemaskan, menggelitik, atau malah membuat orang tua kelabakan memikirkan solusi dari pertanyaan-pertanyaan cerdik si kecil.
Rubrik Buah Hati ada sebagai sarana bagi para orang tua untuk berbagi pengalaman pengasuhannya. Naskah ditulis dengan sudut pandang 'saya', menceritakan cara ayah dan bunda mengatasi suatu tantangan pengasuhan. Temanya beragam, mulai dari cara menjelaskan makna demonstrasi seperti yang ditulis Ali Muakhir, mengenalkan anak guna menabung seperti yang dibahas Haya Aliya Zaki, atau pengalaman puasa di luar negeri seperti yang diulas Sri Widyastuti beberapa edisi lalu.
Bagaimana teknis penulisannya?
* Pilih satu tema utama, usahakan temanya spesifik dan berisi diaog antara orang tua dengan anandanya
* Sertakan informasi nama dan usia anak yang diceritakan, jumlah anak dalam keluarga
* Sertakan foto penulis dengan anak yang diceritakan dalam naskah. Foto dengan seluruh anggota keluarga akan menyulitkan pembaca untuk mengenali anak mana yang diceritakan. Foto harap dilampirkan dalam attachment terpisah dari naskah. Untuk tampilan yang lebih bagus, foto sebaiknya bukan merupakan jepretan kamera ponsel dan berukuran lebih dari 150 KB.
* Tulisan berkisar antara 2500 hingga 3000 karakter
* Naskah dan foto dapat dikirimkan melalui email leisure@rol.republika.co.id
* Mohon mencantumkan nama lengkap, alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi, dan nomor rekening.
Semoga tulisan-tulisan yang dimuat dapat menginspirasi ayah dan bunda serta calon orang tua ya...aamiin ya rabbal alamin...Semangat menulis!
Salam,
Redaksi Leisure

Tuesday, July 24, 2012

Resensi Kania's Dream oleh Mbak Santi Nur.P

#1 Karya Sahabat

oleh Santi Nuur P pada 11 Juli 2012 pukul 8:10 ·


Kania's Dream karya Nelfi Syafrina

Kania, gadis 11 tahun berwajah oval dan berambut panjang. Anaknya ramah, pemaaf, dan suka membantu. Kania sering membantu ibunya memasak tak heran jika ia pandai mengolah masakan. Suatu hari Kania ikut lomba memasak tingkat nasional. Gadis yang suka memanjat pohon jambu itu berusaha keras untuk bisa memenangkan lomba. Hadiah berlibur ke Pulau Socotra ini mengalahkan rasa jijik Kania pada bekicot. Kemenangan hampir saja diraih Kania. Namun, ternyata selalu ada rintangan. Kira-kira, mampukah Kania menghadapi Helga, teman yang sering menghambat perjuangan Kania? Atau, apakah Kania memaafkan Daren, sepupu yang tiba-tiba terlihat bersengkokol dengan Helga?

Nelfi Syafrina, penulis yang saya kenal saat mengikuti workshop di Bandung awal 2011 ini pintar membuat penasaran pembaca. Saya tak mau beranjak sebelum 'melahab' habis buku ini. Ohya, ada baiknya sebelum menikmati buku ini, siapkan camilan. Berkali-kali saya menelan ludah dan bolak balik membuka kulkas saat menemukan kata 'kalio daging', 'gulai ayam', 'dendeng daging', 'itik lado mudo', 'rujak', hmmm, sedaaap.  'Pangek bekicot'  hiiii... eits jangan bergidik dulu. Di buku ini Nelfi Syafrina berbagi tip supaya bekicot benar-benar bersih dan tidak amis saat diolah.

Tidak hanya itu! Buku terbitan Dar! Mizan ini berhasil mengajak anak-anak untuk belajar memasak. Ketiga anak saya rajin mengolah pancake dan membuat nasi goreng setelah membaca buku ini, alhamdulillah. Yuk, segera miliki buku ini.*

Tunggu karya sahabat berikutnya :))

*resensi ini ditulis oleh Mbak Santi Nur. P di FBnya. Makasih ya Mbak Santi :*

Wednesday, July 18, 2012

Kisah Seru Di Asrama


       

            Malam sudah semakin larut. Ku lirik jam dinding kamarku, “sudah jam sebelas.”  Aku merapikan buku yang baru saja ku baca. Ada ulangan besok, aku tidak ingin nilaiku jeblok jika tidak belajar. Aku berjalan menuju tempat tidurku. Mataku sudah sangat mengantuk, badankupun sudah sangat lelah. Semoga malam ini aku bisa tidur nyenyak, dan besok bangun sebelum subuh untuk sahur. Ku layangkan pandanganku ke seisi kamar. Sepertinya semua temanku sudah terlelap dalam mimpi mereka.
         Kamar ini dihuni oleh 19 orang lainnya selain aku. Ya aku adalah salah satu penghuni asrama Sekolah Perawat Kesehatan tempatku menuntut ilmu. Aku naiki tempat tidurku yang berada di atas. Di kamar ini ada 10 tempat tidur. Setiap tempat tidur bertingkat. Di sepanjang dindingnya ada lemari pakaian penghuni asrama.
            Baru saja aku hendak memicingkan mataku, tiba- tiba suara Suzi temanku mengagetkanku,"Fi, besok jadi shaum kan?" tanyanya dari tempat tidurnya. Tempat tidur Suzi berada 3 bed dari tempat tidurku.
         "Eh besok..eh besok.... jadi dong, bangunin aku untuk sahur ya," sahutku latahku.
         "Hahaha..,” Suzi terbahak. Sahabat karibku itu memang sedikit jahil. “Oke, aku bangunin jam setengah empat ya,” tambahnya. Aku mengangguk dan kembali menguap lebar. Beberapa saat kemudian suasana kamar kembali hening. Akupun tertidur lelap.
                                                           ***

    

      "Fi, ayo sahur!" Suara Suzi samar-samar terdengar di telingaku. Lalu dia mengguncang badanku seperti mendorong gerobak. Walau kesal, aku langsung bangun. Aku menguap lebar, ku lirik jam weker di samping bantal, jam setengah empat,"ya aku udah bangun," sahutku sembari duduk. Perlahan aku turun dari tempat tidur, Suzi sudah menungguku di bawah.
           "Ayo," ajaknya. Suzi sudah memegang peralatan makannya. Demikianlah di asrama kami. Setiap jam makan, kami membawa peralatan makan dari kamar. Lalu makan berjama'ah di ruang makan asrama. Tapi karena hari ini aku berniat untuk puasa, maka aku diijinkan makan lebih awal. Itupun jika sebelumnya sudah memberitahukan petugas dapur kalau kami hendak sahur malam ini.
             “Sebentar aku wudhu dulu ya Zi,” aku segera ke kamar mandi untuk berwudhu. Suzi menggangguk. Ia menungguku di kursi dalam kamar kami. Beberapa menit kemudian, kami melangkah menuju ruamg makan yang letaknya di tengah-tengah asrama. Kamar di asrama kami membentuk letter O. Ruang makan terletak di tengahnya. Di depan ruang makan ada taman kecil dengan pot dan beberapa bunga bougenville.
           Kami langsung menuju dapur asrama yang letaknya tak jauh dari ruang makan.
           "Mak Neng, lauknya udah ada yang mateng ya?" Tanyaku pada Mak Neng yang sedang menyiangi sayuran. Pagi ini ibu-ibu petugas dapur yang memasak untuk kami sedang dalam keadaan sibuk tingkat tinggi. Jika kami mau makan sahur, maka kami harus mencari sendiri di mana mereka meyimpan lauk dan sayur yang sudah mereka siapkan untuk kami.
            "Udah Mak Neng bikinin, ambil di situ ya," ujar Mak Neng sambil memonyongkan mulutnya ke pojok meja yang penuh dengan sayuran.
           “Oke, ma kasih ya Mak Neng,” Aku dan Suzi bergegas menuju meja sayuran mentah itu. Sebelumnya kami mengambil nasi yang baru matang di panci. Selanjutnya aku buka tudung saji kecil yang menutupi lauk.
            "Teri main bola," sungut Suzi, ternyata lauk yang disediakan untuk kami yang ingin puasa hari ini adalah Teri Medan yang dicampur dengan kacang tanah. Sebenarnya ini makanan favoritku, tapi tidak dengan Suzi. Aku tersenyum, segera ku ambil beberapa sendok lauk kesukaanku itu. Ku sambar sebuah mentimun yang berada diantara sayuran itu. Walau tidak begitu suka, Suzi akhirnya mengambil lauk itu.
         "Kita makan di sana aja," Suzi menunjuk meja makan yang menghadap ke arah taman kecil asrama. Aku mengikuti langkahnya. Ku letakkan piringku di atas meja makan, lalu aku menyeduh teh hangat dulu untuk mengusir dinginnya dini hari ini. Setelah itu aku kembali ke meja makan. Aku duduk dan membaca basmalah sebelum menyendokkan nasi ke mulutku.
         "Kita berdua aja ya yang makan sahur, gak ada yang lain kelihatan," tebakku. Memecah kesunyian malam itu.
       "Iya kali," sahut Suzi sekenanya. Entah karena lauknya yang tidak begitu disukainya atau memang Suzi lagi malas bicara, temanku itu terlihat lebih kalem dari biasanya. Sehingga suasana sunyi ruang makan besar ini sangat terasa. Apalagi temaram lampu taman membuat suasana sunyi itu semakin mencekam. Dari ruang makan itu kita bisa memandang ke segala arah, karena ruangan yang dibuat semi terbuka.      
        Sambil makan, sesekali kami berbicara tentang ulangan besok. Tiba-tiba mataku melihat beberapa adik kelas cowok berjalan menuju ruang makan. Aku berpikir mungkin mereka hendak makan sahur juga. Memang asrama kami terpisah, tapi  untuk makan berjama’ah, semua siswa harus makan di ruang makan asrama putri.
     Makanya kami diwajibkan selalu mengenakan pakaian muslimah walaupun dalam asrama. Karena biasanya pada saat jam makan guru laki-laki atau teman laki-laki datang untuk makan bersama di ruang makan ini.
            “Ada si Rahmat tuh, kita ajak duduk di sini aja yuk, sekalian kita kerjain anak itu,” ujar Suzi jahil. Aku mengangguk setuju. Rahmat dan kawan-kawannya yang datang itu adalah siswa baru di sekolah kami. Biasanya anak baru memang senang berpuasa sunnah seperti sekarang ini. Kamipun menunggu Rahmat dan teman-temannya datang. Tapi sampai kami selesai makan, mereka tak kunjung masuk ke ruang makan.
        Beberapa menit kemudian aku dan Suzi sudah menyelesaikan makan kami. Dalam hati aku sempat berpikir, kemana adik kelas kami yang berjumlah 4 orang tadi, kenapa mereka tidak makan di ruang makan? Atau mungkin mereka makan di dapur sembari bercerita dengan para petugas dapur. Ah entahlah, aku segera mencuci peralatan makanku. Lalu kami kembali ke kamar, untuk mandi dan bersiap untuk shalat jama’ah di masjid.
                                                           ****
Alhamdulillah hari ini ulangan berhasil aku lewati, rasanya semua pertanyaan bisa kujawab. Jam istirahatpun tiba. Aku dan teman-temanku segera menuju masjid untuk menunaikan shalat zuhur.
          Di jalan aku bertemu dengan Beni salah satu adik kelas yang tadi pagi kulihat di ruang makan.
         “Beni, tadi makan sahurnya di dapur ya?” tanyaku tanpa basa basi.
          “Enggak Ni, Aku gak puasa.” Sahut Beni datar. Aku terkesima, benarkah tadi Beni tidak ke ruang makan? Mungkin aku salah lihat orang, mungkin tadi yang ku sangka Beni adalah Mul yang badannya setinggi Beni. Karena temaramnya lampu taman asrama, hingga aku tidak begitu memperhatikan wajah mereka.
     “Oh, aku kira kamu tadi makan sahur, ma kasih ya,” aku bergegas meninggalkan Beni dengan seribu pertanyaan yang mengganjal di hati.
       “Zi, waktu sahur tadi kamu lihat anak cowok berjalan menuju dapur kan?” tanyaku pada Suzi ketika sampai di kamar. Aku ingin meyakinkan diriku kalau tadi aku dan Suzi memang melihat adik kelas kami itu.
     “Ya lihat lah, tapi kok dia gak makan di ruang makan ya?” Suzi membuatku semakin penasaran.
     “Tapi tadi aku ketemu si Beni, katanya dia gak ke ruang makan tuh,” sahutku.
     “Mungkin si Mul kali yang tadi,” pikiran Suzi ternyata sama dengan pikiranku.
      “Nanti coba kita tanya di kelas,” tambahnya. Aku mengangguk setuju. Entah kenapa aku ingin tahu, siapa sebenarnya yang datang ke ruang makan tadi?
       Sore ini sebelum kelas dimulai, aku menyempatkan diri bertanya kepada Rahmat. Aku yakin sekali mereka datang ke asrama subuh tadi.
       “Rahmat! Kamu puasa ya,” tanyaku to the point kepada Rahmat yang baru saja lewat di depan kelasku.
       “Enggak Ni, aku gak puasa,” sahutnya.
      “Ya Allah..,” Aku merinding, “ada temanmu yang puasa gak, atau yang makan sahur di dapur tadi?” tanyaku masih penasaran.
      “Kayaknya gak ada yang puasa hari ini Ni,  kami semalam ketiduran, karena habis belajar sampai jam 12 malam, emang kenapa Ni?” kening Rahmat berkerut.
         “Lalu tadi yang aku lihat siapa dong?” tanyaku seperti orang bodoh.
        “Uni melihat apa?” Rahmat tak kalah bingungnya mendengar pertanyaanku.
       “Tadi aku melihat kalian berempat datang ke asrama sebelum subuh, aku pikir kalian mau makan sahur. Tapi sampai selesai makan, aku tidak melihat kalian masuk ruang makan,aku masih berpikir kalian makan di dapur.” Jelasku masih bingung.
        “Astaghfirullah.. itu bukan kami Ni, Uni udah melihat makhluk lain tuh,” Rahmat tersenyum menggodaku.  Ucapan  Rahmat membuatku semakin merinding. Menurut cerita orang-orang, asrama kami memang sedikti angker. Dulu sebelum asrama itu di bangun, tempat itu merupakan rawa-rawa dan tempat mengubur plasenta setelah bayi lahir. Bagiku itu biasa saja, toh aku tidak pernah melihat hal gaib yang mengerikan seperti cerita beberapa orang. Tapi setelah kejadian semalam, aku yakin bahwa Allah telah menjagaku dari kejahatan makhluk gaib itu. Untung saja mereka tidak memperlihatkan bentuk aslinya. Aku semakin merinding.
         “Untung tadi kita tidak memanggil mereka agar makan bersama kita ya,” ujar Suzi ketika aku ceritakan percakapanku dengan Rahmat tadi.
         “Iya, untung juga tadi bentuknya gak mengerikan ya,” sahutku masih berasa beruntung.
         Karena masih penasaran, malamnya aku pergi ke dapur dan bertanya kepada Mak Neng yang bertugas tadi malam. Jawabannya ternyata sama dengan Rahmat, tak ada siswa laki-laki yang makan sahur semalam. Kesimpulannya, semalam itu aku sedang melihat makhluk lain yang menyerupai adik kelasku. Astaghfirullah.. La haula walaa quwwata illa billahi “aliyil’azhiim..