Saturday, May 16, 2015

Masalah Anakmu Adalah Masalahmu Juga

Sore tadi, tiba2 Hikmal putera ke dua saya menangis berlari ke rumah. Betapa paniknya saya melihat dia menangis sambik tersengal2 sehingga susah menjelaskan kepada saya apa yang sedang terjadi.
    Berbagai pikiran buruk berkecamuk dalam otak saya. Saya buru2 memeriksa semua anggota badannya. Apa ada yang terluka. Karena terakhir kali saya melihat dia menangis seperti itu ketika dia jatuh dari sepeda dan kepalanya mengeluarkan banyak darah.
    Saya perhatikan tidak ada satu pun luka di badannya.
     "Si Jaki bu. Tolong si jaki." Ujar Hikmal terbata2. Hingga dia terlihat kesulitan bernapas. Saya makin panik. Ada apa dengan temannya itu?
    "Hikmal tenang dulu. Coba jelaskan pada ibu apa yang terjadi?" Tanya saya dengan nada sangat panik. Karena saya khawatir melihat Hikmal menangis sampai kehabisan napas seperti itu.
     "Aku tadi mukul si jaki. Tapi dia duluan yang jahatin aku. Dia sekarang sakit. Bapaknya bilang ibu harus membawanya ke rumah sakit.." jelas hikmal tersengal. Air matanya masih terus mengalir. Rasa takut dan khawatir terlihat jelas di wajahnya.
     Hikmal sudah 11 tahun sekarang. Rasanya janggal kalau dia menangis karena berkelahi dengan temannya.
    Saya langsung lari menuju rumah Jaki. Rumahnya di depan rumah kami. Di depan rumah saya, bapak Jaki terlihat hendak membuka pintu. Karena sangat khawatir dengan keadaan Jaki, saya lupa menyapa bapaknya. Saya langsung masuk ke rumah Jaki.
    Di rumah jaki, saya lihat dia berbaring sambil menangis. Saya lihat ibunya sedang mengolesi obat nyeri otot ke dada anaknya.
     Saya lemas. Saya pegang tangan dan kaki Jaki. Rasanya basah dan dingin. Saya berpikir itu keringat dingin. Lalu saya minta maaf atas perbuatan anak saya. Saya minta maaf pada jaki dan ibunya.
     Sementara itu saya raba nadi di pergelangan tangannya. Saya ingin memastikan keadaan nadinya. Saya perhatikan napasnya. Dia menangis dan terisak. Jadi napasnya agak tersengal.
     Saya tanya bagian mana yang ditonjok Hikmal. Bagian mana yang sakit. Saya juga bertanya tentang keadaan napasnya. Apa dia kesulitan bernapas atau tidak.
    Jaki menunjuk dada sebelah kanan. Lalu dia bilang kalau napasnya agak sesak.
    Saya ajak dia ke rumah sakit. Tapi jaki menolaknya. Saya tanya lagi apa tadi jaki muntah atau batuk setelah ditonjok. Katanya tidak.
     Saya meminta ibunya untuk mengajak jaki ke rumah sakit. Karena dia mengeluh sakit di bagian ulu hatinya. Tapi orang tuanya mengatakan, " Nanti saja. Mungkin jaki kaget dan takut. Karena tadi dia bersembunyi dan nangis di kamar mandi. Jadi saya nggak tahu juga apa yg terjadi. Lalu setelah saya tanya ternyata dia habis dipukul Hikmal." Jelas ibu jaki.
    Begitu mendengar penjelasan ibu jaki saya jadi bertanya dalam hati. Apa mungkin Hikmal yang tak pernah berkelahi itu menonjok anak yang lebih kecil darinya. Kenapa anak saya sampai kalap begitu. Apa yang terjadi sebenarnya.
    Saya pun minta izin ke rumah sebentar untuk menemui hikmal. Karena tadi saya panik saya berpikir anak saya yang bersalah. Dan sekarang saya ingin mengetahui kronologi kejadiannya.
     Sampai di rumah hikmal masih menangis walau tidak seperti tadi. Ketika saya tanya hikmal mulai menjelaskan. Bahwa saat dia main bola bersama teman2nya dan juga jaki. Jaki menendang bola ke kepala hikmal. Bola itu seperti sengaja di arahkan ke kepala Hikmal. Hikmal meminta jaki tidak melakukannya lagi. Karena hikmal kesakitan saat bola mengenai kepalanya.
  Ternyata jaki tidak mendengarkan hikmal. Beberapa kali berikutnya jaki seolah sengaja menendang bola ke arah badan hikmal. Sehingga kena dada dan kepala hikmal lagi. Hal ini berulang sampai 4 kali. Dan jaki tetap tidak mau mendengarkan permintaan  hikmal agar tidak mengarahkan bola ke badannya.
     Karena sakit terkena bola yang ditendang keras ke badannya, hikmal pun jadi kesal dan mengejar jaki. Lalu dia menedang kaki jaki. Ketika jaki jatuh dia memukul jaki.
    Saat dia memukul jaki itulah bapak jaki melihat mereka. Lalu jaki berlari masuk ke rumahnya. Dan beberapa menit kemudian bapaknya marah ke hikmal.
Bapak jaki menyuruh hikmal memanggil saya agar mengantar anaknya ke rumah sakit.
Setelah mendengar penjelasan hikmal. Saya mengajak hikmal minta maaf kepada jaki. Lalu saya pun minta maaf lagi pada jaki dan orangtuanya.
     Saya perhatikan lagi dada dan perut jaki. Tidak ada memar atau merah bekas pukulan di sana. Saya berharap jaki baik2 saja. Tapi sebagai tanda penyesalan saya atas sikap anak saya. Maka saya kembali membujuk jaki untuk diperiksa ke rumah sakit.
    Mungkin jika diperiksa dokter dan dironsen akan ketahuan keadaan di dadanya. Sayangnya orangtua jaki mengatakan nggak perlu.
     "Nanti saja kalau jaki sudah sedikit tenang." Demikian mereka memberi alasan.
    Berulang kali saya mengajak mereka ke rumah sakit. Tapi mereka masih menolak. Akhirnya karena sudah hampir azan maghrib. Saya pun pamit pulang.
    "Sekali lagi maafkan hikmal ya bu. Maafkan hikmal ya jaki. Kalau nanti ke rumah sakit. Tolong panggil saya. Saya akan membayar pengobatan jaki." Pinta saya.
    "Mungkin hanya kaget bu. Mudah2an nggak apa2, apalagi dia anaknya juga penggeli. Siapa tahu dia geli ketika dipegang badannya. Tapi dia bilang sakit." demikian jawaban ibu,  bapak, dan nenek jaki.
    Walau agak lega mendengar penjelasan mereka. Saya masih khawatir dengan keadaan jaki. Semoga Allah memberi kesehatan pada Jaki. Mohon doanya ya teman2.