Ina Inong, Tidak Cepat Puas dengan Hasil yang Diperoleh
oleh : Nelfi Syafrina
oleh : Nelfi Syafrina
Berawal dari hobi
membaca sejak kecil, kakak kita yang satu ini mulai menjadikan menulis sebagai
profesi sejak tahun 2006. Wanita berjilbab bernama lengkap Grace Marina Sophia
Alexandra L.Tobing ini, lahir dan besar di Bandung. Tapi jangan berpikir kalau
nama itu yang akan kalian temukan di setiap buku karyanya. Karena beliau biasa
menggunakan nama penanya yaitu Ina Inong. Hanya satu buku saja yang menggunakan
nama Marina.
Saat ini Ina, demikian
beliau biasa disapa, berdomisili di Kota Serang Banten. Penikmat buah durian, makanan gurih dan makanan berkuah ini sebenarnya
mulai menulis sejak masih SD. Waktu itu puisinya pernah dimuat di Harian
Pikiran Rakyat. Ketika masih SMP beliau juga pernah jadi ketua Majalah Dinding.
Sayangnya beliau memutuskan vakum sementara dari dunia kepenulisan ketika SMA, kuliah di IAI-LPKIA (D3 Manajemen Informatika)
Bandung hingga bekerja sebagai
sekretaris di sebuah perusahaan swasta multinasional di Cilegon. “Saat itu
sibuk dengan kegiatan di sekolah,” ujarnya memberi alasan.
Beberapa waktu sebelum resign dari pekerjaannya, beliau mulai menulis kembali. Untuk itu beliau mendalami ilmu penulisan melalui pelatihan menulis di beberapa workshop. Pertama di Rumah Dunia, milik Mas Gola Gong. Selanjutnya ikut workshop menulis cerita bergambar di Mizan. Beliau pernah juga ikut workshop cerpen remaja di Matapena dan Majalah STORY. Terakhir ikut workshop menulis novel anak bersama “Kelas Ajaib”nya Benny Rhamdani, Chief Editor Mizan Publishing.
Ketika ditanya alasan memilih profesi ini, begini jawabannya, “Karena memang sejak kecil sudah senang menulis. Hanya saja dulu tidak dikembangkan karena tidak ada yang mensupport. Kemudian ketika sudah bekerja dan menikah, tertutup oleh kesibukan kerja dan mengurus keluarga. Pada waktu berhenti bekerja saya tidak ingin tinggal diam begitu saja di rumah, sempat mencoba bisnis kecil-kecilan karena kurang tekun, jadi berantakan. Akhirnya kembali ke hobi lama yaitu menulis, mungkin karena dekat-dekat dengan hobi membaca juga.”
Sampai saat ini wanita berkacamata ini sudah menghasilkan sebanyak 16 buku anak. Dua buku remaja dan kurang lebih 10 antologi bersama penulis lain. “Dalam waktu dekat akan terbit 2 buku lagi. Doakan saja ya,” ujarnya tersenyum.
Selain menulis, kegiatan istri dari Asep Kunkun Kurniawan yang juga berasal dari Bandung ini, adalah mengurus rumah tangga. Kadang-kadang beliau juga menjadi pembicara dalam workshop kepenulisan. Dan sesekali menjadi MC pada acara launching buku teman-teman sesama penulis. Ibu dari Fildza Nadhir Adzhani (15 tahun), Najmina Rachma (12th), Rizqitha Aqmaril (12th) dan Keyaan Altamis Muttaqi (3th) ini bersyukur sekali mendapat dukungan penuh dari suami dan anak-anaknya.
Beberapa waktu sebelum resign dari pekerjaannya, beliau mulai menulis kembali. Untuk itu beliau mendalami ilmu penulisan melalui pelatihan menulis di beberapa workshop. Pertama di Rumah Dunia, milik Mas Gola Gong. Selanjutnya ikut workshop menulis cerita bergambar di Mizan. Beliau pernah juga ikut workshop cerpen remaja di Matapena dan Majalah STORY. Terakhir ikut workshop menulis novel anak bersama “Kelas Ajaib”nya Benny Rhamdani, Chief Editor Mizan Publishing.
Ketika ditanya alasan memilih profesi ini, begini jawabannya, “Karena memang sejak kecil sudah senang menulis. Hanya saja dulu tidak dikembangkan karena tidak ada yang mensupport. Kemudian ketika sudah bekerja dan menikah, tertutup oleh kesibukan kerja dan mengurus keluarga. Pada waktu berhenti bekerja saya tidak ingin tinggal diam begitu saja di rumah, sempat mencoba bisnis kecil-kecilan karena kurang tekun, jadi berantakan. Akhirnya kembali ke hobi lama yaitu menulis, mungkin karena dekat-dekat dengan hobi membaca juga.”
Sampai saat ini wanita berkacamata ini sudah menghasilkan sebanyak 16 buku anak. Dua buku remaja dan kurang lebih 10 antologi bersama penulis lain. “Dalam waktu dekat akan terbit 2 buku lagi. Doakan saja ya,” ujarnya tersenyum.
Selain menulis, kegiatan istri dari Asep Kunkun Kurniawan yang juga berasal dari Bandung ini, adalah mengurus rumah tangga. Kadang-kadang beliau juga menjadi pembicara dalam workshop kepenulisan. Dan sesekali menjadi MC pada acara launching buku teman-teman sesama penulis. Ibu dari Fildza Nadhir Adzhani (15 tahun), Najmina Rachma (12th), Rizqitha Aqmaril (12th) dan Keyaan Altamis Muttaqi (3th) ini bersyukur sekali mendapat dukungan penuh dari suami dan anak-anaknya.
“Kadang saya pikir mereka tidak
tertarik dengan dunia saya. Ternyata suatu kali, teman anak sulung saya ingin
membaca buku hasil karya saya. Mereka datang ke rumah untuk membaca buku itu.
Sejak itu saya yakin bahwa anak-anak mendukung saya dengan cara mereka sendiri.
Saya harap mereka tidak merasa diabaikan saat saya sedang dikejar deadline,” kenangnya.
“Semoga saya bisa terus konsisten di bidang yang sekarang sedang saya tekuni ini. Karena sudah kadung jatuh cinta dengan dunia menulis ini. Semoga dimudahkan dan lancar segala sesuatunya. Dan karya-karya saya dapat diterima masyarakat Indonesia,terutama anak-anak dan remaja Indonesia. Karena dua genre itu yang sekarang sedang saya seriusi,” demikian harapan penggemar warna hijau dan ungu ini.
Cerpen karyanya juga pernah dimuat di Koran Radar Banten dan Majalah STORY.
“Semoga saya bisa terus konsisten di bidang yang sekarang sedang saya tekuni ini. Karena sudah kadung jatuh cinta dengan dunia menulis ini. Semoga dimudahkan dan lancar segala sesuatunya. Dan karya-karya saya dapat diterima masyarakat Indonesia,terutama anak-anak dan remaja Indonesia. Karena dua genre itu yang sekarang sedang saya seriusi,” demikian harapan penggemar warna hijau dan ungu ini.
Cerpen karyanya juga pernah dimuat di Koran Radar Banten dan Majalah STORY.
Beliau juga
berterima kasih terhadap support dari orang tua dan kakak-kakaknya. “Kakak saya
sering membeli buku saya dalam jumlah banyak. Menurut saya ini adalah support
yang luar biasa dari mereka,” ujarnya.
Terakhir beliau memberi sebuah pesan
bagi penulis pemula: Jika kalian ingin menjadi penulis, maka jangan mudah
menyerah dalam proses menjadi penulis itu. Tidak cepat merasa puas dengan hasil
yang diperoleh. Dan jadilah diri sendiri ketika kalian berkarya.
Untuk mengenalnya lebih jauh, silakan menjadi
temannya di FB dengan akun Ina Inong atau follow twitternya di @teh_inong.
Oh ya,
jangan malu-malu jika berkenalan dengannya. Saya jamin kakak kita yang satu ini
sangat welcome dengan perkenalan dari kalian. Kakak kita ini, sangat ramah dan
suka bercanda. Jika sudah bertemu dengannya, pasti kalian tidak akan berhenti
tertawa. Selamat mengenalnya lebih jauh ya.[NS]
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. ^_^