Friday, September 28, 2012

Kejadian Aneh di Asrama



Masuk Asrama
           Alhamdulillah bulan april 1993, aku diterima di sebuah Sekolah Perawat Kesehatan di kotaku. Peraturannya, setiap siswa Sekolah Perawat Kesehatan harus bermukim di asrama. Pada hari yang telah ditentukan akupun masuk asrama bersama temanku yang lain. Kamipun di tempatkan di kamar yang khusus untuk siswa tahun pertama.
            Sebelum masuk asrama, kami wajib membawa baju dan peralatan lainnya yang sudah ditentukan oleh sekolah. Seperti baju rumah 3 stel, baju tidur 3 stel, baju seragam 3stel dan seterusnya. Bagiku ini bukan masalah, karena aku memang hanya punya sedikit pakaian yang aku pakai silih berganti.
           Tidak demikian halnya dengan beberapa orang temanku. Ada yang mengeluh ketika guru asrama memeriksa barang bawaan kami. Ketika beliau menemukan kelebihan pakaian dari yangseharusnya, maka pakaian itu harus dibawa pulang kembali oleh orangtua atau wali murid yang mengantar kami saat itu.  
            Kehidupan asrama, mulai aku rasakan. Ada senang maupun sedih. Mulai dari antrian kamar mandi yang sangat panjang, hingga antrian makan yang juga panjang. Bukan itu saja, kami semua harus bangun sebelum subuh, untuk shalat berjama’ah di mesjid. Mesjid itu  berjarak sekitar seratus meter dari asrama.
           Bukan itu saja yang membuat aku terkaget-kaget ketika berada di asrama. Kami setisp hari harus merapikan tempat tidur ala perawat, yang setiap sudutnya harus rapi jali dan ada lipatan sudut siku-siku khas perawat. Belakangan cara merapikan tempat tidur seperti ini juga aku lihat pada sekolah kepolisian atau sejenisnya. Merapikan tempat tidur ini biasa kami sebut dengan verbed. Selimut harus dilipat sesuai dengan lipatan yang sudah diajarkan. Hari ini berbeda dengan hari kemarin. Setiap hari ada kakak kelas yang memeriksa kerapian tempat tidur kami.
           Jika ada yang belum rapi, maka kami harus merapikan kembali sampai semua benar-benar rapi. Aku sebenarnya termasuk orangyang slebor, jadi ketika hal ini kualami, aku agak sedikit kaget. Tapi untung saja aku bisa melewatinya dengan keringat yang membanjir setiap harinya.
       

   Ada saja hal-hal baru yang aku temukan di asramaku. Hal yang belum pernah aku temukan sebelumnya. Hal yang membuatku teringat sampai sekarang. Kadang hal yang aku lalui itu terasa sulit, kadang terasa menyenangkan. Walaupun sulit, namun kulalui dengan senang hati.
         Hingga suatu hari ada kejadian aneh yang terjadi di asrama kami. Kejadian ini sangat memalukan sekaligus menjijikkan menurutku. Jika aku ingat kejadian ini rasanya aku ingin muntah. Aku berat menceritakan hal ini, tapi setidaknya dengan berbagi di tulisan ini, aku berharap bisa berbagi pengalaman. Aku berharap dengan berbagi ini, aku bisa mengurangi rasa traumaku terhadap kejadian itu.   
Teriakan warga asrama
Siang itu seperti biasanya kami semua kembali ke asrama setalah seharian belajar. Aku sebagai warga baru di asrama ini, juga bergegas kembali ke kamar. Kami diberi waktu untuk shalat ashar dan makan snack yang sudah disediakan di asrama. Aku bergegas menuju kamarku. Kamar untuk kami murid baru terletak di tengah asrama. Jadi tidak begitu lama kau sudah sampai di kamarku.
          Ku rebahkan diri di tempat tidur. Nyaman sekali rasanya setelah beraktifitas seharian.           
        “Jangan tidur dulu Nel, kita harus shalat berjamaah dan makan siang,” tegur Wita temanku. Aku hanya tersenyum. Aku mengerti tidak mungkin aku tidur di jam seperti ini. Pertama aku akan kehilangan jatah snackku dan yang paling penting aku juga akan ketinggalan shalat berjamaah di mesjid sekolah kami. Semua siswa wajib shalat berjama’ah di mesjid, ada sangsi jika kami melanggarnya. Kecuali kami dalam keadaan haid, tentunya ada ijin khusus untuk itu.
           Sambil bermalas-malasan aku bangkit dari tempat tidur. Aku segera ke kamar mandi untuk berwudhu. Setelah itu aku dan Wita serta teman-temanku yang lain keluar menuju mesjid.
           Sampai di sini semua masih terlihat normal-normal saja. Hingga ketika kami kembali dari mesjid, tiba-tiba aku mendengar jeritan dari arah asrama. Kakiku berhenti melangkah. Ada apa gerangan? Aku sedikit takut, karena jeritan itu tidak hanya dari satu orang, sepertinya dari banyak orang. Aku dan Wita sepakat mengintip dari kejauhan untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
         Dari kejauhan kami melihat ada seorang laki-laki. Laki-laki itu berdiri menghadap ke pintu asrama. Entah apa yang dilakukannya karena kami berada jauh dibelakangnya. Aku dan Wita berusaha melihat lebih dekat dari arah yang lain. Ternyata laki-laki itu sedang mengeluarkan ( maaf ) kemaluannya dan mempertontonkannya kepada penghuni asrama putri. Astaghfirullahalazhim.. rasa jijik dan takut bercampur dalam pikiranku.
         “Kita di sini dulu aja,” saran Wita. Aku menggangguk setuju. Lagi pula tidak mungkin  kami memaksa memasuki asrama. Padahal perut kami sudah bernyanyi minta diisi. Jika kami nekat masuk ke asrama, kami akan bertemu dengan orang itu. Terpaksa kami menunggu sambil ketakutan di jalan yang tak jauh dari gerbang asrama itu.
Orang itu datang lagi
          Cukup lama aku dan Wita menunggu, sampai akhirnya laki-laki gila itu diusir oleh salah satu kakak kelas kami. Saat itu jam makan snakc sudah berlalu, untunglah bukan aku saja yang ketinggalan makan snack. Bersama teman-teman dan beberapa kakak kelas lainnya, kami minta diijinkan untuk mengambil jatah kami.
         Ternyata kejadian itu tidak berhenti di situ saja. Keesokan sorenya orang yang sama kembali membuka auratnya itu di depan jendela kamar kami. Ketika itu temanku memang sengaja membuka tirai agar angin masuk. Sore itu terasa sangat panas, sementara di kamar kami tidak ada pendingin udara maupun kipas angin. Akhirnya dengan cara membuka jendela selebar-lebarnya kami memasukkan angin untuk mengurangi rasa gerah di kamar.
          Laki-laki itu dengan wajah cengengesan membuka auratnya sambil memegangnya dan memandang ke dalam kamar kami yang kebetulan semua sedang istirahat menunggu shalat ashar. Salah satu temanku yang terkejut ketika melihat hal itu langsung, berteriak. Diiringi teriakan teman yang lain. Hasilnya kami sekamar berteriak jijik dan ketakutan, sementara laki-laki sakit jiwa itu tersenyum senang.
           Temanku segera menutup tirai jendela berikut jendela kamar kami. Aku masih melihat orang aneh itu masih  berdiri cengengesan di depan jendela kami. Setelah teriakan kami berhenti, barulah laki-laki itu pergi dengan seringainya. Sementara itu ada beberapa orang temanku yang muntah-muntah setelah melihat kejadian itu.
          Beberapa kakak kelas kami berdatangan. “Ada apa?” tanya mereka penasaran. Kamipun menjelaskan peristiwa yang baru saja kami alami.
         “Sebaiknya kalian tidak usah membuka tirai lagi. Oh ya, jika orang itu datang lagi, kalian tidak perlu berteriak ketakutan seperti tadi. Usir saja dia. Dan jangan melihat auratnya. Pasti orang itu tidak akan pernah datang lagi.” Jelas salah satu kakak kelas kami.
        Aku dan teman-temanku mengangguk mengerti. Walau dalam hati kami bingung juga, bagaimana caranya agar orang itu tidak kembali lagi. Malamnya cerita tentang orang gila membuat kami tidak bisa tidur. Teman-temanku sempat bertanya kepada kakak kelas kami yang lain. Bagaimana caranya agar kami tidak berteriak, sementara kami kaget dan jijik melihat kelakuan orang itu.
           Ternyata di situlah kuncinya. Orang itu akan merasa ( maaf ) terangsang ketika mendengar teriakan kami. Dan ia akan berusaha terus membuat kami berteriak. Setelah ia puas, maka ia akan pergi meninggalkan asrama. Jadi jika melihat orang itu melakukan hal memalukan seperti tadi, kami cukup mengusirnya saja, atau pergi dan tidak mempedulikan orang itu. Dia tidak ingin berlama-lama jika tidak menemukan orang yang berteriak melihat auratnya, demikian pesan kakak kelas kami.
          Aku dan teman-teman sebenarnya masih bingung. Perasaan takut, kesal dan jijik, masih menghantui pikiran kami. Bagaimana jika orang itu datang malam-malam dan membuat kami ketakutan lagi, demikian pikiran kami saat itu. “Tidak mungkin, karena gerbang sudah di kunci. Kalau siang, orang itu bisa menyelonong masuk karena kita masih wara-wiri ke mesjid dan ke kelas, sehingga ia bisa seenaknya mampir di depan jendela kita.” Ujar Uni Leni menenangkan.
          Sebenarnya asrama kami terletak di belakang sekolah. Tapi karena mesjid berada dilingkungan rumah sakit dan tidak satu gerbang dengan sekolah, maka gerbang sekolah kami akan ditutup ketika kami semua sudah selesai melaksanakan shalat isya berjamaah di mesjid.
        Sepertinya orang itu tahu kalau di belakang sekolah ada asrama putri, makanya dia datang setelah kelas selesai sore atau siang hari. Walau sudah beberapa kali diusir, dia tetap datang setelah beberapa hari kemudian. Herannya tak seorangpun melihat kapan dia datang termasuk satpam sekolah kami.
          Sejak saat itu jika laki-laki aneh itu datang kami semua sudah tidak kaget dan berteriak lagi. Kami mengusirnya atau malah tidak mempedulikannya. Benar seperti yang dikatakan kakak kelas kami, setelah kami mengacuhkan orang itu, hingga beberapa kali, akhirnya dia tidak pernah datang lagi ke asrama kami.
            Ternyata kelakuan aneh orang itu merupaka salah astu penyakit psikologis yang biasa disebut dengan Ekshibisionisme / Ekshibisionis. Penyakit ini bisa disembuhkan jika orang itu ingin sembuh. Pengobatannya pun secara psikologi.
Penyakit Psikologis ( Kelainan Seksual )
       Ketika suatu kali kami sedang belajar pelajarn psikologi. Saat itu aku baru tahu bahwa ternyata orang itu mengidap penyakit yang dinamakan Ekshibisionisme. Ekshibisionisme / Ekshibisionis adalah penyimpangan seks yang senang memperlihatkan alat vital / alat kelamin kepada orang lain. Penderita penyimpangan seksual ini akan suka dan terangsang jika orang lain takjub, terkejut, takut, jijik, dan lain sebagainya.
          
Kelainan seksual jenis ini merupakan kelainan seksual terbanyak dibandingkan kelainan seksual lainnya. Seorang yang normal tidak akan mau mempertontonkan alat vitalnya pada orang-orang yang berjenis kelamin berbeda dengannya atau pada anak-anak. Aksi tersebut seringkali dilakukan di tempat umum.
          
Banyak di antara ekshibisonis adalah pemalu, kurang percaya diri, dan berasal dari keluarga yang keras dalam soal seks. Sikap nekad itu umumnya diawali oleh ketidakpuasan seksual. Hal tersebut dapat terjadi karena sering ditolak isteri atau sebab yang lebih mendalam lagis eperti merasa tergantung pada ibu yang dominan. Rasa lemah dalam diri memacu keinginan untuk merasa lebih hebat, perkasa, dan jantan. Ia ingin bisa membangkitkan gairah dan kagum pada lawan jenisnya.
          Dalam menghadapi penderita ekshibisionis ini, sebaiknya bersikap tenang saja, pura-pura tidak melihat. Atau menertawakan sikap kekanak-kanakan mereka sehingga mereka tidak mendapatkan kepuasan dalam “aksinya” itu sehingga mereka lama-lama akan jera juga. Tetapi lebih baik lagi jika mereka mendapat perawatan psikoterapi, bukan untuk dirinya saja tetapi juga untuk orangtua atau isterinya sampai mereka betah di rumah dan tidak “beraksi” lagi.
     
    Menurutku mungkin dengan menambahkan  keimanan orang itu kepada Allah dan  juga dengan berpuasa, serta keinginan kuat untuk sembuh, penyakitnya ini bisa berkurang bisa sembuh.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^