Friday, March 13, 2015

Asal Mula Nama Nagari Minang Kabau


                                    
Suatu hari, pasukan kerajaan Majapahit hendak menyerang kerajaan Pagaruyung, di Sumatera Barat. Tujuan mereka hendak memperluas daerah kekuasaan. Kabar itu terdengar oleh Raja Pagaruyung. Beliau segera mengumpulkan para pegawai istana untuk meminta pendapat.
“Tuan-tuan sekalian, sebagaimana kita ketahui, prajurit Majapahit sudah sampai di Kiliran Jawo. Mereka sudah mendirikan tenda sebagai pusat pertahanan mereka di sana. Sebagai raja Pagaruyung, aku tidak ingin ada pertumpahan darah di kerajaanku. Apa yang harus kita lakukan?” tanya raja setelah semua pegawai istana berkumpul.

Ruangan rapat yang dipenuhi beberapa orang laki-laki itu menjadi hening. Mereka semua terlihat berpikir keras.
“Kita lawan saja menggunakan pasukan gajah dan kuda, yang mulia,” saran salah satu panglima.
“Peperangan adalah kata terakhir yang harus kita lakukan. Apa kalian punya rencana lain selain peperangan? Aku ingin perdamaian. Tapi rasanya mungkin mereka tidak akan mau berdamai,” ucap Raja sambil memegang keningnya. Beliau terlihat berpikir keras.
“Maaf yang mulia, bagaimana kalau kita minta para wanita kerajaan untuk menemui mereka? Kita utus tuan putri sebagai pemimpin pasukan wanita ini,” saran Penasehat Istana.
“Tugas mereka melakukan negosiasi damai. Semoga pasukan Majapahit, mau menerima utusan kita. Karena, hamba rasa, mereka pasti sungkan melawan pasukan wanita,” tambah Penasehat Istana.
“Usulanmu sangat bagus, penasehat,” ucap Raja sambil tersenyum. Beliau yakin, usul itu, akan berhasil. Setidaknya bisa menunda peperangan selama beberapa hari. Jika hal ini gagal, Raja akan berusaha mencari jalan lain selain perang.
“Pengawal! Tolong panggil Puti Datuk Tantejo Garhano ke sini!” perintah Raja pada pengawalnya. Salah satu pengawal segera berlari ke ruangan tempat sang putri berada. Pengawal itu langsung meminta putri menghadap baginda raja di ruang pertemuan.
“Baiklah,” jawab Puti. Dia bergegas ke ruang pertemuan menemui ayahnya.
“Ananda, Puti, bersediakah kamu memimpin beberapa wanita untuk melakukan negosiasi ke sana?” tanya Raja setelah menjelaskan rencana beliau.
“Bersedia, Ayahanda,” jawab sang putri mantap.
                                                            ***
Keesokan harinya, pasukan wanita yang dipimpin Puti Datuk Tantejo Garhano sudah sampai di Kiliran Jawo. Daerah perbatasan kerajaan Pagaruyung dengan kerajaan Majapahit. Sang putri mengajak serta beberapa dayang dan saudara perempuannya dari lingkungan istana. Mereka membawa makanan yang lezat sebagai hadiah.
Panglima perang kerajaan Majapahit terkejut melihat kedatangan pasukan kecil yang isinya wanita semua.
“Kenapa mereka menyuruh wanita berperang?” batin Raja Majapahit. Karena tak mau bingung terlalu lama, panglima menerima kehadiran mereka.
“Mohon ampun, Tuanku. Kedatangan kami ke sini ingin bernegosiasi.” Puti Datuk Tantejo pun menjelaskan maksud kedatangan mereka.
“Dengan ini, kami mohon agar tuanku bersedia mengganti peperangan dengan adu kerbau.” Puti mengakhiri diplomasinya.
Raja Majapahit terdiam. Lalu dia meminta waktu untuk berunding. Beberapa menit kemudian, Raja Majapahit pun membuat keputusan.
“Baiklah. Tantangan dari raja kalian, kami terima. Jika kerbau kami menang, maka kerajaan Pagaruyung akan menjadi kekuasaan Majapahit. Jika kami kalah, maka kami bersedia meninggalkan kerajaan Pagaruyung.”
Puti Datuk Tantejo Garhano senang mendengarnya. Mereka membuat kesepakatan tentang waktu dan tempat dilaksanakannya adu kerbau. Mereka tidak menentukan jenis kerbau yang akan digunakan dalam pertandingan.
Lalu pasukan wanita itu kembali ke istana mereka. mereka melapor pada Raja. Raja Pagaruyung segera memerintahkan pengawal untuk mencari anak kerbau yang masih menyusu.
Hari yang ditentukan pun tiba. Hampir seluruh rakyat Pagaruyung hadir menyaksikan pertandingan itu. Demikian juga dengan pasukan Kerajaan Majapahit. Mereka  membawa kerbau berukuran besar dan kuat ke dalam arena lomba. Mereka yakin, kerbau mereka yang akan memenangkan pertandingan.
Panglima perang Pagaruyung segera mengeluarkan kerbau andalannya. Kerbau kecil itu dibiarkan lapar dan tidak menyusu sebelum pertandingan. Semua penonton terkejut melihat ukuran kerbau yang dibawa panglima.
“Kenapa kerbau kecil yang dibawanya? Apa Raja ingin kita kalah?” gerutu beberapa penonton.
  Ketika masuk arena pertandingan, anak kerbau mengamuk karena lapar. Panglima dan beberapa prajurit terlihat kesulitan menahan amukan kerbau kecil.
Peluit panjang tanda pertarungan pun ditiup. Panglima Pagaruyung melepas anak kerbau yang sudah sangat kelaparan. Anak kerbau itu melesat menuju kerbau besar yang dikira induknya. Dia langsung mencari susu di bagian perut kerbau besar. Kerbau besar jadi bingung dan berputar-putar untuk menyerang kerbau kecil. Karena lelah berputar, kerbau besar pun tumbang.
Semua rakyat pagaruyung bersorak gembira menyambut kemenangan itu. Mereka meneriakkan yel-yel, “Manang Kabau! Manang Kabau!”
Sejak saat itu Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya dikenal dengan nama Nagari  Minang Kabau. [NS]
                                                ***
catatan : diolah dari berbagai sumber dengan ending ala saya ^_^


Hauzan dan Tingkahnya

Hauzan, putra bungsu saya. Usianya 4, 5 tahun. Dia masih cadel dan sedikit disleksia. Jadi beberapa perkataannya hanya saya saja yang mengerti. Kadang bapak dan kakak-kakaknya bingung, Hauzan bicara apa. Apalagi Hauzan bisa marah jika ucapannya tidak dimengerti orang yang diajaknya bicara. Dia sangat cerewet. Suka bercerita bahkan sering bertanya.

Friday, March 6, 2015

Pacaran Bikin Sial


      
Bapak Ambar tiba-tiba meminta HP anaknya. Hal ini memang sudah mereka sepakati sejak bapak membelikan HP untuk Ambar, anak gadisnya yang sudah remaja. Saat itu Ambar sudah duduk di bangku SMP kelas 3.
Have a nice dream ya beib :*
Demikian SMS dari seorang anak laki-laki yang terbaca oleh bapak Ambar. Karuan saja bapak Ambar naik pitam. Dia langsung menanyakan perihal SMS itu pada Ambar.
“Ini apa maksudnya nih Kak?” tanya sang bapak dengan kening berkerut dan muka menahan marah.  Ambar tercekat. Mukanya pucat. Dia memang sudah berjanji pada bapaknya untuk tidak pacaran dulu. Tapi apa mau dikata, cowok yang bernama Rafa itu terus menerus mendekatinya. Bahkan selalu mengirim sms yang menyatakan cinta padanya.
“Maaf Pak, Rafa yang memaksa ingin pacaran sama Ambar. Ambar sudah berulang kali menolak, tapi Rafa nggak peduli,” sahut Ambar dengan muka ditekuk.
                                    ***
Pasti kejadian seperti ini pernah kamu alami. Orangtua melarangmu untuk pacaran. Satu sisi kamu setuju dengan orang tua. Tapi di sisi lain, kamu merasa nggak gaul kalau tidak punya pacar. Apalagi teman-temanmu sudah punya pacar, bahkan sejak mereka masih SD! Masa kita yang sudah SMP tidak boleh pacaran? Pasti begitu yang terlintas dalam pikiranmu kan?

Tuesday, March 3, 2015

Pacaran = Musibah Besar



                                    
Hasil survei Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional tahun 2010 mencatat bahwa 51 % remaja di Jabodetabek melakukan seks pranikah. Artinya setiap 100 remaja di Jabodetabek, terdapat 51 orang yang sudah tidak perawan. Innalillahi...
Itu baru di Jabodetabek loh. Coba kita lihat catatan BKKBN di kota lain seperti di Surabaya tercatat 54 % , di Medan 52 % , di Bandung 47 %, dan di Yogyakarta 37 %. Ini tahun 2010 loh. Lalu sekarang angka itu jadi berapa? Ckckck... semoga kamu bukan dari bagian itu ya.