Monday, January 27, 2020

Kado Untuk Nenek

           Pagi ini Loli dan adiknya Jo sedang menyelesaikan tugas mereka. Tugas sehari-hari mengumpulkan telur ayam. Ayah Loli peternak ayam. Di peternakan Loli terdapat ribuan ekor ayam. Ada yang untuk diambil telurnya, ada juga yang untuk ayam potong.   
“Tok... tok ... petoook...” terdengar suara ayam gaduh saat mereka memungut telur-telur itu.  
“Ayo Jo, ini sudah hampir jam enam. Kita harus berangkat sekolah! Teriak Loli dari ujung kandang.  
“Iya Kak,” sahut Jo seraya bergegas menghampiri kakaknya. Di tangannya terdapat keranjang yang terisi penuh dengan telur. 
“Aku sudah dapat sekeranjang penuh. Semoga hari ini kita mendapatkan lebih dari dua puluh ribu. Aku ingin membeli sesuatu,” gumam Loli. Ini adalah kandang keempat tempat mereka memunguti telur-telur . 
Sebenarnya di peternakan itu ada pegawai lain yang bertugas mengurusi ayam-ayam itu. Ayah memberi mereka sepuluh ribu rupiah setiap hari jika Loli dan Jo mengumpulkan seratus butir telur. Keluarga mereka tinggal di sebuah desa di kaki gunung Marapi, Bukittinggi, Sumbar.   
“Mau beli apa Kak?” tanya Jo sambil meletakkan telur di tatakan telur satu persatu. Loli juga melakukan hal yang sama. Setiap tatakan berisi 25 butir telur.  
“Mau beli hadiah untuk nenek. Beliau akan ulang tahun yang ke delapan puluh dua hari lagi. Kamu nggak ingat ya?” 
“Oh iya, aku lupa. Kita patungan aja ya Kak?” Jo meletakkan telur terakhir dari keranjangnya ke dalam tatakan. 
“Ok. Ada berapa butir telur yang kamu dapat?” tanya Loli sambil menghitung jumlah tatakan telur yang sudah mereka isi. 
“Loh Jo. Telur ini kok beda. Bentuknya tidak seperti telur yang lain. Besarnya juga nggak sama dengan telur lain. Ini kamu ambil di mana?” tanya Loli ketika melihat telur berukuran lebih kecil dari biasanya.  
“Tentu saja aku ambil di tempat ayam-ayam itu.”  Jo memperhatikan  telur yang dimaksud kakaknya.  
“Ini bukan telur ayam Jo, kayaknya baru kali ini kita melihat telur seperti ini. berbentuk bulat seukuran bola pingpong.” 
“Ya udah, kita bawa aja ke rumah. Nanti kita tanya ayah.” Loli dan Jo membawa semua telur termasuk telur aneh itu ke rumahnya. Setelah itu mereka meletakkan telur-telur itu di gudang. 
Telur Pimpong mereka letakkan di dalam kulkas. Setelah itu mereka mandi dan bersiap sarapan. 
“Kalian menemukan telur sebesar pingpong di kandang ayam?” tanya nenek saat sarapan. 
“Iya nek. Kok Nenek tahu?” tanya mereka serentak. Mata mereka membola takjub memandang ke arah nenek. 
“Nenek yang meletakkan telur itu di sana. Nenek ingin kalian menebak hadiah yang nenek inginkan dengan telur pimpong itu sebagai kuncinya.” Nenek tersenyum. Giginya yang hanya tersisa tiga membuat senyum nenek terlihat lucu. 
“Okay. Nanti akan kami perhatikan lagi telur yang kami temukan tadi Nek,” sahut Loli. 
“Nenek bisa aja deh bikin kami penasaran. Tapi sebenarnya itu telur apa Nek?” tanya Jo setelah menelan kunyahan terakhirnya. 
“Itu bukan telur  sungguhan. Tapi nenek membuatnya dari buah pinang waktu nenek kecil dulu. Setelah itu nenek cat dengan cat putih. Nenek menggunakan telur mainan itu untuk memancing semua ayam agar bertelur.” Jelas nenek. 
“Tapi, kan ukuran dan bentuknya nggak sama dengan telur yang asli nek?” tanya Loli penasaran. “Apa ayam-ayam itu masih mau bertelur?  Kan mereka cuman melihat telur palsu? 
Ayam-ayam nenek tetap bertelur kok walau yang mereka lihat telur palsu.” Sahut nenek.  
“Kalian berangkat sekolah saja dulu. Jangan lupa hadiah ulang tahun nenek ya?” sambung nenek dengan senyuman lagi.  
“Oke nek. Kami berangkat dulu ya.” Loli dan Jo berangkat sekolah. Sepanjang jalan mereka memikirkan hadiah apa yang diminta nenek dengan clue telur bohongan tadi? 
“Aku tahu Kak. Mungkin Nenek ingin kita membuat telur bohongan juga sebagai hadiahnya.” Tebak Jo. 
Kakak rasa bukan itu. Sepertinya nenek ingin makan sirih dengan pinang deh. Kamu nggak lihat tadi, beberapa kali nenek menatap kotak daun sirihnya yang sudah kosong.” Jelas Loli. 
“Kakak benar! Pasti nenek nggak mau menyuruh kita langsung membeli pinang dan sirihnya kan? Karena nenek memang suka main tebak-tebakan dengan kita. Kalau begitu nanti kita beli daun sirih dan pinang sepulang sekolah ya. Kita dapat dua puluh ribu hari ini. ini sudah bisa membeli sekantong penuh daun sirih dan pinang,” ujar Jo senang. 
Mereka pun melanjutkan perjalanan ke sekolah dengan hati riang. “Nenek ternyata tidak mengaharapkan hadiah apa pun dari kita. Cukup dengan perhatian kita saja, sudah membuat beliau senang,” gumam Loli.  
*** 

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^