Friday, July 18, 2014

Demam Berdarah Mengintai Kita

Tanggal 24 Juni 2014 lalu, saya diuji Allah dengan sebuah penyakit. Saya harus dirawat karena dokter menemukan gejala penyakit demam berdarah dalam darah saya. Suhu tubuh saya yang naik turun selama lebih dari 3 hari ditambah dengan rasa nyeri di beberapa sendi tubuh saya. Dokter UGD sebuah rumah sakit swasta di Bekasi, akhirnya meminta saya melakukan pemeriksaan laboratorium.
Ternyata hasil dari pemeriksaan darah tersebut terdapat indikasi yang mengarah ke penyakit demamberdarah. Nilai trombosit saya saat itu masih normal, tapi sudah nyaris diambang batas normal. yaitu 155.000. Normalnya 150.000 - 500.000. Demikian juga dengan nilai leukosit dan hematokrit darah saya yang sudah sedikit di bawah normal.

Sunday, July 13, 2014

Mengaji Bersama Kakek



                                 
                               Hanif, Fathan dan Kakek (Foto : dokpri)
Sebelum shalat tarawih, pasti selalu ada kultum di masjid dekat rumah Hanif. Biasanya sebelum kultum dimulai, Hanif dan teman-temannya bergiliran membaca AlQuran. Malam ini, giliran Hanif yang tampil ke depan untuk membaca AlQuran. Hanif sudah mempersiapkan diri sejak sebelum Ramadhan. Dia ingin bacaan AlQurannya lancar saat tampil nanti.
Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq,” Hanif mulai membaca Al Quran, Syaamil Quran yang ada di depannya. Semua jamaah khusu’ mendengarkan bacaan Hanif. Ada kakek yang ikut mendengarkan bacaan Hanif saat itu. Kakek mengangguk-angguk sambil sesekali mengusap matanya. Kakek menangis!
Shadaqallahul adziim,” Hanif mengakhiri bacaannya. Dia kembali ke tempat duduknya di samping kakek.

[Masa Kecil Tokoh] Baharuddin Jusuf Habibie


              

            “Rudi, bantu ibu untuk berkemas yuk,” pinta Ibu pagi itu. Walau aku anak ke empat dari delapan bersaudara. Bapakku Alwi Abdul Jalil Habibie dan ibuku R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Mereka sangat menyayangi kami anak-anaknya. Dalam beberapa hal, mereka berdua kurasa sangat menyayangiku. Mungkin karena aku anak laki-laki pertama dalam keluargaku.    
            “Berkemas? Kita akan ke mana Bu?” tanyaku bingung.
            “Kita akan pindah dari Pare-pare Nak. Insyaallah dalam pekan ini, kita pindah ke Larrae’,” sahut Ibu. Aku bingung mendengar perkataan ibu ini. Kenapa kami harus pindah? Tapi aku tidak berani bertanya lebih banyak. Kulihat Ibu diam, itu artinya pasti ada sesuatu yang dipikirkan Ibu.

Saturday, July 12, 2014

Sebuah Pengabdian

                                  Kontes #Semangat Berbagi Blog Emak Gaoel bersama Smartfren


                                                                       Bapak Yusri
Namanya Bapak Yusri, usianya saat ini 60 tahun. Tadi beliau mengirim SMS pada saya. Bunyinya. “Ada sumbangan untuk musalla Ittihad tahun ini ndak?” Tentu saja saya segera membalas SMS beliau. Saya jawab, ya, saya akan menyumbang. Saya insyaallah akan memberikan uang sumbangan itu dalam pekan ini.
            Bapak Yusri adalah salah satu pengurus sebuah musala kecil di tengah kota Bukittinggi, kampung halaman saya. Musala ini sudah cukup tua. Bangunannya pun sebagian terbuat dari papan. Atapnya seng. Musala itu berdiri sejak tahun 1974, setahun lebih tua dari saya.
                                              Musala Ittihad, yang usianya lebih tua dari saya ^_^

Wednesday, July 9, 2014

(Review Buku) Super Handbook for Super Teens


Ketika melihat buku ini di wall FB Mbak Fita, saya langsung tertarik dengan buku ini. Saya pikir buku ini pasti sangat keren. melihat kavernya yang berwarna pink dengan judul berwarna warni makin membuat saya tertarik untuk membaca buku ini.
     Apalagi sebagai seorang emak dari dua ABG cewek dan cowok, saya mewajibkan diri saya untuk membeli buku ini. Saya akan membelinya begitu saya berkunjung ke toko buku, demikian pikir saya waktu itu.

Tuesday, July 8, 2014

Menata Daun Pisang



 
            
Sore itu aku dan beberapa anggota karang taruna desa sedang sibuk mempersiapkan acara buka puasa bersama. Seperti tahun sebelumnya, kami mengadakan acara buka bersama dengan memasak sendiri makanan untuk berbuka. Aku sebenarnya hanya pendatang di desa ini. Karena sehari-hari aku tinggal di kota Bukittinggi. Aku datang ke desa ini karena desa ini adalah tempat tinggal nenekku.
            Setiap minggu, aku mengunjungi beliau. Walau hanya sesekali aku ke sini, tapi masyarakat desa ini cukup mengenalku. Jadi  mereka juga sering mengajakku terlibat dalam kegiatan yang mereka lakukan.
            “Apalagi yang mau dikerjakan Tek Ayu?” tanyaku setelah semua bahan masakan selesai disiapkan. Aku baru saja selesai memotong sayur dan mengupas bumbu untuk dihaluskan.

Friday, July 4, 2014

Nilai Rapor Zahra



     
   “Loh kok cemberut sih? Kan nilai Zahra bagus. Mama nggak marah kok, Zahra nggak rangking satu.” ujar Mama sambil menatap Zahra dengan lembut.
            “Tapi, aku kesal Ma, kenapa Mira bisa rangking satu terus. Aku kan juga ingin rangking satu,” gerutu Zahra.
            “Sayang, mama senang, Zahra rajin dan suka berkompetisi. Tapi Zahra harus ingat, hanya Allah yang memutuskan siapa yang mendapat nilai tertinggi. Jadi, lebih baik kita bersyukur karena Zahra berhasil mendapatkan rangking dua,” jelas mama.

Menularkan Cinta Indonesia Pada Keluarga

                               Saya Dan Indonesia 
     Saya lahir dan dibesarkan di Bukittinggi, Sumbar, salah satu bagian dari wilayah Indonesia. Diasuh oleh orang tua yang juga asli Bukittinggi. Sebagai warga negara Indonesia, tentunya saya bangga menjadi salah satu penduduk negeri ini. Lalu bagaimana cara saya mengungkapkan rasa bangga dan cinta saya pada negeri ini?     
                         13578129951526832981  
                       Salah satu keindahan kota Bukittinggi, kota kelahiran saya
        Mencintai negara sendiri sebenarnya sangat sederhana. Misalnya coba perhatikan benda dan peralatan yang kita gunakan di rumah. Apakah sepatu yang kita pakai adalah produk dalam negeri? Bagaimana dengan tas, pakaian, peralatan rumah tangga dan benda-benda lainnya. Jika ternyata kita menemukan produk asing lebih banyak yang kita gunakan, mungkin saatnya kita menggantinya dengan produk dalam negeri.