Beberapa hari ini Lili dibuat bingung mendengar percakapan teman-temannya. Mereka berbicara seperti menggunakan bahasa yang tidak pernah Lili dengar sebelumnya. Lili menyebutnya bahasa planet.
“Kalian lagi ngomongin apaan sih?” tanya Lili penasaran pada Lusi dan Tata yang sedang mengobrol. Tapi kedua temannya itu hanya tersenyum, tidak mau menjawab pertanyaan Lili. Lili pun berlalu meninggalkan mereka.
“Aneh! Kenapa mereka bicara dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain? Apa mereka sedang membicarakan aku?” gumam Lili sambil menuruni tangga menuju lantai dasar.
Setelah berada di lantai dasar, Lili kembali mendengar Romi dan Syufra mengobrol dengan Bahasa yang sama. Lili jengkel mendengarnya. Romi kan saudaranya, dia juga bisa bicara menggunakan bahasa planet itu. Kenapa hanya Lili yang tidak paham.
“Kalian ngomongin apa sih? Kok bahasanya aneh gitu?” tanya Lili kepada Syufra dan Romi.cer
“Ngobrol biasa aja kok. Kamu jangan di sini dong. Ini kan obrolan anak laki-laki. Kamu nggak boleh tahu. Pergi sana!” jawab Syufra sambil mendorong bahu Lili. Lili kesal mendengar ucapan temannya itu. Dia makin penasaran dengan bahasa yang digunakan teman-temannya. Untuk mengurangi kesalnya, Lili pergi ke kantin di depan sekolah mereka. Dia memilih untuk jajan permen gulali kesukaannya.
“Iginigi kegembagaligian uguagangnyaga,” ujar Ni Ena saat memberi kembalian uang Lili.
“Hah! Ni Ena juga bisa ngomong pakai Bahasa planet itu?” Tanya Lili penasaran.
“Uni jadi terbiasa, anak-anak pada ngomong begitu sih. Kenapa? Lili nggak paham ya? Biasanya kalau Uni ngomong gitu, anak-anak balas lagi dengan cara ngomong yang sama,” tanya Ni Ena pemilik warung.
“Iya, aku nggak tahu, kayaknya baru hari ini aku mendengar mereka berbicara begitu. Ajarin dong Ni!”
“Gampang kok. Tinggal ditambahkan huruf G dan huruf vocal yang sesuai dengan suku kata yang kita ucapkan aja. Memang sih ngomongnya jadi agak lama. Tapi seru aja dengarnya. Kayak semacam Bahasa sandi gitu,” jelas Ni Ena.
“Ya udah, ajarin Lili ya Ni,” Lili menatap Ni Ena penuh harap.
“Ya udah. Lili sekarang mau ngomong apa? Gini aja, kalau uni nanya Lili mau ke mana? Itu ngomongnya jadi gini Trigisaga magaugu kege maganaga.”
Lili menyimak ucapan Ni Ena sembari mengikutinya. Beberapa kali dia mencoba berbicara dengan Bahasa itu tentunya dengan kata-kata baru. Hingga sepuluh menit kemudian, dia pun mahir menggunakan Bahasa planet itu.
“Asyik! Magakagasigih yaga Nigi Egenaga,” Lili melonjak kegirangan. Dia berlari menuju kelasnya sambil menyanyikan lagu Bintang Kecil menggunakan bahasa yang baru dipelajarinya.
Ketika Lili sampai di kelas, bel tanda istirahat usai pun berdering. Dia terlihat sangat gembira karena menguasai Bahasa baru seperti teman-temannya. Lili masih saja melantunkan lagu Bintang Kecil dengan menggunakan bahasa planet-nya.
Jam pelajaran terakhir adalah jam pelajaran kesenian. Bu Epi masuk kelas dan meminta anak-anak untuk bernyanyi bergantian di depan kelas. Lili pertama kali menunjuk tangan. Dia tak sabar untuk memperdengarkan pada Bu Epi nyanyi baru yang dia kuasai.
Bu Epi pun mempersilahkan Lili menyanyi di depan kelas. Dengan bersemangat Lili menyanyikan lagu Bintang Kecil versi baru.
“Bigintagang kegecigil digi lagangigit yagang bigirugu….”
Bu Epi menatap Lili dengan bingung. Sedangkan teman-teman Lili menahan tawa. Mereka takut tertawa lebar karena khawatir Bu Epi marah.
“Lili kok nyanyinya gitu?”
“Ini lagu Bintang Kecil versi terbaru Bu,” jawab Lili serius. Bu Epi terbahak melihat wajah serius Lili.
“Oke, tapi kali ini Lili nyanyinya pakai lagu yang versi lama aja ya. Ibu nggak ngerti soalnya.”
Lili menggangguk. Dia mencoba untuk menyanyikan lagu Bintang Kecil versi asli. Sayangnya dia lupa lirik aslinya, karena sedari tadi dia sudah terbiasa menyanyikan lagu Bintang Kecil versi baru. Bu Epi pun memakluminya. Beliau memberi tepuk tangan dan menyuruh Lili kembali duduk di bangkunya. Pelajaran bernyanyi pun dilanjutkan dengan penampilan teman-teman lainnya. ^_^