Friday, March 30, 2012

Berbagi Ilmu Dengan Adik-adik SMP Pelita Harapan International Lippo Cikarang

Hari Selasa malam, pukul 19.00 WIB, Kak Agga dari Penerbit Mizan menelepon saya. Beliau meminta saya berbagi ilmu menulis di SMP Pelita Harapan International Lippo Cikarang. Walau sehari sebelumnya Kak Wiwik sudah memberitahukan pada saya tentang hal ini, tetap saja jantung saya dag-dig-dug mendengarnya. Perasaan saya waktu itu senang, karena saya mendapat kesempatan untuk berbagi ilmu menulis yang sedikit ini. Sekaligus bingung karena jam dan harinya adalah di saat jam kerja ( Kamis 29 Maret 2012 pukul 7.30 WIB) . Pada hari dan jam kerja seperti ini saya biasanya tidak bisa "keluar". Karena tidak ada yang menjaga anak saya Hauzan yang masih berusia 18 bulan di waktu saya memberikan materi nanti. Keluarga kami tidak mempunyai asisten rumah tangga.
Tapi, karena keinginan saya yang sangat kuat untuk berbagi ini, akhirnya saya menyetujui ajakan Kak Agga itu. Sekilas saya berpikir, Hauzan akan dijaga kakaknya Syifa, karena Syifa berangkat siang ke sekolah.
Malamnya, Kak Agga mengirim email ke saya yang berisi alamat dan jumlah siswa yang akan ikut pelatihan menulis ini. Setelah email itu saya baca, saya lalu mempersiapkan segala sesuatunya untuk presentasi saya di hari H.
Saya lalu minta ijin kepada suami untuk mengajak Hauzan dan Syifa pada hari kamis itu ke acara yang dimaksud. Suami pun mengijinkan. Tapi kemudian saya ingat, bagaimana dengan Hikmal yang pulang sekolah pukul 12.00 WIB? Sama siapa dia di rumah? Lalu saya coba menghubungi tetangga untuk menitipkan Hikmal pada mereka. Sayangnya mereka menyarankan saya mengajak Hikmal saja. Itu artinya mereka keberatan menjaga anak saya. Baiklah saya pikir sebaiknya saya mengajak Hikmal juga. Saya meminta suami agar bersedia cuti hari kamis untuk menjaga dan mengantar saya ke lokasi. Alhamdulillah semuanya dimudahkan oleh Allah. Suami ternyata berhasil mendapatkan cuti yang biasanya tidak bisa karena mengajukan surat cuti mendadak.
Hari Kamis pagi akhirnya kami sekeluarga berangkat menuju Lippo Cikarang. Hikmal saya ajak, saya sudah menelepon wali kelasnya untuk minta ijin.
Sekitar pukul 6.10 WIB anak-anak sudah rapi. Kami pun siap berangkat. Saya berharap sampai di tujuan lebih awal. Apa daya ternyata harapan saya tidak sesuai dengan kenyataan. Kami terjebak macet di beberapa titik. Pertama di perlintasan kereta api menuju Tol Bekasi Barat. Ke dua, setelah beberapa menit di dalam tol, yang ke tiga , tiga kilometer dari pintu keluar dari Cikarang dan yang terakhir setelah keluar dari Tol Cikarang. Saya merasa bersalah ketika jam menunjukkan pukul 8.00 WIB sementara saya masih di dalam tol. Sementara seharusnya acara sudah dimulai setengah jam yang lalu. Saya segera menelepon Kak Agga untuk minta maaf atas kejadian ini. 
Setelah bermacet-macet di tol, saya akhirnya sampai di lokasi pukul 8.20 WIB. Saya bertemu dengan Kak Agga dan Mrs Meicky ( guru yang mengundang kami ke acara tersebut). Setelah minta maaf kepada mereka, acarapun dimulai. Kak Agga membukanya dengan memperkenalkan produk KKPK dan Pinkberry Club. Ternyata sekolah itu menjadikan salah satu buku KKPK sebagai salah satu buku "pelajaran" mereka.
Adik-adik itu cukup antusias mengikuti penjelasan saya. Selesai memberikan materi, saya dan Kak Agga memberikan tugas kepada mereka. Kami meminta mereka membuat sebuah cerpen, atau beberapa paragraf cerpen yang mereka ambil dari tema keseharian mereka. Kami memberikan waktu 7 menit untuk mereka menyelesaikan tugas itu.
Setelah 7 menit berlalu, Kak Agga dan Mrs Mecky mengumpulkan tugas adik-adik itu. Saya membaca dan memilah serta memilih cerpen yang menurut saya sangat bangus. Sementara Kak Agga melanjutkannya dengan memperlihatkan dan bercerita tentang acara Konferensi Penulis Cilik Indonesia yang diadakan Mizan beberapa waktu lalu.
Seperti yang diberitahukan oleh Mrs Meicky, ternyata adik-adik yang ikut pelatihan menulis kali ini beberapa diantaranya berbakat dalam menulis. Tulisan mereka cukup variatif. Ide mereka juga unik-unik. Ada yang membuat cerita fantasi, fabel, dan tentang cita-cita dan keinginan mereka. Saya yakin dan sangat berharap mereka mau melanjutkan membuat cerita dari ide keren yang mereka punya.
Akhirnya, seperti biasa, saya terpaksa harus memilih 3 cerpen yang paling keren. Kebetulan saya hanya membawa 2 buku saya untuk hadiah. Kak Agga juga tidak sempat mampir ke kantor untuk mengambil buku, untungnya dalam tas Kak Agga masih terselip satu gantungan kunci Mizan Fantasi. Salah satu cerpen yang saya pilih adalah yang dibuat oleh Gabriella. Alasan saya memilih cerpen Gabriella sebagai pemenang pertama adalah karena Gabriella berhasil membuat saya menangis (dalam hati) ketika membaca cerpennya, meskipun cerpen itu baru dua paragraf. Cerpen itu menceritakan tentang seorang anak yang tak sanggup memainkan piano yang diberikan sahabat tercintanya karena sang sahabat telah pergi keharibaan Tuhan untuk selamanya. Gabriella menulisnya dengan cara yang berbeda sehingga saya, Kak Agga dan Mrs Meicky ikut terhanyut ketika membacanya. Cerpen itu juga kami bacakan untuk teman-teman Gabriella. Teman-temannya juga setuju kalau cerpen itu layak mendapatkan hadiah novel Kania's Dream.
Selanjutnya saya memilih fabel yang ditulis oleh Monic. Fabel kucing yang bernama Nyanmaru yang ingin berlari dengan menggunakan sepatu roda. Saya menghadiahkan pictbook My Lovely Brownies kepada Monic.
Kak Agga memilih cerpen dengan tema perang antar galaxi yang terjadi 200 tahun yang lalu. Cerita ini dibuat oleh seorang anak laki-laki ( maaf saya lupa namanya) idenya sangat unik. Kami berharap mereka mau meneruskan tulisan itu menjadi sebuah novel atau cerpen. 
Pukul 11.30 WIB, acara pun selesai. Saya dan Kak Agga diajak makan siang ke kantin sekolah PHI. Karena saya membawa "rombongan", akhirnya saya minta ijin pulang lebih dulu. Kak Agga dan Mrs Mecky melanjutkan diskusi mereka.
Dari lubuk hati yang paling dalam, saya minta maaf atas keterlambatan kehadiran saya. Atas kekurangan dan keterbatasan materi yang saya berikan. Semoga suatu saat nanti saya bisa kembali berbagi ilmu bersama mereka. Terima kasih kepada Penerbit Mizan, melalui kak Agga dan Mas Benny Rhamdani serta kepada SMP PHI Cikarang, melalui Mrs Meicky atas kesempatan berharga yang diberikan kepada saya.  ^_^

Tuesday, March 20, 2012

Batik Ibuku Sebagai Warisan Silaturrahmi.

Kalau berbicara tentang Batik Indonesia, aku selalu teringat dengan almarhumah ibu. Beliau meninggalkan kami ketika aku masih  berusia lima tahun. Ibu adalah seorang wanita Indonesia sejati menurutku. Setelah beliau meninggal, semua pakaian beliau disimpan bapak dalam sebuah lemari. Lemari itu terletak di rumah tempat kelahiran ibu, tepatnya di kampung halamanku. Sebuah desa yang sangat indah di kaki gunung Marapi Sumatera Barat. Desa Salo kecamatan Baso. Rumah itu merupakan sebuah rumah tradisional, atau Rumah Gadang kita biasa menyebutnya.
       Kebetulan kami tidak menetap di rumah itu, bapak bekerja di Bukittinggi dan aku beserta adik-adik otomatis ikut bapak. Tempat tinggal kami sekitar 15 Km dari kampungku. Praktis tidak ada yang mengurusi Rumah Gadang kami. Karena Omku, adik ibu, juga tinggal bersama kami. Namun sesekali aku, adik-adikku dan bapak mampir ke kampung untuk membersihkan dan merawat rumah tersebut.
        Suatu kali ketika usiaku remaja, aku mulai suka mencari kira-kira apa yang bisa kugunakan dengan barang-barang peninggalan ibu. Aku melihat isi lemari, ternyata sangat banyak koleksi batik ibuku. Dari yang hanya berbentuk kain panjang, sarung, hingga baju dari bahan batik. Motifnya , warna dan coraknya pun. Bahannya juga beragam, dari yang lembut hingga yang bertekstur kasar ( waktu itu aku belum mengenal jenis bahan kain batik ). Aku buka satu persatu koleksi ibu itu. Karena tubuh  ibuku kecil ( menurut cerita bapak) ternyata pakaian ibu cocok dengan ukuran tubuhku yang saat itu masih remaja. Akhirnya beberapa pakaian ibu itu aku bawa dan kukenakan sebagai pakaianku sehari-hari. Kain panjang dan sarung batik masih kubiarkan terlipat rapi di lemari.
         Ada hal unik ketika aku mengenakan baju ibu itu. Suatu kali aku berjalan di pasar dengan mengenakan pakaian batik milik ibu. Tak disangka aku bersemu dengan salah seorang teman ibu. Beliau memanggilku dengan panggilan nama ibu. Aku tidak menghiraukannya waktu itu karena kupikir, dia tidak memanggilku, mungkin ada orang yang dipanggilnya mirip dengan nama ibuku. Aku meneruskan jalanku. Tapi ibu itu mengejarku dan menghentikan langkahku. Aku menoleh, walau agak kaget, aku usahana tersenyum.
          Ibu itu lalu memandangiku dengan tatapan tak percaya sekaligus bingung.
"Maaf bu, ada apa?" tanyaku waktu itu. Beliau gugup, lalu beberapa saat kemudian beliau memelukku dan meminta maaf. Menurutnya aku sudah mengingatkannya pada sahabatnya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Beliau menyebutkan nama ibuku. Akupun tersenyum, dan mengatakan kalau aku adalah anak sahabatnya itu. Beliau mengusap kepalaku sambil menahan air mata. Setelah kejadian itu aku sering berkunjung ke rumah beliau.
         Ternyata batik tidak saja menjadi warisan budaya, tapi juga menjadi warisan silaturrahmi bagiku dan bagi keluarga sahabat ibuku.*
 *‘Disertakan pada lomba Blog Entry bertema Batik Indonesia, kerja sama Blogfam dan www.BatikIndonesia.com
This entry was posted in

Monday, March 19, 2012

Kuis Novel Anak Junior Chef

Halo sahabat semua, kali ini seri Junior Chef mengadakan kuis yang berhadia 5 buku bagi 5 pemenang. Caranya gampang, sahabat semua masuk ke page Junior chef di Facebook, like page tersebut dan silakan upload foto sahabat di wall page Junior Chef. Berikut saya copas isi kuisnya ya...

Halo teman-teman semua... apa kabar nih? Semoga sehat dan tetap semangat ya. Oh ya kakak mau memberikan kabar gembira nih untuk kalian, kalau kuis kuis foto "Junior Chef" diperpanjang. Masih inget caranya kan? Gini nihhh.. Juniorers berfoto berlima bersama teman-teman sambil memegang buku Junior Chef kalian. Boleh memegang satu, dua,tiga, empat atau lima judul buku seri Junior Chef. Lalu posting di FB dengan men-tag Junior Chef beserta 5 penulisnya. Kakak tunggu foto narsis kalian sampai tanggal 14 April 2012 ya. Ada 5 buku keren dari Penerbit Mizan untuk 5 pemenang. Sssttt... fotonya harus keren yah, karena kakak akan memilih foto paling keren, paling heboh dan paling narsis sebagai pemenangnya. Jangan lupa ajak teman-teman kalian lainnya untuk meng-like page ini biar tambah seru dan tambah rame. Kakak tunggu ya... selamat berfoto... ^_^

KUIS BUKU DETIK DEMI DETIK (“3D”) Antologi Kisah Nyata tentang Rahasia Tuhan.


Harian Republika telah mengulas buku “3D” edisi Minggu 3 Maret 2012. Ulasannya bisa dibaca pada web kami  www.rumahoren.com kolom ARTIKEL.
Semua yang membaca buku “3D”pasti akan mengatakan, “Benar-benar menyentuh, mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dan melakukan hal terbaik sepanjang hidup.”
Bahkan kalimat pertama dari Dedi Setiadi (sutradara senior) dalam kata pengantar di buku ini adalah, “Wow, luar biasa! Tidak kan bosan membacanya.”

Kini Penerbit Pena Oren mengadakan KUIS untuk para pembaca buku “3D”.
Caranya:

1.       Fotolah buku “DETIK DEMI DETIK” penerbit Pena Oren, karya 11 Sahabat Pena Oren.
2.       Upload di wall FB mu dan tag ke FB Pena Oren.
3.       Tulis keterangan (caption) foto itu dengan SATU judul kisah nyata yang paling anda sukai di buku ini, dan beri alasannya. 
4.       Guntinglah logo PENA OREN yang ada di cover belakang buku “3D” bagian kiri bawah,  ATAU struk asli bukti pembelian buku “3D” di toko buku Gramedia.
Jangan lupa tulis nama akun FB mu di balik logo atau struk,
kirim ke:
          RUMAH OREN
          Perumahan Taman Sentosa blok D 8 No.85 Cikarang Selatan 17550
          Telp. 08121261015
atau ke:
          PENAOREN perwakilan Yogya
          Karang Malang  blok A 10 D Yogyakarta 55281. Telp. 081392674320
atau ke:
          UGIK MADYO 
          Jl. Karangan Jaya 1/24 Wiyung – Surabaya 60227
          Telp. 08563434248
*PILIH ONGKOS KIRIM YANG PALING MURAH supaya tidak memberatkan.
5.       Paling lambat diterima tgl 30 April 2012.
6.       Juri adalah para penulis buku “3D” (Ayunin, Santi Nur, El Syifa, Haya Aliya Zaki, Wylvera, Nelfi Syfarina, Ella Sofa, Ugik Madyo, Dian Nafi, Yulia Dwi, Lala Perdana).
7.       Nama-nama para pemenang akan diumumkan di  www.rumahoren.com  kolom EVENT pada tanggal 6 Mei 2012.
8.       Hadiah bagi  11 komentar yang terpilih berupa:
- Tiga Pemenang Utama , masing-masing mendapat hadiah berupa paket berisi  3 buku (karya Nagiga dan  penulis 3D) + uang Rp.100.000,- + pembatas buku Rumah Oren.
- Tiga Pemenang Harapan, masing-masing mendapat hadiah berupa paket berisi 3 buku (karya Nagiga dan  penulis 3D + pulsa Rp 25.000,- + pembatas buku Rumah Oren.
- Lima hadiah hiburan, masing-masing berupa paket berisi  2 buku karya Penulis 3D + pembatas buku Rumah Oren.

       Ikutlah membangkitkan dunia literasi dengan membeli buku.  Selamat membaca.

Tuesday, March 13, 2012

Berbagi Ilmu Menulis di FLP Kids Bekasi

Ahad 11 Maret 2012 lalu saya diminta Mbak April dari FLP Bekasi untuk memberikan motivasi menulis bagi adik-adik FLP Kids Bekasi. Acara ini diadaan di kampus Unisma Bekasi. Karena saya sudah tahu lokasi acara ini, saya seperti biasa bersama keluarga kecil saya berangkat menuju kampus tersebut jam 7.50 Wib. Saya berharap jam 8.30 sudah sampai di lokasi. Dengan demikian cukup waktu bagi saya untuk "menguasai medan". Alhamdulillah sesuai dengan rencana saya, saya pun tiba di loksi tepat waktu. Ternyata masih belum banyak peserta workshop yang datang. Apalagi saya tidak melihat satu pun anak-anak yang akan mengikuti workshop bersama saya. Sembari menghubungi Mbak April, saya melihat ruangan workshop. Kursi dan meja untuk pemateri sudah rapi berikut in fokusnya. Kursi untuk peserta workshoppun sudah rapi, ruangan ber-AC ini cukup nyaman bagi saya. Harapan saya semoga adik-adik dari FLP Kids juga nyaman dalam mengikuti sesi motivasi nanti.
Beberapa menit kemudian saya bertemu Mbak April, Mbak April memperkenalkan saya kepada pengurus FLP lainnya.Setelah itu kami berbincang sejenak. Menurut Mbak April ternyata ada lebih dari 20 anak yang akan mengikuti acara ini nanti. Karena acara ini juga berbarengan dengan workshop menulis untuk peserta dewasa, maka nanti panitia akan memberikan ruangan khusus untuk saya dan adik-adik tersebut. Ruangan itu berada di samping ruangan yang baru saja saya masuki. Karena para peserta belum banyak yang datang, akhirnya saya memutuskan untuk menunggu di dalam mobil sembari memberi ASI untuk Hauzan, putra ke tiga saya. Jam di HP saya sudah menunjukkan angka 9.30 Wib, sudah lewat dari acara yangseharusnya dimulai jam 9.00 Wib. Selesai memberi Asi, saya segera masuk ke ruangan workshop. Sudah lumayan banyak peserta yang datang. Sayangnya saya hanya melihat 4 orang anak saja saat itu. Perasaan saya sanagt sedih karena ternyata sedikit sekali anak-anak yang menghadiri acara ini. Tapi untunglah Mas Sudiyanto sebagai ketua FLP Bekasi mengatakan bahwa ada sejumlah anak yang masih dalam perjalanan. Keceriaan saya kembali muncul. Tepat jam 10.00 Wib, acarapun dimulai. Pembukaan dari MC diiring dengan pembacaan ayat suci alquran berserta terjemahannya. Selanjutnya anak-anak diminta memasuki ruangan khusus untuk mereka, dan orang dewasa tetap di ruangan tersebut. Saya pun bergabung dengan anak-anak di ruangan yang baru.
Begitu kami memasuki ruangan bar hanya ada 2 orang anak yang berseia 'lepas' dari orangtuanya. Dua orang lainnya tidak mau bergabung dan tetap ingin duduk dekat orang tua mereka di workshop menulis untuk ibu mereka. Untunglah dua menit kemudian segerombolan adik-adik dari Sanggar Matahari muncul dan bergabung bersama saya dan dua orang adik yang sudah masuk tadi. Ternyata adik-adik dari sanggar inilah yang tadi dimaksudkan oleh sang ketua FLP Bekasi. Betapa senangnya saya. Acara berbagi motivasi menulis untuk anakpun dimulai. Saya memulainya dengan bercerita pengalaman masa kecil saya waktu "dikejar" orang gila. Mereka terlihat antusias mendengarkannya. Sesekali menreka menyeletuk ketika saya menggambarkan ketakutan saya waktu itu. Saya senang melihat keingintahuan mereka tentang akhir cerita saya. Selesai dengan cerita, saya baru masuk ke dalam motivasi menulis untuk adik-adik tersebut. Saya memberikan sebuah contoh cerita yang mungkin bisa diambil dari pengalaman pribadi seperti yang saya ceritakan tadi.
Satu jam berlalu, sesi terakhir, saya minta mereka menulis sebuah cerita sesuai dengan pengalaman mereka. Saya memberikan waktu 15 menit bagi mereka untuk menyelesaikan beberapa paragraf yang mengandung 1 H dan 5 W. Adik-adik itu pun mulai menulis cerita sambil mengingat pengalaman mereka. Ketika waktu yang saya berikan sudah habis, Kak Uci yang bertugas sebagai moderator meminta kertas yang sudah mereka tulis. Ada sekitar 25 orang anak saat itu. Semua menulis cerita yang saya minta. Betapa senangnya saya, ternyata sebagian dari mereka sudah mengerti dan memahami struktur sebuah cerita seperti yang saya bahas tadi. Hanya sebagian kecil yang membuat satu atau dua paagraf saja. Sisanya sudah membuat satu cerita utuh. Saya membaca tulisan mereka. Sementara itu Kak Uci memberikan games kepada adik-adik itu sembari menunggu pengumuman dari saya. Karena saya berjanji akan memberikan satu buah Novel Anak Kania's Dream bagi cerita yang bagus.
Lima belas menit cukup bagi saya untuk membaca semua tulisan mereka. Ada 10 orang yang bercerita tentang sebuah tema. Ada satu yang bercerita dengan tokoh fabel, dan beberapa lainnya yang bercerita layaknya sebuah diari. Ada rasa haru dan sedih ketika membaca 'curhatan' adik-adik dari Sanggar Matahari itu. Betapa sangat tertekannya mereka ketika harus mengamen di jalanan. Ada yang karena diminta orangtuanya untuk mengamen, ada juga yang karena keinginan mereka sendiri untuk membantu orangtua. Ah, sungguh ini pelajaran berharga bagi saya. Saya berharap bisa memotivasi mereka untuk selamanya menulis. Saya berharap agar suatu hari nanti mereka memperoleh uang dari hasil menulis, bukan mengamen di jalanan, seperti isi curhatan mereka.
Akhirnya saya memberikan buku saya itu kepada Adik Hana, yang membuat cerita fabel.Walau saya belum menjelaskan padanya tentang tokoh fabel, ternyata adik Hana sudah bisa bercerita dengan menggunakan tokoh hewan. Selesai sudah acara motivasi menulis pada hari itu. Sebelum pulang, panitia mebawakan saya oleh-oleh berupa piagam yang sudah dibingkai dengan indah. Ternyata di belakang bingkai piagam itu panitia menyelipkan 'sesuatu' ditambah dua kotak cokelat lezat. Terima kasih atas kesempatan berharga ini. Semoga lain kali saya bisa lebih banyak berkontribusi dalam acara FLP Kids Bekasi.

Saturday, March 10, 2012

Ketika Hikmal Minta membatalkan Puasa

Alhamdulillah, Hikmal puasa sehari penuh kemarin ( 1 Ramadhan 1432 H). Sehari sebelumnya Hikmal 8 th sudah bersemangat ingin berpuasa sehari penuh. Ia ingat tahun lalu ia hanya puasa setengah hari. Saya dan Bapaknya sangat senang mendengar keinginan putra kami itu. Bapaknya menjanjikan hadiah jika ia berhasil melaksanakan puasanya. Jika Hikmal puasa sehari, maka celengannya akan bertambah Rp 5000,- demikian seterusnya. Alangkah senangnya Hikmal mendengar hal itu.
Hari yang dinanti akhirnya datang juga. Hikmal bangun dengan mudah. Kami makan sahur bersama. Selanjutnya Hikmal bersiap untuk puasa hari itu. Setelah shalat subuh, saya dan suami mengijinkannya untuk tidur kembali, karena hari pertama Ramadhan ini dia masih libur sekolah. Hikmal bangun setelah jam 8 pagi. Sampai di sini puasanya masih bertahan.
 Sehabis shalat zhuhur Hikmal mulai mengatakan kalau dia lapar dan kepalanya pusing. Saya berusaha membujuknya dengan memintanya membaca komik kesukaannya. Hikmalpun menurut. Sejam setelah itu temannya datang. Merekapun bermain dan terlibat obrolan seru. Hingga aku mendengar sebuah obrolan yang membuat Hikmal ingin membatalkan puasanya.
“Kamu masih puasa kan?” tanya Hikmal pada temannya yang sedang main ke rumah.
“Aku puasa setengah hari, kata mama ku, aku boleh buka puasa setelah azan zhuhur,” jawab Aan temannya itu. Saya masih menguping pembicaraan mereka. Saya harap Hikmal tidak tergoda untuk berbuka.
“Tapi kan kamu udah 8 tahun, harusnya kamu udah puasa seharian,” jelas Hikmal. Saya tersenyum mendengarnya.
“Ih, gak apa-apa lagi, kita kan masih anak-anak. Kata mamaku kalau anak-anak boleh puasa setengah hari,” Aan teguh dengan prinsipnya. Saya terus berdoa semoga Hikmal tidak terpengaruh.
“Bu, aku lapar nih, kepalaku pusing,” tiba-tiba Hikmal menghampiri saya yang sedang memasak di dapur. Ternyata temannya sudah pulang.
“Abang tidur aja yuk. Biar gak pusing dan gak lapar. Nanti kalo udah maghrib ibu bangunin, biar langsung buka.” Saya berusaha menyabarkannya.
“Tapi kepalaku pusing banget, aku gak bisa tidur kalo pusing dan lapar,” Hikmal masih merengek. Sayapun menghentikan memasak. Saya ajak dia ke kamar. Sembari tiduran saya pun bercerita tentang bagaimana saya berpuasa ketika kecil dulu.
“Sayang Bang, kan Abang udah nahan dari subuh. Masa cuma nunggu 2 jam lagi abang gak sanggup,” saran saya mengakhiri cerita. Hikmal sepertinya mengerti dengan yang saya maksud . Meskipun tidak jadi tidur, Hikmal minta diijinkan main game di komputer. Saya setuju.
Sejam bermain komputer, Hikmal mulai merengek lagi minta makan. Jurus lain saya keluarkan.
“Abang buka puasanya mau makan apa?” jurus pamungkas saya. Karena saat ini sudah jam 4.30 sore. Hikmal sangat senang makan, jika ditawari makanan begini, dia pasti suka.
“Puding aja deh Bu, sebenarnya aku pengen makan Tekwan,” sahutnya.
“Hikmal pernah makan Tekwan? Tau gak orang jualnya di mana?” saya bingung juga, karena selama ini Hikmal belum pernah makan Tekwan itu di rumah. Entah tahu dari mana dia tentang Tekwan itu.
“Belum pernah sih Bu, tapi kemarin aku nganter Aan beli Tekwan di warung Ibunya Satya.”
“Ya udah, kita beli yuk,” aku memberikan Hikmal sejumlah uang. Warung yang dimaksudnya hanya berjarak 6 rumah dari rumah kami.
“Sisanya aku beliin layangan ya Bu,” Hikmal menyambar uang yang saya berikan. Ia segera berlari ke warung. Beberapa menit kemudian dia pulang dengan membawa layangan.
“Bu, Ibu Satya gak jual Tekwan, jadi aku beli layangan aja,” Hikmal mengembalikan uang sisa membeli layangan.
Setelah itu ia asyik bermain dengan layangannya hingga buka puasa tiba. Menit-menit menunggu suara azan adalah ahal yang paling mengharukan bagi Hikmal. Ia benar-benar sudah tak sabar ingin segera berbuka. Digantinya saluran TV, demi mencari saluran yang pertama menanyangkan azan maghrib.
Demikian cerita puasa pertama Hikmal, semoga bermanfaat bagi ibu-ibu yang sedang melatih buah hati untuk puasa. Selamat menunaikan ibadah puasa. *

*artikel ini dimuat di harian Republika awal Ramadhan ( Agustus 2012)

Kenapa Tidak Boleh Jajan Sembarangan

      
       Kejadian ini terjadi ketika Hikmal masih kelas 1 SD. Seperti biasanya setiap pagi saya mengantar anak-anak ke sekolah. Pagi itu Hikmal meminta uang untuk membeli makan yang dijual pedagang di depan sekolahnya. Jajanan itu berupa sosis goreng. Padahal pihak sekolah melarang anak-anak untuk jajan. Mereka harus membawa bekal dari rumah. Entah mengapa pedagang keliling masih saja berdiri di sekitar area sekolah. Saya menolak memberikan uang kepada Hikmal dengan alasan sosis yang dijual abang-abang itu tidak sehat dan tidak bersih.
       Hikmal tidak bisa menerimanya. “Teman-temanku pada beli nggak apa-apa tuh, kenapa aku nggak boleh?” ujarnya ketus. Dia ngotot meminta uang untuk membeli sosis itu. Saya tetap tegas tidak mau memberi uang, akhirnya dia ngambek. Saya berusaha membujuk Himal, “nanti di rumah ibu bikinin sosis untuk Hikmal.”
       Hikmal bergeming. Dia tetap tidak mau masuk kelas sebelum dibelikan jajanan itu. Saya hampir kehilangan kesabaran. Pertama karena bel sekolah sudah berbunyi. Jika Hikmal tidak segera masuk kelas, dia pasti akan disuruh untuk menulis istighfar dua halaman. Saya sudah  berusaha mengingatkan Hikmal tentang hal itu. Tapi Hikmal sepertinya tidak peduli. Dia masih saja duduk di jok motor dengan mulut manyun.
        Beberapa orang temannya sudah berlarian masuk gerbang sekolah. Mereka memanggil Hikmal, sayangnya Hikmal masih bergeming. “Hikmal masih ingat nggak waktu Hikmal sesak napas dulu?” akhirnya jurus pamungkas terpaksa saya keluarkan. Hikmal terdiam, dia seperti berpikir dan mengingat kejadian itu.
        Hikmal memang menderita asma. Dia pernah terserang asma yang lumayan berat. Kejadiannya ketika Hikmal masih di TK. Dia makan snack yang banyak dijual di warung. Sepertinya kandungan Msg snack itu membuat alerginya kumat, sehingga malamnya tiba-tiba Hikmal batuk-batuk dan muntah. Beberapa menit kemudian napasnya sesak. Bibir dan kukunya membiru. Wajahnya pucat. Saya dan suami sangat panik melihat kondisi Hikmal.  Sungguh tidak tega melihatnya seperti itu.
        Saya biasanya selalu membuat snack untuk anak-anak. Seandainya saya tidak sempat membuatnya, maka kami akan membeli makanan yang benar-benar jelas kandungan gizi dan kehalalannya. Mungkin Hikmal ingin mencoba jajanan di abang-abang itu karena melihat teman-temannya memakan makanan itu.
       “Ya udah, tapi ntar tungguin aku ya. Aku mau bikin sendiri.” Akhirnya Hikmal mengalah. Dia segera turun dari motor, lalu mencium tangan saya kemudian segera berlari ke kelasnya. Saya tersenyum dan segera pulang.
      Ketika pulang sekolah, Hikmal menagih janji saya untuk membuat sosis bersamanya. Saya pun mencari resep membuat sosis di internet. Untung ketemu. Di rumah kebetulan ada ayam giling, jadi kami membuat sosis ayam saja. Tidak perlu ditambah Msg. Syifa, Hikmal dan saya asyik bereksperimen di rumah. Setelah semua bahan dicampur, kami  memasukkannya ke dalam cetakan. Tidak seperti sosis biasa, yang dikukus menggunakan plastik. Cetakan ini kebetulan bergambar beruang dan hewan lainnya. Jadi hasilnya lebih lucu dibanding sosis biasa. Mungkin namanya bukan sosis lagi, tapi Hikmal dan Syifa suka.
       Sejak saat itu Syifa dan Hikmal selalu mengajak kami membuat sendiri makanan yang dijual pedagang di sekolah mereka. Kadang kami membuat telur dadar kecil yang dimasak menggunakan penggorengan seperti milik para pedagang itu. Saya dan suami membelinya di pasar tradisional. Anak-anak juga bisa membuat sendiri. Saya hanya membantu menyalakan kompor.
        Lain waktu kami membuat puding buah. Karena Hikmal melihat ada abang-abang menjual puding warna-warni. Dia memintaku mengajarkannya membuat puding. Fla-nya cukup dari susu kental manis. Anak-anak senang bisa memasaknya sendiri di rumah. Walau dapur jadi berantakan, tapi tak mengapa, kesehatan mereka lebih utama.
         Sekarang Hikmal tidak pernah lagi minta jajanan yang tidak diketahui kebersihannya itu. Semoga seterusnya seperti itu.*


*artikel ini dimuat di harian Republika, 21 Februari 2012 

Monday, March 5, 2012

Berbagi Motivasi Menulis Bagi Adik-adik Panti Asuhan se Jakarta Pusat


Hari Minggu 4 Maret 2012, saya bersama 3 trainer Galeri Kelas Ajaib berbagi motivasi menulis kepada adik-adik panti asuhan se Jakarta Pusat. Acara ini diadakan mahasiswa PPM Manajemen Jakarta bersama yayasan anak yang di kelola Kak Seto. Acara dimulai jam 9. 15 wib. Ketika saya sampai di gedung PPM Manajemen yang terletak di dekat Tugu Tani itu, suasana masih sepi. Saya yang datang bersama anak-anak dan suami saya, sengaja berangkat lebih awal agar lebih siap memberi motivasi kepada mereka. Saat itu masih jam 8.30 Wib.
       Ternyata Mas Sokat dan keluarga kecilnya sudah sampai lebih dulu dari saya. Setelah berbincang dengan Mas Sokat, kamipun menuju lantai 2 tempat acara diadakan. Di Sana sudah ada beberapa peserta dan panitia. Setelah memperkenalkan diri kepada panitia, saya dan Mas Sokat bertanya lebih lanjut tentang tema yang akan kami berikan hari ini. Karena seperti permintaan panitia tempo hari, acara ini akan dilanjutkan dengan workshop menulis bagi adik-adik tersebut. Hari ini merupakan acara pembuka bagi kegiatan selanjutnya hingga bulan Juli mendatang.
Sebelum acara dimulai kami diundang oleh salah seorang dosen PPM Manajemen ( Pak Aries) ke dalam ruangannya . Beliau sebagai penanggung jawab acara ini. Menurut beliau, kampus mereka memang selalu mengadakan acara 'turun lapangan' seperti ini bagi mahasiswanya. Mahasiswa memilih melakukan kegiatan berbagi kepada adik-adik panti asuhan se Jakarta Pusat. Kampus memfasilitasinya. Ke depan mereka berharap praktek lapangan bagi mahasiswa mereka ini bisa menghasilkan orang-orang muda kreatif dalam bidang mereka masing-masing.
          Pak Aries juga berterima kasih atas kesedian Galeri Kelas Ajaib menjadi motivator sekaligus trainer bagi calon penulis muda ini. Beliau berharap kerja sama ini terus berlanjut.
Selanjutnya acara motivasi dan diskusipun dimulai. Acara dibuka dengan rekaman video Kak Seto yang mengucapkan selamat belajar bagi adik-adik, beliau berharap adik-adik bisa menjadi seorang penulis kreatif dan memberi pesan positif pada tulisan mereka bagi orang lain. Beliau minta maaf karena tidak bisa hadir, karena sedang berada di Palu. Lalu sesi motivasi menulis dimulai. Pertama Kak Indah Juli memberikan motivasi kepada 30 orang peserta dari berbagai panti asuhan di Jakarta Pusat ini. Peserta yang masih duduk di bangku SMP dan SMA ini terlihat masih malu-malu. Kak Indah memancing mereka dengan beberapa pertanyaan seputar keinginan mereka untuk menulis. Beberapa waktu kemudian, beberapa peserta mulai aktif dan bersemangat untuk bertanya tentang dunia menulis.
          Selesai diskusi dari Kak Indah, selanjutnya kesempatan itu diberikan kepada saya. Walau sedikit nervous dan demam panggung saya mengajak adik-adik itu untuk memperkenalkan diri dulu. Hal ini saya lakukan untuk lebih mengenal mereka. Karena kebetulan tadi mereka belum memperkenalkan diri mereka masing-masing. Selanjutnya saya mencoba membuka imajinasi mereka melalui sebuah cerita. Saya minta mereka membayangkan diri mereka berada dalam sebuah hutan yang luas. Dan selanjutnya saya meminta mereka berimajinasi dengan keadaan hutan, pohon dan buah-buahan dalam hutan itu. Kesimpulannya, ketika menulis sebuah cerita fiksi, mereka bisa berimajinasi sejauh apa yang mereka inginkan.
          Saya juga meminta mereka selalu menulis aktifits mereka dalam sebuah diari, karena semakin biasa mereka menulis, akan semakin mudah mereka menuangkan ide dalam tulisan mereka nanti. Saya juga meminta mereka rajin membaca, karena tidak ada tulisan tanpa membaca sebelumnya. Dengan sering membaca maka akan membuka wawasan dan menemukan hal-hal baru atau ide-ide untuk menulis sebuah cerita.
         Sesi berikutnya disampaikan oleh Mas Sokat. Karena diawal Kak Indah dan saya sudah menyampaikan sedikit teori, saatnya Mas Sokat meminta mereka untuk praktek menulis. Mas Sokat meminta adik-adik itu membuat sebuah cerita dengan tema sepeda. Merekapun bersemangat menulis sebuah cerita. Mas Sokat memberikan waktu 15 menit bagi mereka untuk menyelesaikan beberapa paragraf.
       Setelah selesai dengan tugas dari Mas Sokat, Mas Sokat meminta mereka membaca cerita yang mereka buat. Sungguh menakjubkan dan membuat kami semakin bersemangat untuk melatih mereka menulis, ternyata cerita yang mereka buat cukup menarik. Ada satu hal yang sempat membuat kami menahan napas, ketika Mas Sokat bertanya, "Apakah ada di antara adik-adik yang tidak menulis? Kalau ada silakan tunjuk tangan." Tentunya kami menginginkan jawaban mereka adalah 'tidak ada' Tapi kenyataannya tidak demikian, ada satu orang yang menunjuk tangan. Sontak kami memandang adik itu. Mas Sokat bertanya alasannya tidak menulis. Sambil malu-malu dia menjawab,"saya tidak punya pulpen Kak."
         Olala... saya menarik napas lega, tadi saya sempat berpikir mungkinkah karena dia tidak mau dan tidak bisa menulis? ternyata alasannya karena pulpen tidak punya. Walau miris mendengarnya, saya dan teman-teman lega. Pada dasarnya mereka ingin menulis dan bersemangat menjadi seorang penulis.
         Sesi terakhir yaitu diskusi dan tanya jawab, kami memberikan beberapa buku hasil karya kami kepada adik-adik yang aktif bertanya. Saya memberikan Kania's Dream untuk salah satu peserta yang menurut saya cerita yang ditulisnya tentang sepeda cukup menarik. Setelah itu salah satu panitia menelpon Kak Seto dan meminta adik-adik menyapa Kak Seto melalui telepon yang di dekatkan ke mikropon. Acara berakhir dengan makan siang. Sebelumnya kami mengabadikan kebersamaan kami dalam sesi foto bersama.
        Alhamdulillah, acara berjalan dengan lancar. Dari lubuk hati yang paling dalam, saya ucapkan terima kasih untuk kesempatan berbagi ini kepada Kampus PPM Manajemen dan adik-adik dari panti asuhan se Jakarta Pusat. Khususnya kepada Mbak Dyah yang sudah membuka jalan bagi saya ke dalam dunia baru ini. Sampai bertemu lagi di kesempatan berikutnya. ^_^