#1Hari1Ayat hari ke 15
Suatu hari saya sedang berada di dalam sebuah
bis kota yang akan membawa saya ke tempat tujuan kami ke Salemba. Ketika bis
sedang melaju perlahan sembari menaikkan penumpang, seorang pengamen jalanan
masuk ke dalam bis. Dia mengucapkan salam serta beberapa patah kata pembuka untuk
memulai pekerjaannya.
Saya duduk di bangku barisan
ketiga di belakang sopir, sehingga tidak bisa memperhatikan dengan leluasa tampang
pengamen yang sedang memulai pekerjaannya itu. Tapi meski pun demikian
saya tetap bisa mendengarkan semua yang diucapkan oleh pengamen itu.
Mulailah sang pengamen dengan tembang pertamanya. Dengan
menggunakan alat musik gitar dan harmonika. Tembang yang berbau countri itu (saya
rasa begitu) dinyanyikan sang pengamen dengan sebaik-baiknya diiringi alat musik yang
digunakannya.
Saya pun menikmati nyanyian yang dibawakan sang
pengamen. Nyanyian itu bisa membawa suasana yang lain di dalam bis kota yang
lumayan sumpek. Ketika asyik mendengarkan lagu, saya berpikir sepertinya
pengamen itu menggunakan lebih dari satu alat musik saat bernyanyi siang itu. Dengan rasa penasaran saya menoleh ke arah pengamen yang berada
beberapa barisan bangku di belakang saya.
Dan … ternyata…
memang benar! Sang pengamen menggunakan alat musik tambahan lain yang diketukkan ke gitar sambil
memetik senar gitar. Alat musik itu berupa sebuah botol plastik kecil yang
berisi (seperti) pasir ditambah dengan harmonika yang dikalungkannya
dengan alat khusus ke lehernya.
Tiga alat musik itu sekaligus
digunakannya ketika sedang membawakan lagu yang dinyanyikannya. Seketika saya
merasa terpana dengan apa yang dilakukannya. Bagaimana bisa dia memainkan alat
musik sekaligus tiga dengan disertai lantunan suara yang memukau. Pastilah
memerlukan latihan yang cukup keras agar semuanya bisa terdengar seirama dan
harmonis.
Setelah tiga
lagu yang dibawakan sang pengamen, maka ‘pertunjukan’ yang memukau itu pun
berakhir. Dia menyampaikan beberapa nasehat agar para penumpang tidak melupakan barang bawaan mereka dan agar selau
berhati-hati dalam perjalanan. Serta diiringi sebuah do’a agar penumpang selamat sampai
ditujuan.
Setelah itu sang pengamen
mulai menyodorkan ‘kantong’ yang sudah disiapkannya kepada para penumpang bis
kota. Subhanallah! Uangpun mengalir dari kantong
para penumpang bis yang sedang berjalan itu. Saya yang ikut menikmati
pertunjukan itu pun serasa ‘wajib’ memberikan sedikit dari uang yang saya
miliki. Ketika ‘kantong’ sang pengamen sampai didepan saya, saya sudah melihat
beberapa uang seribuan. Padahal itu baru dibarisan bangku ketiga.
Semakin ke belakang,
semakin banyak saya mendengarkan gemerincing uang yang terdengar berjatuhan
dalam ‘kantong’ pengamen tadi. Diiringi ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya dari mulut pengamen itu.
Ketika itulah saya jadi berpikir. Ternyata untuk melakukan pekerjaan
kita. Maka kita harus benar-benar optimal dalam melaksanakannya. Dan juga
diperlukan kreativitas yang selalu bertambah. Agar apa yang kita harapkan akan menjadi
kenyataan.
Selama ini saya
terasa sangat sulit untuk mengembangkan kreativitas saya dalam menulis. Padahal saya begitu ingin
untuk mendalami dunia menulis teruatama menulis cerita untuk anak. Setiap
tulisan yang sudah saya buat dan kirimkan ke media, selalu dikembalikan dengan alasan tema
yang sama sudah pernah dimuat. Atau tema terlalu biasa. Dan bahkan pernah tidak
dikembalikan sama sekali.
Sampai-sampai saya hampir berputus asa dengan keinginan saya untuk
terus menulis. Untunglah sang pengamen jalanan tadi ‘didatangkan’ Allah kepada
saya untuk kembali membangkitkan semangat terhadap cita-cita dan keinginan
saya. Yang insyallah akan membuat saya mencari ide-ide yang lebih kreatif agar
tulisan saya bisa dimuat dimajalah atau koran. Seperti yang saya harapkan selama ini.
Terima kasih
pengamen jalanan. Walaupun aku tidak tahu namamu, dan dari mana kamu berasal
tapi, kamu sudah memberikan pelajaran yang berharga untukku. Terima kasih
ya Allah telah memberikan hidayah kepada hamba-Mu. Sesungguhnya pelajaran itu bisa didapat dari mana
saja. Tergantung seseorang mengamatinya.
27. tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku". (Az Zukhruf ayat 27) |
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. ^_^