Monday, June 7, 2021

Burdah Mush’ab Bin Umair

            Aku sangat sedih karena hanya bisa menutupi sebagian badan dari sahabat tercinta Rasulullah SAW ini. Sahabat yang menjadi duta pertama bagi kejayaan umat muslim di Madinah. Beliau bernama Mush’ab Bin Umair. Sahabat tercinta Rasulullah SAW itu sudah pergi untuk selamanya. Beliau syahid di medan pertempuran perang Uhud.

            “Coba tarik burdah itu ke bawah untuk menutupi kaki Mush’ab,” terdengar suara Rasulullah SAW memberi perintah pada sahabatnya yang lain. Aku kaget mendengarnya, tapi aku bersiap. Seseorang menarikku hingga menutupi kaki Mush’ab. Sayangnya ketika kaki beliau sudah berhasil ditutup, kepala dan mukanya masih terlihat.  Hal itulah yang membuatku bersedih.

            Kenapa aku tidak cukup panjang untuk menutupi semua badan sahabat mulia itu? Beberapa saat kemudian Rasulullah memerintahkan untuk menarikku ke atas kepala Mush’ab. Tapi hasilnya tetap sama. Kepala Mush’ab berhasil kututup, namun kakinya kali ini yang terlihat. Aku tidak tahu harus bagaimana.  

“Dahulu ketika di Mekah, dia yang paling kaya. Paling tampan, dan paling bagus pakaiannya. Namun semua itu ditinggalkannya demi membela agama Allah. Sekarang dia syahid dan hanya sebuah burdah ini yang menemaninya,” kata Rasulullah SAW sedih.

            Aku sangat merasakan kesedihan Rasulullah SAW. Karena aku tahu benar kehidupan Mush’ab. Aku selalu menemani Mush’ab sejak awal mengenal islam. Mush’ab yang baik demikian gelar yang diberikan padanya. Dia adalah laki-laki pemberani. 

Masih ingat dalam ingatanku waktu menemani Mush’ab di Madinah. Ketika itu Rasulullah SAW memberikan tanggung jawab kepada Mush’ab  untuk membimbing kaum Anshar.  Mereka sudah berbaiat kepada Rasulullah di Bukit Aqabah. Rasulullah SAW juga meminta Mush’ab untuk menyebarkan agama Allah di Madinah. Mush’ab pun langsung bertindak. Pertama dia menginap sebagai tamu di rumah As’ad Bin Zararah.

            “Aku akan mengunjungi kabilah-kabilah, tempat pertemuan dan rumah-rumah penduduk Madinah. Maukah kamu menemaniku wahai As’ad?” pinta Mush’ab kala itu. As’ad pun menerimanya. Mereka membacakan ayat-ayat Allah di setiap pertemuan itu. Aku selalu mendengar dan mengikuti semua kegiatan Mush’ab. Aku ikut senang ketika setiap hari makin banyak pengikut Rasulullah SAW melalui pembelajaran dari Mush’ab.

            Hingga suatu hari salah satu pemimpin kabilah marah dan menghunuskan pedangnya pada Mush’ab. Namanya Usaid bin Hudlair.  Aku sangat terkejut dan ingin berteriak agar Mush’ab segera keluar dari pertemuan itu. Karena semua orang sudah berhamburan keluar. Namun Mush’ab masih tetap tinggal dan menyambut Usaid bin Hudlair yang sedang murka.

            “Tinggalkan segera tempat ini!” bentak Usaid. Aku gemetar mendengarnya. Tapi tidak dengan Mush’ab. Dia terlihat tenang. Wajahnya memancarkan ketulusan seorang muslim sejati. Sambil tersenyum dia berkata.

            “Ijinkan saya membacakan sedikit ayat-ayat Allah untuk Anda. Setelah itu, jika Anda tidak suka mendengarnya, saya akan keluar dari sini.”

            Usaid setuju. Dia bersedia mendengar terlebih dahulu. Mush’ab pun mulai melantunkan ayat-ayat Allah dan menjelaskan tentang maksud dari ayat itu. Subhanallah walhamdulillah... hati Usaid bergetar mendengar ayat suci itu. Usaid pun langsung bersyahadat. Aku lega melihatnya. 

            Itulah salah satu hal yang tak dapat kulupakan dari kepribadian Mush’ab. Apalagi hingga akhir hidup beliau, aku melihat sendiri kegigihan Mush’ab membela Allah dan RasulNya.

            Saat di perang Uhud ini, Mush’ab bertugas memegang bendera perang. Beliau memegang bendera itu dengan tangan kanannya. Lalu ketika pasukan muslim terpecah, Mush’ab maju untuk melindungi Rasulullah SAW. Seorang musuh yang berkuda menebas lengan kanan Mush’ab hingga putus.

“Ya Allah lindungi Mush’ab !” pekikku ketika melihat hal itu. Aku sungguh takut. Bendera yang dipegang Mush’ab pun jatuh. Tapi Mush’ab belum menyerah. Dia memekikkan kalimat penyemangat yang membuat kumerinding mendengarnya. Mush’ab memekikkan kalimat itu sambil mengambil bendera dengan tangan kirinya.

            “Muhammad itu hanyalah seorang Rasul dan sebelumnya telah didahului oleh beberap Rasul.” Hal ini dilakukan Mush’ab untuk membangkitkan semangatnya membela agama Allah. Namun si kafir Quraisy yang bernama Ibnu Qumaiah itu tak peduli. Dia lalu menebas tangan kiri Mush’ab.

Aku tak tahan melihatnya. Mush’ab yang baik masih saja belum kehilangan semangat. Kudengar ia meneriakkan kembali kalimat penyemangat itu. “Muhammad itu tak lain adalah seorang Rasul dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul.”

            Tiba-tiba musuhnya menyerang dada Mush’ab dengan tombak hingga tiga kali tusukan. Mush’ab tersungkur. Bendera yang dipegangnya jatuh. Aku pun ikut terjatuh bersama syahidnya sahabatku yang mulia. Aku menangis. Tangis sedih dan bahagia. Sedih karena tidak akan bisa menemani sahabat muliaku ini dalam perjuangannya menegakkan agama Allah. Bahagia karena diperkenankan menjadi penutup tubuh suci sang sahabat.  Semoga Allah memberikan syurga terbaik untuk sahabat mulia ini, doaku dalam hati.

            Aku lihat  Rasulullah SAW masih tercenung sedih memperhatikan sahabatnya itu. Setelah itu beliau berdiri. Beliau memandang semua pasukan muslim yang gugur. Beliau berkata bahwa beliau akan menjadi saksi di hari kiamat nanti atas kematian para syuhada tersebut. 

Lalu Rasulullah SAW berpesan kepada kaum muslimin yang masih hidup, “Hai manusia! Berziarahlah dan berkunjunglah kepada mereka. ucapkanlah salam! Demi Allah yang menguasai nyawaku, tak seorang muslim pun sampai hari kiamat yang memberi salam pada mereka. Pasti mereka akan membalasnya.”

            Aku pun mengucapkan salam perpisahan pada sahabat tercintaku. “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Mush’ab. Aku akan selalu berada di sisimu sampai Allah membangkitkanmu nanti.”

                                                            ***

Tahukah kamu bahwa kalimat penyemangat yang diucapkan Mush’ab Bin Umair ketika tangannya ditebas oleh orang kafir, dikukuhkan Allah sebagai wahyu kepada Rasulullah SAW. Dan ayat ini selalu kita baca dalam AlQuran. Ayat itu terdapat dalam surat Ali Imran ayat 144. Arti ayat itu adalah : Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul,sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul ...

 

 

Catatan : Burdah adalah sebuah jubah yang terbuat dari bulu domba.