Tuesday, October 26, 2021

Lika Liku Mendapatkan Vaksin Covid19


Saat ini vaksin covid19 sudah menjadi kewajiban bagi semua penduduk Indonesia, khususnya usia 12 tahun ke atas.
Tentu keluarga saya juga masuk ke daftar wajib vaksin tersebut. Dimulai dari suami yang diwajibkan vaksin di kantornya. Lalu si sulung Syifa juga wajib vaksin sebagai syarat naik KA menuju Bekasi. Sebelumnya Syifa di Malang menyelesaikan kuliahnya.
Selanjutnya Hikmal juga vaksin karena harus kuliah offline. Sementara saya belum begitu wajib menurut saya.

Saya bukan tak mau divaksin. Tapi jujur saya takut untuk divaksin covid ini. Karena begitu banyak testimoni yang tidak menyenangkan terkait kipi vaksin covid19. Di awal ini saya memilih melihat dulu perkembangan orang-orang yang sudah divaksin.
Hingga akhirnya saya putuskan untuk ikut vaksin tapi dengan beberapa syarat yang saya tentukan sendiri. Salah satunya vaksin itu harus halal. Saya berdoa pada Allah agar dimudahkan untuk vaksin jika itu yang terbaik untuk saya.

Qadarullah salah satu geraham saya patah di tengah kasus covid19 yang sangat tinggi. Geraham patah itu berlubang dan ngilu jika masuk makanan. Karena saya pikir kalau saya divaksin harus vit, maka saya melakukan perawatan gigi berlubang dulu. Selama sebulan setiap pekan bolak balik ke dokter gigi di RS Hermina Bekasi.

Setelah perawatan gigi selesai, saya mencari tahu vaksin halal. Pilihan saya jatuh pada vaksin sinovac.
Selanjutnya saya daftar di puskesmas dekat rumah. Ternyata hari H nya saya migren. Saya pun batal vaksin.
Lalu ke dua kali saya daftar lagi. Ternyata saat screning di tempat vaksin, kata petugasnya saya gak bisa divaksin hari itu. Jika saya mau vaksin, saya harus melakukannya di puskesmas. Alasannya karena saya pernah alergi antibiotik injeksi dulu waktu saya dirawat.

Kali yg ketiga dapat info dari tetangga yg kerja di puskesmas ada vaksin pfezer. Walau sebenarnya saya inginnya vaksin sinovac. Tapi Bismillah minta petunjuk Allah lagi. Karena kali ini saya dan keluarga berencana akan keluar kota bulan depan. Apalagi saya sudah mulai mengajar TPA tatap muka. Semoga Ikhtiar kali ini diridhoi Allah.

Sampai di tempat vaksin, ternyata salah alamat. Harusnya ke puskesmas, saya malah masuk ke aula kelurahan. Di sana juga sedang diselenggarakan vaksin. Tapi vaksin sinovac. Setelah saya tanya petugas tentang kondisi saya, mereka mengatakan tak masalah saya ikut vaksin sinovac di sana.

Bismillahirrahmanirrahim saya vaksin sinovac. Semoga Allah menjaga kesehatan saya, keluarga dan kita semua aamiin.
Demikianlah liku2 perjalanan saya mendapatkan vaksin. Semoga pandemi ini segera berlalu. Aamiin...