Saturday, February 1, 2020

Fatimah binti Muhammmad SAW, Sang Pemimpin Surga (1)

            Tokoh kita berikut ini adalah seorang pemimpin surga. Beliau menjadi pemimpin semua wanita di surga. Allah menjadikannya dari cahaya surga. Dan menitipkan cahaya surga itu melalui rahim seorang wanita mulia bernama Khadijah. Dia adalah Fatimah binti Muhammad Saw. Berikut kisah selengkapnya tentang Fatimah Azzahra.
Menjelang Kelahirannya
        Suatu hari Malaikat Jibril as. Meminta Rasulullah Saw untuk menyendiri dalam beribadah. Karena setelah diangkat menjadi Rasul, beliau sering dihina dan dizalimi masyarakay Quraisy. Waktu itu beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Untuk memantapkan keimanan beliau, Rasulullah sering beribadah dengan cara menyendiri ke gua. Beliau memang sering melakukan hal itu. Kadang selama sebulan bahkan lebih. Beliau meminta izin pada istrinya Khadijah, untuk menyendiri dan beribadah di gua tak jauh dari rumah mereka.
         “Aku akan selalu menjagamu wahai suamiku,” demikian jawaban Khadijah waktu itu. Lalu setiap hari beliau mengirimkan bekal untuk suaminya yang sedang menyendiri dalam beribadah kepada Allah. Hingga setelah 40 hari, datanglah malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW. Beliau diminta menyelesaikan ibadahnya. 
         “Allah akan memberikan sebuah penghormatan dan persembahan untukmu,” ucap Jibril. 
          Tak lama kemudian, malaikat Mikail menghampiri Rasulullah. Malaikat itu membawa mangkok yang ditutupi sapu tangan dari sutera.
          “Wahai Muhammad, tuhanmu menyuruhmu agar berbuka dengan makanan ini,” ujar malaikat Mikail sambil menyerahkan mangkuk yang dibawanya.  Rasulullah pun memakan dan meminum hidangan yang dibawa Malaikat Mikail tersebut hingga beliau kenyang.
          Tak lama kemudian, Malaikat jibril menghampiri beliau. “Allah ingin engkau mendatangi  Khadijah. Karena Allah swt akan menciptakan dari sulbimu seorang keturunan yang baik pada malam ini.”
         Rasulullah pun patuh. Beliau pulang ke rumahnya dan menemui Khadijah istrinya. Beberapa waktu kemudian, Khadijah pun hamil. Beliau sangat senang atas kehamilannya. Apalagi Rasulullah juga lebih sering di rumah semenjak beliau hamil. Suatu hari Malaikat Jibril mengabarkan pada keluarga bahagia itu, bahwa mereka akan mendapatkan seorang bayi perempuan. 
         Saat itu Rasulullah sudah berdakwah secara terang-terangan. Mengajak semua penduduk Qurasisy untuk menyembah Allah. Sejak saat itu juga makin banyak masyarakat Quraisy yang memeluk islam. Apalagi, Khadijah istrinya selalu membela suaminya. Beliau juga memberikan semua hartanya untuk keperluan dakwah suaminya. Karena hal ini, penduduk Quraisy makin membenci keluarga mereka.
         Karena makin bertambahnya umat islam, para kafir Quraisy memutuskan untuk memboikot ekonomi kaum muslim. Tidak ada satu orang pun yang boleh melakukan jual beli pada mereka. Sehingga membuat kaum muslim menjadi kelaparan dan sangat sengsara. Ketika ada salah seorang yang melakukan jual beli dengan kaum muslim, maka mereka akan dihukum. Demikian salah satu perjanjian tertulis yang dilakukan Abu Jahal, Abu Lahab dan pemuka Quraisy lainnya.
         “Sebaiknya kalian semua hijrah ke Habasyah, sampai Allah memberikan jalan keluar dari permasalaan kita ini,” saran Rasulullah SAW kepada semua kaum muslimin. Mereka pun mengikuti perintah Rasulullah. 
          “Bagaimana dengan Anda wahai Rasulullah?” tanya mereka ketika mereka melihat Rasulullah tidak berkemas seperti mereka.
         “Saya dan keluarga saya untuk sementara akan di Makah dulu. Semeoga Allah segera memberikan jalan keluar terbaik bagi kita,” ucap Rasulullah mantap. Maka sebagian kaum muslimin itu segera pindah ke Habasyah sesuai perintah Rasulullah. Di sana mereka diterima oleh penduduk setempat.
Hari Kelahiran
        Hari berganti, bulan pun berlalu. Kehamilan Khadijah sudah makin membesar. Saat kelahiran anak mereka pun sudah tiba. Hari itu Khadijah merasakan tanda akan melahirkan. Tepat di tahun ke lima, sejak Rasulullah diangkat menjadi Rasul.
          Saat itu, Abu Thalib meminta keluarganya bani Hasyim dan Bani Muthalib untuk menjaga Muhammad di Lembah Abu Thalib. Karena suasana setiap harinya semakin mencekam. Keselamatan Muhammad dan keluarganya sangat terancam. Penduduk Quraisy bukan saja memboikot mereka secara ekonomi, tapi juga merencanakan pembunuhan terhadap Muhammad. 
        Abu Thalib dan Hamzah, paman Muhammad yang lainnya, tidak ingin keponakan mereka terbunuh. Makanya mereka meminta Muhammad dan keluarganya mengungsi ke lembah Abu Thalib. Saat itu kehamilan Khadijah sudah memasuki usia melahirkan. Khadijah meminta seseorang untuk membantunya melahirkan. Sayangnya tidak ada dari warga Quraisy dan Bani Hasyim yang bersedia membantunya.
        Khadijah sedih sekali karena tidak ada yang bersedia menolongnya. Allah Yang Maha Pemurah, mengutus beberapa wanita penduduk surga untuk membantu Khadijah melahirkan anaknya.
         “Jangan sedih wahai Khadijah. Kami diutus Tuhanmu, untuk membantumu. Kami adalah saudaramu,” demikian ucapan wanita surga itu. 
         “Terima kasih sudah membantuku,” ucap Khadijah. Lalu proses kelahiran Fatimah pun berlangsung.  Cahaya memancar dari tubuh bayi Fatimah, begitu bayi mulia itu lahir. Saat kelahiran Fatimah adalah tanggal 20 Jumadilakhir tahun ke lima setelah kerasulan. Bersambung di sini


0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^