Saturday, December 31, 2011

Bikin Film Pendek yuk...

Dear All..
Punya film pendek karya sendiri & mau tayang di situs video streaming Viki.com? Revenue share-nya OK lho :)
Jika film karyamu nongol di Viki.com, ada kemungkinan juga nongol di Hulu, Netflix & YouTube Channel --mitra sindikasi Viki.com.
Hebatnya lagi, komunitas Viki.com akan menerjemahkan film-filmmu ke berbagai bahasa di dunia. Go international for real! :)
Caranya mudah: Serahkan filmmu dlm DVD/HD quality, tandatangani draft kerjasama and Viki.com will handle the rest!
Berminat? Ping me or send an email to melviyendra@viki.com
A ton thanks
Melvi Yendra

Alamat Majalah Imut

Kirim naskah cerpen anak ke Majalah Imut ke alamat ini ya. Naskah cerpen anak/dongeng max.3 halaman ukuran A4. Lebih disukai yang bertema budi pekerti. Bisa via email : olga.batti@yahoo.com
 
Sobat Imut yang masih SD. Yuk kirim karanganmu di Rubrik MY STORY. Ceritakan pengalamanmu yang paling seru supaya teman-temanmu bisa membaca kisahmu di Majalah Imut.
Email : olga.batti@yahoo.com
Tulis biodata kamu ya. Bila kisahmu asik dan spesial, Imut akan memuatnya dan memberimu bingkisan menarik.
Selamat menulis!!!


*Sumber Mbak Olga Emery Oktavia Batti ( Redaksi Majalah Imut ) 

Jika Bukumu ingin diresensi Tabloid Nakita

Bagi Anda yang ingin karyanya diresensi di Tabloid Nakita, silahkan kirim karya Anda bisa berupa Cerita Anak, Cerita Bergambar atau buku parenting. Silahkan kirim buku tersebut ke alamat ini : Redaksi Nakita, Gedung Kompas Gramedia. Jalan Panjang No 8A. Kebon Jeruk jakarta barat. Telepon : 021 - 5330150/70. Jangan lupa cantumkan harga, no telepon, dijual di mana dan alamat pengirim.

*sumber Mas Irvan Hasuki (Redaksi Nakita)

Kania's Dream

Kania ingin memenangkan lomba masak. Hadiahnya berlibur ke pulau Socotra! Pulau yang menurut orang sangat unik. Berada di pulau itu seperti berada di planet lain! Kania harus menang. Ia berusaha mencari resep terbaik untuk memenangkan lomba masak itu.
Cerita selanjutnya dapat dibaca di novel terbaru saya ya. Akan segera terbit bulan januari 2012.

Inspirasi Menulis



Hai sahabat, Alhamdulillah buku antologi tentang  inspirasiku menulis sudah terbit. bagi sahabat yang ingin membaca tulisanku bisa memesannya langsung kepadaku di inbox FB Nelfi syafrina  atau twitter @nelfisyafrina. Atau bisa juga langsung memesan ke leutikaprio.com berikut cuplikan tulisanku dalam buku itu.. 
    Awal munculnya ide untuk menjadi penulis adalah setelah beberapa bulan saya resign dari pekerjaan sebagai Perawat di sebuah Rumah Sakit terbesar di Bekasi. Karena ketiadaan Asisten Rumah Tangga, saya memutuskan merawat sendiri anak saya. Setelah pekerjaan rumah selesai, dan anak saya tidur siang,  saya bigung mau melakukan apa, koleksi buku sudah habis saya baca, kebetulan ada PC di rumah, biasanya di gunakan suami untuk pekerjaannya. Iseng, saya mencoba menulis diary di PC itu. Keisengan itu bertambah menjadi ingin menulis cerita untuk anak saya. Walaupun hasilnya tidak sebagus tulisan para penulis sebenarnya. Dongeng-dongeng atau cerpen yang saya tulis untuk anak saya, saya print dan saya bacakan kepada mereka. Kadang saya membeli beberapa buku anak yang juga saya bacakan kepada anak saya. Dari membacakan buku kepada anak saya itu, semakin hari saya semakin tertarik untuk menulis cerita anak yang benar. Saya ingin belajar menulis cerita anak, begitu tekad saya waktu itu Namun saya belum tahu di mana tempat belajar menulis cerita anak.

Friday, December 30, 2011

SUARA KODOK

SUARA KODOK
Nelfi Syafrina


Sudah beberapa hari  hujan turun di tempat kami.  Alhamdulillah, rumah kami yang terletak di perkampungan di pinggir Jakarta, tidak terendam banjir seperti rumah-rumah di Jakarta.

Malam kedua setelah hujan deras,  tiba-tiba aku  mendengar suara yang amat nyaring, yang tak pernah ku perhatikan sebelumya.

"Kwong, kwung, kwong,kwung....” suara itu terdengar bersahutan. Aku dan Avi adikku segera menghentikan permainan kami menyusun puzzle. Adikku segera mendekati Ibu, dengan raut wajah ketakutan.

“Bu, suara apa itu” ujarnya sambil memeluk Ibu.

“Tidak apa-apa sayang, itu hanya suara kodok yang sedang bernyanyi” jelas Ibu sambil membelai Avi.

“Suara kodok, kok terdengar sangat nyaring sekali, kodok kan kecil Bu” tanya ku tak percaya.

“Benar sayang,  walau kecil , kodok bisa mengembung lehernya, saat ingin mengeluarkan suaranya, sehingga suaranya terdengar nyaring. Apalagi di musim hujan seperti sekarang ini” jelas Ibu lagi.

“Mungkin itu bukan kodok yang biasa kita lihat Bu” sela Avi.

“Tidak, itu adalah suara kodok yang biasa kalian lihat”

Seiring dengan percakapan kami, suara itu terus terdengar saling bersahutan. Aku jadi penasaran, bagaimana kodok kecil bisa mempunyai suara sebesar itu.  Aku ingin keluar melihatnya, tapi Ibu melarangku.
Adikku juga menahanku. “Jangan Kak, nanti Kakak di makan loh”  katanya.

"Tidak mungkin Vi,  mana mungkin kodok memakan manusia “ ujarku.

“Bisa saja, seperti yang di film-film, kodoknya berubah jadi monster, terus memakan semua orang yang didekatnya” Avi bergidik.

Hatiku ciut juga mendengar kata-katanya. Benar juga ya, bagaimana jika kodoknya berubah menjadi raksasa yang sangat besar. Hiiiy pasti  menyeramkan sekali. Aku jadi memikirkan Bapak yang belum juga pulang dari kantor, jika ada Bapak pasti lebih aman

“Sebaiknya kalian tidur. Sekarang sudah jam delapan” Ibu mengajak kami ke kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka.

“Bu aku tidur di kamar Ibu saja ya. Aku takut, suara kodok itu masih saja terdengar.” rengek adikku yang masih kelas satu itu pada Ibu ketika Ibu hendak meninggalkan kamar kami.

“Kan ada Kak Ami, kenapa Avi takut, lagi pula Ibu sudah bilang bahwa itu hanya suara Kodok, jadi Avi tidak perlu takut.” Ibu mencium dahi kami berdua bergantian. Kemudian beliau berlalu meninggalkan kamar kami sambil mematikan lampu kamar.

Sampai beberapa saat kami tidak bisa tidur juga. Suara itu masih mengganggu kami.

“Kak, kita tidur di kamar Ibu saja yuk” ajak Avi.

Tanpa berpikir panjang aku bangun dan turun dari tempat tidur.  “Yuk” kataku.

Tiba-tiba tanpa kami duga, bapak muncul didepan pintu kamar kami. “Ami dan Avi belum tidur?“ tanyanya.

“Bapak sudah pulang !” seru kami berdua gembira, sambil menghambur kearahnya.

“Belum Pak, kami tidak bisa tidur, karena suara itu” ucapku cepat.

“Ibu bilang kalian takut suara kodok itu ya” tanya Bapak dengan senyum tertahan.

“Iya Pak, kami tidur di kamar Bapak saja ya” Avi memelas.

“Begini saja, tadi Ami ingin melihat kodok yang sedang bernyanyi itu kan” tanya Bapak kepadaku. Aku mengangguk

“Kalau begitu ayo kita lihat kodoknya! Hujannya sudah reda, setelah melihat
kodok itu, kalian boleh memilih; tidur di kamar kalian atau di kamar Ibu dan Bapak” jelas Bapak.

Aku dan Avi  saling berpandangan. Avi tampak ragu-ragu.


“Ayo Vi, dari pada kita memikirkan monster, lebih baik kita lihat saja langsung, biar kita juga bisa tahu bentuk kodok jika sedang bersuara nyaring” rayuku, Avipun setuju.

Bapak, aku dan Avi keluar rumah. Bapak berjalan didepan kami sambil membawa lampu senter. Semakin lama suara itu semakin jelas terdengar, dengan teliti Bapak mengarahkan senter ke dekat genangan air, tempat suara kodok terdengar sangat nyaring.

“Itu , kodoknya ada beberapa ekor!” seru Bapak sambil mengarahkan cahaya senter kepada kumpulan kodok itu.

Benar saja Aku dan Avi melihat sekelompok kodok yang sedang mengembungkan lehernya bergantian seiring dengan suara nyaring yang kami dengar tadi. Wow, lucu sekali! Ternyata memang benar itu kodok biasa yang sering kami lihat, bukan kodok monster. Tak ada yang perlu ditakutkan seperti kata ibu tadi.

“Nah, sekarang kalian mau tidur di kamar siapa” tanya Bapak

“Di kamar kami saja Pak” jawab ku dan Avi mantap.[]

Di muat di rubrik Permata, majalah Ummi No. 03/ XIX juli 2007/ 1428 H

Source image : http://blog.student.uny.ac.id
Repost dari http://penulisbacaananak.blogspot.com/2011/01/cerpen-suara-kodok.html

Bermimpilah, dan Allah akan membuatmu meraih mimpi itu

Alhamdulillah setelah bergabung di kelas Writer For Trainer yang diadakan oleh Mas Benny Rhamdani pada tanggal 25 Desember 2011 lalu, mimpi saya untuk menjadi seorang guru mendekati nyata. Mimpi yang saya pendam seumur hidup saya. Walau sebenarnya saya pernah mengajar anak-anak di TPA  (Taman Pendidikan Alquran) di masjid dekat rumah.  Ketika mendapat pelatihan cara melatih calon penulis, semua itu terasa sangat berbeda. Adrenalin saya terpacu untuk menghasilkan suatu karya yang semoga bermanfaat bagi orang lain. Dari sini saya akan merengkuh mimpi saya. Bismillahirrahmanirrahim.

Diundang ke Majalah Mother and Baby Indonesia

Bulan november lalu, saya dan beberapa orang teman dari grup menulis Ibu-Ibu Doyan Nulis Interaktif Facebook, diundang ke Majalah Mother and Baby Indonesia. Kami diminta sharing tentang dunia kepenulisan yang kami geluti. Meskipun  kami ibu rumah tangga, kami masih bisa tetap berkarya melalui tulisan. Wawancara ini telah diterbitkan di Majalah Mother and Baby Indonesia edisi Desember 2011.

Perasaan Birdy

                                                 
       Birdy burung sedang  bingung dan murung, pandangannya tak lepas melihat dedaunan yang berjatuhan ke tanah. Sudah beberapa hari ini, daun-daun di pohon tempat tinggalnya gugur satu persatu, pertama daun-daun itu menguning, beberapa hari kemudian daun yang sudah kuning, menjadi coklat, kemudian daun coklat itu terlepas dan berguguran dari pohon.
       Kalau hanya satu daun yang gugur, mungkin Birdy tidak sesedih ini. Tapi, semua daun-daun pohon itu satu per satu menguning, dan berguguran.
       Dalam hatinya Birdy bertanya, kenapa daun-daun itu berguguran, padahal di dalam rimbunan daun inilah ia sering bermain, belajar terbang, melompat dan bernyanyi. Jika terus-menerus seperti ini, pastilah daun-daun itu akan habis, gumam Birdy. Dan dia tidak akan punya tempat lagi untuk bermain.
        “Bu.., kenapa daun-daun ini berguguran? Kalau semua daun ini habis, kita akan tinggal di mana?” tanya Birdy pagi itu setelah selesai belajar terbang bersama ibunya. Birdy tidak tahan lagi menyembunyikan kesedihannya.
          “Hmmm.. ternyata anak Ibu murung karena itu ya.., ”  sahut Ibu Birdy sambil tersenyum. Beberapa hari ini, Ibu memperhatikan Birdy. Ibu tahu Birdy sedang memikirkan sesuatu, tapi Ibu menunggu Birdy sendiri yang bercerita kepadanya. Karena biasanya Birdy bercerita banyak hal kepada ibunya.
          “Iya Bu.. aku gak mau kehilangan semua daun-daun ini, aku takut gak bisa main petak umpet lagi bersama teman-temanku.”
          “Sayang.., Birdy tidak usah takut, daun-daun ini gugur, karena memang sudah saatnya. Kan sekarang musim gugur, semua  daun yang ada di setiap pohon pasti akan gugur. Jika musim semi tiba, semua pohon akan mengeluarkan daun baru.  Jadi Birdy tidak akan kehilangan tempat bermain, dan kita tidak akan kehilangan tempat tinggal,” jelas Ibu.
      “Oo... gitu ya Bu, tapi kasihan daun yang sudah gugur itu ya Bu, mereka jadi tidak ada gunanya lagi.”
       “Daun yang sudah gugur, masih berguna sayang, mereka berguna untuk kesuburan tanah di sekitar pohon ini. Mereka akan hancur dan akan menjadi pupuk untuk pohon ini, sehingga pohon ini bisa menghasilkan buah dan daun yang lebih banyak lagi.”
        “Hore... kalau gitu, makanan untuk kita bertambah banyak ya Bu,” kicau Birdy sambil melompat gembira. Ibu Birdy tersenyum melihat tingkah anaknya.

 









Note : Cerpen ini pernah dimuat di Majalah Imut edisi April 2011