Alhamdulillah profil mbak Nagiga Nuryati yang saya tulis dimuat di Haria Analisa Medan, Minggu 23 Desember 2012. Berikut profil tersebut saya posting untuk Anda. *_^
Nama lengkapnya Nur Ayati. Dia adalah salah satu penulis senior cerita anak. Beliau mempunyai nama pena Nagiga. Istri dari Kuntardjo Sostro Dihardjo ini lahir dan besar di Jakarta. Saat ini beliau sudah menghasilkan lebih dari 200 judul buku. Sebagian besar buku-buku itu adalah buku cerita anak. Hampir semua buku yang ditulisnya adalah buku solo. Hanya ada beberapa buku yang ditulis duet bersama psikolog dan dokter.
Nama lengkapnya Nur Ayati. Dia adalah salah satu penulis senior cerita anak. Beliau mempunyai nama pena Nagiga. Istri dari Kuntardjo Sostro Dihardjo ini lahir dan besar di Jakarta. Saat ini beliau sudah menghasilkan lebih dari 200 judul buku. Sebagian besar buku-buku itu adalah buku cerita anak. Hampir semua buku yang ditulisnya adalah buku solo. Hanya ada beberapa buku yang ditulis duet bersama psikolog dan dokter.
Awal berkecimpung di dunia penulis adalah ketika beliau masih duduk di bangku SMP. Saat itu, cerpen yang ditulisnya dimuat Koran Pelita. Sayangnya ketika SMA aktivitas menulis terhenti sementara. Setelah kuliah di IISIP ( Fakultas Komunikasi ) Jakarta beliau kembali menggeluti dunia ini. Waktu itu cerpennya juga sering dimuat di Tabloid Mutiara.
Saat itu, ibu dari Gibran Azhar Pangestu (10 tahun) dan Gallan Adrizqi Samudra (8 tahun) ini aktif di komunitas sastra di kampusnya. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Nur demikian biasa beliau disapa, menjalankan profesi sebagai wartawan. Beliau juga terjun langsung meliput berbagai acara dan kejadian. Salah satu yang paling tidak bisa dilupakannya adalah saat meliput kejadian pada bulan Mei tahun 1998 lalu.
Saat itu, semua civitas akedemika di Jakarta melakukan demonstrasi besar-besaran menuntut pengunduran diri presiden Suharto kala itu. Nur nyaris terkena serangan yang entah dari mana datangnya. Saat itu sudah tidak jelas lagi antara mahasiswa dan penyusup yang ingin menodai demonstrasi itu.
Menurutnya , awalnya Nur belajar menulis secara otodidak. Karena sangat suka menulis, Nur memilih jurusan publisitik saat kuliah. Dari kuliah inilah keahliannya menulis semakin terasah. Apalagi salah satu mata kuliahnya adalah jurnalistik, yang mewajibkan mahasiswa untuk meliput dan melaporkan kejadian berupa artikel dan reportase.
Setelah melahirkan putra pertamanya beliau memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga dan menjadi penulis di rumah. Sebelumnya Nur juga pernah menjadi editor di sebuah penerbitan. Beliau meninggalkan pekerjaan jurnalistiknya guna menekuni dunia tulisan anak dengan cara mengikuti berbagai lomba. Atas usahanya itu beliau sering memenangkan lomba di berbagai media, di antaranya penghargaan dari Majalah Ayah Bunda, Majalah Femina dan Majalah Bobo.
Selain menulis, penyuka warna oranye atau jingga ini juga sedang merintis sebuah usaha. Usaha ini tak jauh dari kegiatannya di dunia kepenulisan. Usaha itu beliau labeli dengan Rumah Oren. Beliau juga membuka website Rumah Oren untuk memperlancar bisnis ini. Bisnis ini selain menjual barang-barang secara online juga menerima jasa pembuatan film dan buku. Website ini juga berisi artikel kegiatan beberapa penulis, cerita, foto dan resensi film.
Sejauh ini kedua orang tua Nur sangat mendukung kegiatan anaknya sebagai penulis. Saat ini mereka menetap di Jogyakarta. Demikian juga dengan suami dan kedua anaknya memberi dukungan penuh atas kegiatannya ini. Mereka bangga bundanya menjadi penulis. Apalagi dengan menulis ini Nur bisa memiliki mobil, rumah dan bisa membantu orangtuanya.
“Alhamdulillah profesi ini sangat menjanjikan. Saya bersyukur dengan penghasilan dari menulis ini saya bisa membiayai perawatan bapak saya yang sempat sakit parah beberapa waktu lalu,” kenangnya. Ada satu keinginan orangtuanya yang belum sempat dia kabulkan yaitu melihatnya meraih gelar S2. “Kesibukan saya inilah yang membuat hal itu belum terlaksana. Saya berharap dalam waktu dekat saya bisa memenuhi harapan orangtua saya itu,” doanya.
Pemilik suara lembut ini sangat menyukai gado-gado, rujak dan spagheti. Harapan terbesarnya adalah agar Allah selalu memberinya kesehatan untuk tetap berkarya dalam bidang ini. Semoga dengan semakin banyak penulis baru bermunculan, semakin banyak juga masyarakat yang suka membaca. Dia berharap agar pemerintah juga bisa menumbuhkan minat baca masyarakat, dengan membuat suatu program mendukung gerakan ini melalui media cetak dan elektronik.
Pesannya untuk penulis pemula, tidak ada yang instan di dunia ini, begitu juga dengan menulis. Jika ingin jadi penulis, butuh proses untuk bisa menerbitkan karya dan diterima masyakarat. Jika benar-benar ingin menjadi penulis, jadikan pekerjaan menulis sebagai profesi. Sebab bila berhenti menulis, maka profesi itu akan hilang.
Untuk mengenalnya lebih jauh silakan mengunjungi websitenya www.rumahoren.com
dan menjadi temannya di Facebook Nagiga Nur Ayati. Bisa juga menjadi followernya di @nagiga. [NS]
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. ^_^