Monday, February 24, 2020

Nurse Station Bougenville 2


“Astaghfirullah alazhim,” gumamku dan berusaha keras menghilangkan pikiran aneh yang menyusup di kepalaku. Aku buru-buru kembali ke nurse station. Aku sangat yakin, wajahku pasti pias saat ini. Tapi aku harus berusaha mengendalikan diri. Jangan sampai Ine dan Sofi mengetahuinya dan ikut berpikir yang aneh-aneh. Bisa-bisa mereka takut dan kami tidak akan tenang melaksanakan tugas sampai pagi.
Untunglah pekerjaanku sudah selesai. Hanya tinggal mengantar formulir ini ke laboratorium. Walau agak gugup, aku berusaha berpikir, bahwa mungkin suara anak-anak yang kudengar tadi, berasal dari lorong lantai 4. Karena malam ini sangat sunyi, jadi suara mereka jadi terdengar jelas hingga ke lantai lima.

Sunday, February 23, 2020

Nurse Station Bougenville 1

                                           
            “Hai!” sapaku pada temanku yang terlihat sibuk menyelesaikan laporan. 
“Hai,” sahut Sarah masih terus asyik menulis laporannya. 
“Sudah jam berapa sih?” gumamnya melanjutkan menulis laporan dengan terburu-buru. 
“Tenang aja, masih jam setengah sembilan kok,” sahutku tersenyum. Malam ini aku bertugas jaga malam di sebuah rumah sakit tempatku bekerja. Rumah sakit swasta yang cukup terkenal di Bekasi.
Walau pun malam sudah kelam di luar sana, tapi di dalam nurse station ini selalu terang benderang. Bahkan kami tidak bisa membedakan malam atau siang ketika berada di sini. Kecuali ketika kami masuk ke kamar pasien, begitu melihat ke arah jendela, baru kami bisa memastikan keadaan di luar sana. Siang atau malam.

Tuesday, February 18, 2020

Cicak Dan Anak Kecoa


Hikmal sedang bermain bersama adiknya Hauzan. Mereka tinggal di sebuah perumahan di Bekasi. Hauzan baru berusia 3 tahun. Hauzan sangat senang memperhatikan cicak di dinding. Setiap melihat cicak, Hauzan selalu menunjuknya dan berseru pada Hikmal. 
“Cicak Bang!” 
“Iya dek, itu cicak. Dia lagi jalan-jalan,” sahut Hikmal. 
“Jalan ke mana?” tanya Hauzan ingin tahu. 
“Ke tempat yang ada makanannya,” jelas Hikmal. 
“Makan apa?” tanya Hauzan lagi. Hauzan memang belum begitu lancar berbicara. Jadi pertanyaannya sangat singkat. 
“Cicak seringnya makan nyamuk,” jelas Hikmal lagi. 
“Nyamuk ya?” Hauzan berusaha meyakinkan pendengarannya.  

Monday, February 17, 2020

Mobilan Baru

Malka punya mobil-mobilan remote model terbaru. Dia mengajak temannya Fatih untuk main bersama. 
            “Aku yang main pertama, setelah itu kamu boleh pinjam,” ucap Malka pada Fatih.
            Fatih setuju. Mereka pun main bersama. Mereka membawa mobil remote itu ke jalan di depan rumah mereka. Karena asyik main, Malka lupa janjinya pada Fatih. Fatih sudah berulang kali memanggil Malka agar meminjamkan mobil remotenya.

Friday, February 7, 2020

Hinamatsuri

Namaku Natsume Okada. Saat ini aku duduk di lobi sekolahku, menunggu Ayah menjemputku. Di luar hujan salju sudah mulai turun. Aku berharap Ayah segera datang agar kami bisa sampai di rumah sebelum malam. Karena aku ingin menata panggung boneka untuk perayaan Hinamatsuri besok.  
  Semalam aku membantu Ayah mengeluarkan panggung boneka dari gudang. Panggung itu nanti akan diisi oleh sepasang boneka kaisar dan permaisuri, dayang-dayang dan para penari. Aku taksabar menunggu esok tiba. Setiap tahun, kami selalu memperingati perayaan Hinamatsuri. 

Wednesday, February 5, 2020

Obat Untuk Ibu Kedasih


            Ibu Kedasih demam sejak semalam. Padahal dia juga sudah mengompres ibu dan meminta ibu minum banyak air putih. Karena belum turun demamnya, Kedasih pun pamit pada ibunya untuk meminta obat ke Tabib. 
            Dalam perjalanan menuju rumah Tabib, tiba-tiba Kedasih mendengar suara tangisan minta tolong. 
 “Huhuhu... tolong aku.”
 Kedasih menghentikan langkahnya. Dia memperhatikan sekitarnya. Hanya ada pohon di sana.  
“Mungkin hanya perasaanku saja,” gumam Kedasih. Dia pun melanjutkan perjalanan. Baru dualangkah, tiba-tiba suara itu terdengar kembali. Kali ini terdengar lebih kencang. Kedasih kembali menghentikan langkahnya.  
“Hai, siapa di sana? Apa kamu perlu bantuanku?” tanya Kedasih sambil celingukan mencari suara itu. 
“Aku di sini, tolong aku,” ujar suara itu. Kali ini suara itu lebih dekat.  Sayangnya Kedasih masih tidak melihat siapa yang berbicara padanya. Kedasih memperhatikan sekitarnya.   
“Kamu di mana? Aku tidak melihatmu,” ucap Kedasih bingung. 
“Aku tepat di sampingmu. Aku pohon yang dicabut seseorang dari tanah. Aku sangat lemah sekarang. Tolong tanam aku kembali ke tanah ini,” ujar suara itu. Kedasih segera menoleh ke arah pohon yang berada di sampingnya. Sebuah pohon jati yang masih muda tergeletak tak berdaya di dekatnya. 
“Kasihan sekali kamu. Sebentar aku akan menanammu kembali,” ujar Kedasih. Dia pun segera menggali tanah. Lalu menanam pohon jati kecil itu kembali di tanah yang baru saja digalinya. 
“Terima kasih. Ohya, kamu hendak kemana?” tanya pohon jati. 
“Aku mau ke rumah tabib untuk meminta obat. Ibuku sakit,” sahut Kedasih. 

Tuesday, February 4, 2020

Fatimah binti Muhammad SAW, Sang Pemimpin Surga (4)

Ibu dan Istri yang Shalehah
         Hari baru dalam kehidupan Fatimah pun dimulai. Dia menjadi ibu rumah tangga yang melakukan semua aktivitas ibu rumah tangga. Mulai dari menyiapkan sarapan untuk suaminya hingga mencuci dan membersihkan rumah. Fatimah juga mengolah sendiri roti yang akan mereka makan.
         Hal ini setiap hari dilakukannya. Bahkan ketika dia sudah melahirkan dua orang putra. Putra mereka bernama Hasan dan Husain. Fatimah tentunya bertambah repot dengan kehadiran dua putra yang butuh perhatian. Tapi dia tidak mengeluh. Dilakukannya tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Monday, February 3, 2020

Fatimah binti Muhammad SAW, Sang Pemimpin Surga (3)

Lamaran yang Ditolak
        Hijrahnya kaum muslimke Madinah, membuat kehidupan Fatimah berubah. Penduduk Madinah menerima mereka sebagai saudara. Dakwah Rasulullah sang ayah juga makin berkembang. Fatimah langsung mendapat pelajaran tentang islam dari ayahnya. Fatimah tumbuh menjadi gadis yang dewasa dalam bersikap dan berpikir. Bahkan saking dewasanya pemikiran  dan tingkah laku Fatimah, dia dijuliki sebagai ibu dari ayahnya (Ummu abiha). Karena Fatimah selalu melayani ayahnya seperti seorang ibu terhadap anaknya.
         Nama Fatimah makin dikenal di kalangan pemuka Quraisy yang muslim mau pun yang bukan muslim. Fatimah terkenal bukan saja karena anak dari seorang Rasulullah. Dia terkenal karena kacantikan dan keluhuran budi pekertinya. Fatimah mewarisi bentuk wajah dan sifat ayahnya. Gaya jalan, gaya berbicara dan semua perilaku Fatimah sangat mirip dengan Rasulullah. Keberanian, ketegasan dan semua sifatnya juga mengikuti sifat kedua orangtuanya. Sehingga Fatimah menjadi bahan pembicaraan hampir di semua kalangan.

Sunday, February 2, 2020

Fatimah Binti Muhammad SAW, Sang Pemimpin Surga (2)


Hidup di Tengah Pengasingan
         Fatimah, sang permata hati pun lahir dengan selamat. Dia langsung menyusu pada ibunya. Karena penduduk Quraisy masih mengucilkan mereka, makaFatimah hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Makanan yang dimakannya tidak sebaik seharusnya.
         “Sabarlah wahai anakku. Walau pun kamu hidup dalam kondisi sangat memprihatinkan seperti ini, tapi yakinlah, Allah akan selalu bersama kita,” demikian ucapan ayahanda tercinta pada putrinya yang masih kecil. Fatimah tentu saja tidak mengerti dengan keadaan keluarga mereka. Tapi yang dia tahu, kedua orangtuanya sangat menyayanginya. Walau dia hanya bisa makan sekali sehari, tapi dia senang mendapat limpahan kasih sayang dari ayah dan ibunya tercinta. 

Saturday, February 1, 2020

Fatimah binti Muhammmad SAW, Sang Pemimpin Surga (1)

            Tokoh kita berikut ini adalah seorang pemimpin surga. Beliau menjadi pemimpin semua wanita di surga. Allah menjadikannya dari cahaya surga. Dan menitipkan cahaya surga itu melalui rahim seorang wanita mulia bernama Khadijah. Dia adalah Fatimah binti Muhammad Saw. Berikut kisah selengkapnya tentang Fatimah Azzahra.
Menjelang Kelahirannya
        Suatu hari Malaikat Jibril as. Meminta Rasulullah Saw untuk menyendiri dalam beribadah. Karena setelah diangkat menjadi Rasul, beliau sering dihina dan dizalimi masyarakay Quraisy. Waktu itu beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Untuk memantapkan keimanan beliau, Rasulullah sering beribadah dengan cara menyendiri ke gua. Beliau memang sering melakukan hal itu. Kadang selama sebulan bahkan lebih. Beliau meminta izin pada istrinya Khadijah, untuk menyendiri dan beribadah di gua tak jauh dari rumah mereka.