Saturday, September 29, 2012

Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran

        Belakangan ini sering kali kita mendengar kejadian tawuran remaja di mana-mana. Sungguh miris mendengar dan melihat berita ini. Saya sebagai ibu dari 3 orang anak, ikut merasa deg-degan membesarkan anak-anak saya. Apa sesungguhnya yang terjadi dengan bangsa ini? 

      Lepas dari itu semua, saya berpikir mungkinkah Pemerintah menetapkan peraturaran wajib militer bagi seluruh anak laki-laki di negara ini? Seperti yang dilakukan pemerintahan Korea, Cina dan negara lain.

       Pikiran seperti itu muncul dari pemikiran saya setelah melihat energi remaja yang butuh penyaluran. Mungkin saja setelah mereka mengikuti wajib militer, energi mereka menjadi lebih terkontrol. Atau mungkin saja setelah wajib militer, mereka akan lebih menghargai hidup. Lebih menghargai orangtua mereka dan orang lain.

      

This entry was posted in

E-KTP Itu Apaan Bu?


                           
        Beberapa minggu lalu saya dan suami mendapat giliran ke kantor kecamatan untuk membuat E-KTP. Kami berencana berangkat lebih awal agar mendapatkan nomor antrian pertama. Seperti saran beberapa teman yang sudah lebih dahulu membuat KTP elektronik ini, bahwa kami harus berangkat pagi-pagi jika ingin selesai lebih cepat.
        Apalagi kabar yang beredar bahwa butuh seharian untuk mengantri dalam pembuatan kartu tanda pengenal tersebut. Suami saya yang sudah rapi dari pukul 7.00 WIB, segera meminta saya agar bersiap-siap.
       Saat saya sedang mengenakan jilbab, Syifa 12 tahun, putri sulung kami bertanya. “Emang E-KTP itu apaan Bu?” Sejenak saya terdiam . Lalu saya mengajaknya duduk di kursi ruang tamu rumahkami. Saya mencoba mencari kata-kata yang pas untuk menjawabnya. 
      ”E-KTP itu adalah Kartu Tanda Penduduk Elektronik  yang dibuat secara online. Semua penduduk datang ke kantor kecamatan untuk di data dan di foto secara bergiliran,” jelas saya.
      “Maksudnya?”  
  

Friday, September 28, 2012

Kejadian Aneh di Asrama



Masuk Asrama
           Alhamdulillah bulan april 1993, aku diterima di sebuah Sekolah Perawat Kesehatan di kotaku. Peraturannya, setiap siswa Sekolah Perawat Kesehatan harus bermukim di asrama. Pada hari yang telah ditentukan akupun masuk asrama bersama temanku yang lain. Kamipun di tempatkan di kamar yang khusus untuk siswa tahun pertama.
            Sebelum masuk asrama, kami wajib membawa baju dan peralatan lainnya yang sudah ditentukan oleh sekolah. Seperti baju rumah 3 stel, baju tidur 3 stel, baju seragam 3stel dan seterusnya. Bagiku ini bukan masalah, karena aku memang hanya punya sedikit pakaian yang aku pakai silih berganti.
           Tidak demikian halnya dengan beberapa orang temanku. Ada yang mengeluh ketika guru asrama memeriksa barang bawaan kami. Ketika beliau menemukan kelebihan pakaian dari yangseharusnya, maka pakaian itu harus dibawa pulang kembali oleh orangtua atau wali murid yang mengantar kami saat itu.  
            Kehidupan asrama, mulai aku rasakan. Ada senang maupun sedih. Mulai dari antrian kamar mandi yang sangat panjang, hingga antrian makan yang juga panjang. Bukan itu saja, kami semua harus bangun sebelum subuh, untuk shalat berjama’ah di mesjid. Mesjid itu  berjarak sekitar seratus meter dari asrama.
           Bukan itu saja yang membuat aku terkaget-kaget ketika berada di asrama. Kami setisp hari harus merapikan tempat tidur ala perawat, yang setiap sudutnya harus rapi jali dan ada lipatan sudut siku-siku khas perawat. Belakangan cara merapikan tempat tidur seperti ini juga aku lihat pada sekolah kepolisian atau sejenisnya. Merapikan tempat tidur ini biasa kami sebut dengan verbed. Selimut harus dilipat sesuai dengan lipatan yang sudah diajarkan. Hari ini berbeda dengan hari kemarin. Setiap hari ada kakak kelas yang memeriksa kerapian tempat tidur kami.
           Jika ada yang belum rapi, maka kami harus merapikan kembali sampai semua benar-benar rapi. Aku sebenarnya termasuk orangyang slebor, jadi ketika hal ini kualami, aku agak sedikit kaget. Tapi untung saja aku bisa melewatinya dengan keringat yang membanjir setiap harinya.
       

Wednesday, September 26, 2012

Ketika Hauzan Demam Tinggi



   Sore itu, ketika keluarga kami pulang dari jalan-jalan, tiba-tiba badan Hauzan 20 bulan, agak panas.  Saya meminumkan obat penurun panas yang ada di rumah kepada Hauzan sebelum dia tidur. Alhamdulillah dia tidur nyenyak hingga jam 10 malam.
       Namun pukul 10.10 WIB, badan Hauzan kembali panas. Saya merasakan napasnya yang semakin cepat ketika saya memberi ASI padanya. Putra bungsu kami itu pun mulai rewel dan minta digendong terus. Saya segera mengambil thermometer dan memeriksa suhu badan Hauzan.
        Alangkah terkejutnya saya, ternyata angka di thermometer menunjukkan 38,5 derajat celcius. Dalam kecemasan yang luar biasa, saya kembali meminumkan obat panas kepada Hauzan.  Dokter pernah mengatakan bahwa  saya bisa memberikan obat panas setiap 4 jam jika Hauzan masih panas.
      Sembari menunggu obat panas bekerja, saya membuka baju Hauzan dan memeluknya ke dekapan saya. Kulit kami saling menempel. Saya harap panas badannya bisa diserap oleh kulit saya. Saya pernah membaca sebuah artikel bahwa sebaiknya anak yang panas di dekap ibunya agar panasnya cepat turun. Saya juga mengompres dahi Hauzan dengan kompres air hangat.
       Dua jam menunggu, ternyata panas Hauzan belum juga turun. Biasanya panas Hauzan turun  setelah  2 jam diminumkan obat panas. Sementara itu Hauzan merintih dalam pelukan saya. Apalagi saya merasakan panas badannya semakin tinggi. Dan tidak ada keringat yang membasahi kepala dan badannya seperti setelah dia minum obat panas tadi sore.
       Saya mengambil thermometer dan mengukur kembali suhu badan Hauzan. “Ya Allah!” pekik saya ketika melihat angka di thermometer itu. Tiga puluh sembilan derajat celcius! Sangat tinggi demamnya kali ini. Sebelumnya Hauzan tidak pernah panas setinggi ini. Saya mulai panik.
       Karena panik dan takut Hauzan kejang, saya buru-buru membangunkan suami. “Pak, kita bawa Hauzan ke IGD aja, sepertinya harus menggunakan obat panas yang dari anus nih!” ucap saya panik ketika membangunkan suami.
      

Tuesday, September 25, 2012

Selalu Ingat Nasihat Kakek



      Pernahkah seseorang meludah di depan Anda tanpa alasan yang jelas? Aku pernah mengalaminya. Pengalaman yang takkan pernah kulupakan. Pengalaman yang mengingatkanku untuk selalu bersabar.
      Siang ini begitu panas, aku bergegas menuju rumah. Tiba-tiba seorang wanita berusia sekitar 35 tahun meludah di depanku. Aku terkejut dan segera menghindar. Kupikir wanita itu tidak sengaja melakukannya. Wanita itu adalah salah satu tetanggaku. Aku tidak mempedulikan kelakuan wanita  dan segera berlalu dari hadapannya..
      Keesokan harinya hal itu terjadi lagi. Wanita dengan rambut keriting itu meludah lagi di depanku untungnya aku tidak terkena cipratan ludahnya. Kali ini keningku berkerut. Tidak mungkin dia tidak sengaja melakukan ini. Ada apa dengan wanita ini? Kenapa dia meludah sewaktu aku lewat di depannya?
      Berbagai pikiran buruk  muncul di kepalaku. Segera kusingkirkan pikiran buruk itu. Mungkinkah dia sedang kesal padaku? Kalau iya, kenapa? Aku masih ingin berbaik sangka tentang perilaku wanita ini. Mungkin saja dia memang tidak sengaja melakukannya.
       Selanjutnya, setiap aku bertemu dan berpapasan dengannya, dia masih saja melakukan hal itu padaku. Akhirnya aku tidak tahan untuk bertanya. “Saya perhatikan setiap hari Mbak meludah di depan saya. Maksud mbak apa ya?” aku berusaha merendahkan intonasi suaraku. Wanita itu melotot dan menatap nanar pada saya. Ia menyahut, “suka-suka saya, ludah-ludah saya!”
        Sungguh kesal aku mendengar kalimatnya yang membingungkan itu. Tapi karena tidak ingin ribut, akupun meninggalkan wanita itu. Aku pernah mendengar dari tetangga lainnya, bahwa wanita itu memang sering mencari gara-gara dengan orang lain. Bahkan dia juga sering bertengkar mulut hingga jambak-jambakan dengan orang lain hanya karena masalah sepele.
    Untuk menghindari kejadian ini terulang lagi, akupun tidak lewat di depan rumahnya, tapi mencari jalan lain yang jaraknya lebih jauh dari rumahku. Ternyata wanita itu megikutiku ke manapun aku berjalan. Dia sengaja mengikutiku agar kami berpapasan, lalu meludah di depanku.
         “Cuih!” dia mulai beraksi. Secepat kilat aku menghindar,”  weits ! Gak kena!” ujarku sambil menjulurkan lidah. Kali ini aku ingin memberi sedikit perlawanan. Dia terlihat kesal, matanya yang besar melotot padaku. Aku tersenyum dan segera berlalu dari hadapannya. Dia terlihat sangat gusar dengan perlawananku ini.
          Sampai di rumah , kuceritaan hal ini pada kakekku. “Kamu tidak perlu meladeninya. Jika kamu meladeninya, berarti kamu tidak lebih baik dari dia.” Demikian Kakek memberi petuah.
       Kata-kata kakek itu kusimpan dalam hati. Sejak itu, aku tidak mempedulikan wanita itu lagi. Kubiarkan saja dia meludah ketika aku berpapasan dengannya. Toh ludahnya juga tidak mengenai bajuku. Hingga akhirnya dia berhenti sendiri dari kebiasaannya itu.
       Lalu ketika suatu kali kami berpapasan lagi, dia menghampiriku. Bukan untuk meludah tapi untuk minta maaf. Dia mengatakan bahwa dia menyesal sudah melakukan hal bodoh itu.
Betapa leganya aku. Ternyata dengan menahan diri seperti saran kakekku, aku berhasil membuat dia menyadari kesalahannya. Akupun tidak perlu membuang energi untuk berdebat dengannya.
      “Tidak seharusnya saya bersikap begitu,” ujarnya tulus. Aku tersenyum. “Nggak apa-apa Mbak. Saya sudah memaafkan Mbak kok. Saya hanya tidak ingin ribut.” Aku membalas ketulusannya. Sejak itu hubungan kami semakin membaik.
      Petuah kakek ini kuingat sepanjang masa. Jika ada seseorang yang menjengkelkanku, dan saat itu aku ingin membalasnya, maka petuah kakek ini berhasil meredam kemarahanku.
Ternyata dengan bersabar, banyak yang bisa kita selamatkan. Menyelamatkan perasaan orang-orang terdekat kita. Andai saja waktu itu aku membalasnya dengan hal serupa, tentunya keluarga besar kami akan jadi gunjingan di antara para tetangga.

Sunday, September 23, 2012

Berkunjung ke Rumah Oren (Hebatnya Silaturrahim)



Sabtu 22 September 2012 , saya berkunjung ke Rumah Oren milik Mbak Nagiga Nurayati. Niat awal saya adalah untuk bertemu dan berdiskusi bersama Mbak Agnes salah satu editor di penerbitan Gramedia Group. Hari itu Mbak Agnes sedang berada di Rumah Oren untuk memberikan workshop menulis bagi beberapa peserta workshop menulis cerita anak yang sudah berjalan sebanyak 3 kali pertemuan. Alhamdulillah di tengah kesibukan beliau, mbak Agnes bersedia menemui saya. Kami pun berbincang seputar proposal naskah yang pernah saya kirimkan kepada beliau beberapa bulan yang lalu.
Ketika asyik berbincang, Mbak Nagiga meminta saya untuk berbagi pengalaman menulis kepada peserta workshop. Tentu saja saya bersedia. Jadilah siang itu saya berbagi pengalaman saya dari awal memilih menjadi penulis bacaan anak hingga sekarang.
Semua peserta terlihat sangat antusias mendengar kisah saya. Beberapa dari mereka bertanya tentang jatuh bangun saya di dunia kepenulisan. Dengan senang hati saya ceritakan semua pengalaman saya itu. Intinya jangan terpuruk dan  berputus asa ketika naskah kita belum diterima penerbit atau media. Dan jangan merasa puas ketika naskah kita sudah diapresiasi dengan baik. Teruslah belajar, meningkatkan kemampuan menulis.
Menulis sama dengan pekerjaan lain. Jika kita tekun dan mencintai pekerjaan ini, maka tidak akan ada yang dapat menghalangi niat kita untuk terus berada di sini. Walau seribu satu penolakan menerpa naskah yang kita tulis. Terus dan teruslah menulis. Belajarlah membuat tulisan yang lebih baik agar naskah kita diterima bahkan dicari oleh penerbit.
Nasehat ini juga saya tujukan kepada diri saya sendiri. Sebagai seorang penulis yang baru memiliki segelintir karya, saya ingin selalu menjaga atmosfir belajar ini dalam keseharian saya. Saya berusaha agar karya yang  saya hasilkan setelah proses belajar ini menjadi lebih baik dan lebih bermakna, sehingga bisa diterima oleh para pembaca.
 Kehadiran saya di Rumah Oren ini pun tak lepas dari keinginan saya yang begitu kuat untuk semakin lebih baik dalam membuat sebuah karya. Dan saya sangat senang bisa berbagi pengalaman yang sedikit ini kepada semua peserta workshop. Dua puluh menit tak terasa, waktu untuk berbagi pengalaman menulis pun berakhir. Semoga pengalaman saya bisa menjadi penyemangat bagi teman-teman peserta workshop di Rumah Oren ini.
Selanjutnya saya kembali berbicara dengan Mbak Agnes dan Mbak Nagiga mengenai proposal naskah saya tadi. Mbak Agnes menyampaikan beberapa masukannya mengenai naskah itu. Pada dasarnya beliau suka dan berencana menerbitkan naskah saya namun dengan beberapa revisi. Tak terkira senangnya hati saya mendengar jawaban dan penjelasan Mbak Agnes. 
Setelah bertemu Mbak Agnes, wawasan saya pun bertambah. Saya seperti mendapat energi baru untuk menulis. Terima kasih untuk sharingnya yang sangat bermanfaat ya Mbak Agnes. Terima kasih juga kepada Mbak Nagiga karena sudah memfasilitasi pertemuan ini.
 Saya teringat sebuah hadist Rasulullah seputar silaturrahim. Betapa hebatnya hasil dari menjaga dan menjalin silaturrahim yang sering didengungkan oleh Rasulullah SAW. Menjalin silaturrahin sama artinya dengan menambah,umur, menambah ilmu, menambah teman, hingga menambah rejeki. Hari ini saya mendapatkan ilmu baru, teman baru dan rejeki baru. Semoga Allah menambahkan umur saya untuk membuat karya yang bermanfaat bagi anak-anak Indonesia, khususnya untuk anak-anak saya.

Saturday, September 15, 2012

Workshop Menulis Cerita Remaja di Rumah Oren

WORKSHOP ACADEMY (OKTOBER)



WORKSHOP ACADEMY
Hai Bro and Sista! Yuk ikutan workshop menulis untuk remaja dan umum.

biaya Rp500rb untuk 4x pertemuan.

Pilihan waktu:
Kelas Sabtu: 6, 13, 20, 27 Oktober 2012 pukul 10.00 - 15.00.
ATAU
Kelas Minggu: 7, 14, 21, 28 Oktober 2012 pukul 10.00 - 15.00

Tempat:
RUMAH OREN, Perumahan Taman Sentosa D8 No.85 cikarang.

Materi:
Minggu I : menulis cerita remaja
Minggu II : menembus media
Minggu III : melihat tren buku
Minggu IV : menulis buku

Tutor:
Chris Oetoyo (Penulis cerpen dan novel Remaja)
Taufan E Prast (Redaktur Majalah Story)
Imran Laha (Pemred Penerbit Sahabat Ufuk dan Konseptor Buku)
Nagiga (Penulis lebih dari 200 buku)

Peserta mendapat makan siang, goodybag, sertifikat. Karya terbaik akan dimuat di Majalah Story dan Web Rumah Oren. So, don't miss it. :)

Pendaftaran hubungi:
Nagiga 08121261015
Nelfi 085213709664
TEMPAT TERBATAS

Saturday, September 1, 2012

Workshop Menulis Cerita Anak Rumah Oren


WORKSHOP MENULIS
Hai Bro! Bagi Anda yang tinggal di Cikarang-Bekasi, ada kabar gembira nih.
Yuk ikutan workshop menulis cerita anak.
Peserta terbaik bisa menggarap proyek pembuatan buku di MEDIA PRODUCTION RUMAH OREN.
Waktu    :    Setiap Sabtu, tanggal 8, 15, 22, 29 September 2012 pukul 10.00-15.00
Lokasi    :    RUMAH OREN, Perumahan Taman Sentosa blok D8 No.85 Cikarang
 Biaya      :   Rp 500.000,- untuk  4 x pertemuan
Materi    
- Minggu I     : pengantar menulis cerita anak, langsung praktek
- Minggu II    : mencari ide dan mengolahnya menjadi buku anak yang unik dan menarik
- Minggu III   : kisi-kisi dari pihak penerbit grup Gramedia, bagaimana penerbit menilai naskah
- Minggu IV   : menulis buku anak sampai jadi 
Tutor:
- Nagiga (Penulis lebih dari 200 buku)
- Imran Laha (Pemred Penerbit Sahabat Ufuk, Kreator buku anak)
- Agnes Marlina (Editor dari Grup Gramedia)

Peserta mendapat goodybag, sertifikat dan makan siang
Mau jadi Penulis Cerita? Ini kesempatannya!
Tapi tempat terbatas lho. Bila melebihi kapasitas akan dibuka angkatan berikutnya.
Buruan daftar Bro! 
Keterangan lebih lanjut Hubungi
- Nagiga 08121261015
- Nelfi 085213709664


Atau bisa juga ikutan paket kilat sehari 
Mingu 16 september 2012 pukul 09.00-17.00 WIB, denga biaya Rp 250.000,-
so tunggu apa lagi segera daftar ya... tempat terbatas! samapai jumpa di lokasi ^_^