Tuesday, June 16, 2020

Ulangan Fisika

            “Ngapain lo bengong pagi-pagi gini?” Putra menepuk pundakku. Aku menoleh dan tersenyum kecut.
            “Ngantuk gue. Semalem gue jagain kakek di rumah sakit. Asma beliau kumat,” sahutku sambil meregangkan badan. Aku berdiri dan menarik napas dalam. Kuangkat tanganku ke atas. Kutarik lembut tanganku hingga kurasakan semua otot dan sendiku meregang. Rasa pegal di seluruh badanku sedikit berkurang. Setelah itu aku duduk kembali di bangku.
            Pagi ini kelasku sudah riuh rendah oleh suara teman-temanku. Jam pelajaran pertama, akan ada ulangan Fisika. Beberapa temanku terlihat asyik membaca catatan mereka. sedangkan aku, aku masih bengong di depan buku catatanku. Kurang tidur beberapa hari ini membuatku kehilangan semangat belajar.

            Ketika menjaga Kakek, aku sama sekali tidak bisa belajar. Bukan karena kakekku perlu banyak bantuan. Tapi karena aku tidak bisa konsentrasi karena pasien di sebelah tempat tidur kakekku terlalu berisik. Bapak itu selalu merintih tak henti-henti. Hanya sesekali dia berhenti merintih ketika dia terlelap. Itu pun tidak lama. Hanya beberapa menit saja.
            Aku kasihan dengan kakekku. Kami sama-sama tidak bisa tidur. Padahal kakekku harus banyak istirahat. Beberapa hari beliau juga kurang tidur karena asma beliau. Tadi malam, aku minta ibuku memindahkan kakek ke ruang VIP. Biar kakek bisa istirahat lebih tenang. Begitu juga kami yang mejaga beliau. Untunglah pagi ini kakek sudah mendapatkan tempat di ruang VIP. Aku berharap bisa tenang menjaga kakek nanti malam.
            “Kriiiiiiinggg...” bel tanda pelajaran pertama dimulai pun berdering. Teman-temanku  berhamburan duduk di bangku mereka masing-masing. Aku menyimpan buku catatanku ke dalam tas. Aku sudah pasrah dengan ulangan Fisika kali ini. Semua rumus dan simbol itu hanya menari-nari di kepalaku tanpa bisa kutangkap satu pun maknanya.
            Beberapa menit kemudian, suara sepatu Bu Yuni, guru Fisika, terdengar dari lorong depan kelasku. Teman-temanku masih berisik entah apa yang mereka bicarakan. 
            “Pagi!” sapa Bu Yuni ketika masuk ke dalam kelas. Wajahnya yang cantik dan anggun terlihat sangat berwibawa ketika berada di depan kelas. Beliau langsung duduk di kursi guru.
            “Pagi Bu...!” sahut kami serentak. 
            Kulihat Bu Yuni meletakkan tumpukan kertas di atas mejanya. Beliau berdiri dan membagikan kertas ulangan itu kepada kami. Temanku di ujung sebelah kanan mendapatkan kertas ulangan pertama. 
            “Tolong bagi ke belakang ya Nisa,” ucap Bu Yuni padaku ketika beliau sampai di bangkuku. Aku duduk di bangku depan bagian tengah. Ada 4 deret meja di kelas kami. Satu deretan berjumlah  5 meja. Satu meja diisi 2 orang murid. 
Aku mengangguk dan mengambil satu soal ulangan untukku. Lalu membagikan kertas lainnya ke belakang mejaku. Setelah itu aku kembali duduk di bangkuku. Kutatap Bu Yuni yang sedang menulis sesuatu di mejanya. Sepertinya beliau mengisi daftar kehadiran kami.
“Sudah dapat semua kan?” tanya Bu Yuni dengan suara lembut tapi tegas. 
Kudengar suara teman-temanku menjawab seperti gumaman. Mungkin mereka sudah mulai membaca soal-soal ulangan Fisika hari ini.
“Silakan mulai ulangan kalian. Jangan lupa berdoa dulu. Waktunya satu jam sejak sekarang,” perintah Bu Yuni. Kelas 10.1 ini pun langsung hening.
 Aku menatap nanar kertas ulangan. Sekilas kubaca soal-soal itu. rasanya aku tahu jawabannya. Aku tersenyum. Segera tulis namaku di bagian kiri atas kertas ulangan. Lalu kubaca lagi satu persatu soal yang tertera di kertas itu.
“Aduh! Tadi rasanya aku tahu jawabannya. Tapi kenapa aku tidak bisa mengingat jawaban itu?” gumamku ketika membaca beberapa soal. Kulirik Putra sedang asyik mengerjakan soalnya. Sepertinya dia tidak mengalami kesulitan mengerjakan ulangan ini. 
Huh! Aku sebenarnya tidak ingin nilaiku sampai jeblok. Aku gengsi jika nilai Putra lebih tinggi dari nilaiku. Tapi apa yang harus kulakukan? Kubaca semua soal. Hanya ada 10 soal yng bisa kujawab dari 30 soal yang diberikan Bu Yuni. Sementara waktu makin terus berjalan. Kelasku sangat hening. Seolah kami sedang berada di kuburan. Kurasa itu gambaran yang cocok untuk kelasku saat ini.
Ketika berpikir tentang kuburan, tiba-tiba angin menerpa rambutku. Rasanya sangat sejuk. Aku bingung, dudukku cukup jauh dari jendela dan pintu. Kenapa angin itu begitu terasa menggerakkan rambutku? Bulu-bulu halus di tengkukku seolah mengerti pesan itu. mereka berdiri berjamaah. Hiiiyyy... aku mengelus tengkukku untuk mengurangi perasaan takut yang muncul dalam pikiranku.
Kutatap Bu Yuni yang duduk memperhatikan kami dari mejanya. Beliau tersenyum padaku. Tapi ada yang aneh dengan wajah Bu Yuni. Kenapa wajahnya mirip denganku? Aku seolah melihat diriku sendiri di meja guru itu. bedanya, orang yang di depan itu mengenakan jilbab seperti pakaian yang dikenakan Bu Yuni tadi. Apakah aku sedang bermimpi? Aku menghentakkan kakiku ke meja untuk memastikan keadaanku. Rasa sakit kakiku beradu dengan kaki meja membuatku yakin aku tidak bermimpi.
“Ayo kerjakan Nisa. Waktu ulangan hanya sedikit lagi,” tiba-tiba Bu Yuni sudah berada di sebelahku. Aku gelagapan. Aku pura-pura memandangi kertas ulanganku. Lalu aku menoleh pada Bu Yuni. Beliau sudah tidak ada di sampingku! Aku memandang meja guru. Beliau sudah ada di sana. Tapi dengan wajah aslinya. Secepat itukah beliau sampai di mejanya? Aku kembali merinding. Aku segera memandangi kertas ulanganku lagi.
Beberapa detik kemudian, sebuah suara wanita menuntunku untuk menulis jawaban soal-soal Fisika itu. Entah kenapa, aku seolah terhipnotis untuk melakukan perintahnya. Jemariku dengan lincah menuliskan semua jawaban yang disebutkan suara itu. tak ada takut dan tak ada merinding ketika aku mendengar suara itu. suara itu mirip sekali dengan suaraku!
“Modulus Young (Y) adalah perbandingan antara tegangan (τ) dengan regangan (ε).” Demikianlah bisikan yang kudengar untuk jawaban soal terakhir.
Persis ketika aku selesai menjawab soal terakhir, bel tanda jam pelajaran pun berbunyi. Kutatap Bu Yuni yang berdiri sambil memandangi kami. Tak ada wajahku di sana. Beliau meminta semua murid mengumpulkan kertas ulangan dan jawaban yang sudah kami isi. Semua murid bergegas memberikan lembar soal dan jawaban mereka, demikian juga denganku. Semoga aku tadi bukan bermimpi. [NS]

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^