foto-foto Nelfi Syafrina
Oleh : Nelfi Syafrina. Sabtu pagi, saya
dan keluarga berniat mengunjungi Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri di
Depok. Kami berangkat dari rumah kami di Bekasi pukul 9.00 WIB pagi.
Ternyata perjalanan menuju Depok tidak seperti yang kami harapkan.
Seperti biasa, kami harus menghadapi kemacetan. Apalagi sempat beberapa
kali GPS yang kami jadikan sebagai penunjuk jalan, membuat kami tersesat
di Depok.Jika menurut GPS awalnya kami sudah sampai sekitar jam sepuluh lewat, kenyataannya kami baru sampai di Masjid megah itu pukul 12.40 Wib. Tapi semua kekecewaan di jalan itu terbayar begitu melihat Masjid yang benar-benar megah. Masjid ini bukan saja arsitekturnya yang megah, tetapi hampir semua ornamen dan bangunan di komplek masjid itu juga megah. Setelah memarkir kendaraan yang kami bawa, kami pun berjalan menuju Masjid.
Pekarangan Masjid yang Sangat Luas
Pemandangan pertama yang saya lihat adalah keasrian hamparan taman dan pelataran Masjid yang sangat luas. Menurut penjaga pintu Masjid yang saya tanya, masjid ini dibangun di atas lahan seluas 50 Hektar. Luas bangunan Masjid itu sendiri sekitar 8000 meter persegi.
Karena saya parkir di bagian belakang kawasan Masjid, maka hal pertama yang saya lihat setelah hamparan taman itu adalah deretan ‘toko’. Ada rumah makan, toserba, toko pakaian muslim dan kantin di sebelah kiri jalan menuju masjid.
Selanjutnya ada sebuah bangunan serbaguna. Saya tidak memperhatikan isi bangunan itu. Di samping bangunan itu sepertinya adalah tempat tinggal pemilik masjid ini yaitu Ibu Hj. Dian Djuriah Al Rasyid dan keluarganya.
Karena kami belum shalat zuhur, maka saya dan suami serta anak-anak ‘berpencar’untuk melakukan shalat zuhur di dalam masjid. Saya, Syifa dan Hauzan, sulung dan bungsu saya menuju ke bagian perempuan. Sedangkan suami saya dan Hikmal putra kedua kami menuju bagian laki-laki. Sama seperti masjid-masjid lainnya, pintu masuk perempuan dan laki-laki dipisahkan.
Basement, Tempat Penitipan Sepatu dan Sandal.
Setelah menaiki sedikit tangga, kami diminta menitipkan sepatu atau sendal di tempat penitipan. Dari tangga ini dimulai batas suci masjid. Penitipan ini berada di basement, jadi kami harus menuruni tangga dulu untuk menuju ke sana. Selanjutnya kami naik ke pelataran masjid. Lantai marmer yang kami injak sangat panas karena terpapar sinar matahari yang sangat terik. Untungnya ada semacam karpet pendingin yang disusun berupa jalan menuju tempat wudhu outdor di sisi kanan dan kiri tempat penitipan sepatu tadi.
Tempat wudhu ini ternyata tidak hanya di satu tempat. Ada lagi tempat wudhu lain di samping masjid. Tempat wudhu di samping masjid ini berupa tempat wudhu indor yang dibuat di basement sama seperti tempat penitipan sepatu dan sandal tadi. Saya harus menuruni tangga menuju tempat wudhu indor ini karena hanya di sana tersedia toiletnya.
Anak Balita Dilarang Masuk
Setelah berwudhu, saya, Syifa dan Hauzan segera masuk ke dalam Masjid. Kemegahan juga terlihat dari kokohnya tiang-tiang penyangga koridor menuju Masjid. Ketika hendak masuk ke dalam masjid, 2 orang Muslimah berpakaian hitam menghadang kami.
“Shalatnya gantian ya Bu. Anak kecil nggak boleh masuk!” demikian ujar salah satu dari mereka. Saya tertegun sejenak, dalam hati saya bertanya kenapa anak-anak tidak boleh masuk? Setelah itu saya meminta Syifa menjaga Hauzan yang masih berumur 2 tahun itu. Saya shalat lebih dulu. Waktu akan memasuki masjid, ada sebuah papan pengingat terpajang di sana. Isinya melarang jama’ah mengambil gambar dan melarang anak balita/anak-anak untuk masuk ke dalam masjid.
Selesai shalat saya tanya mengenai larangan ini. Ternyata hanya bertujuan untuk kekhusu’an para jamaah. Walau saya kurang setuju, tapi saya menghormati peraturan itu. Menurut saya anak-anak seharusnya berkenalan sejak dini denganmasjid. Bukan melarang mereka masuk masjid. Adalagi sebuah kalimat yang membuat saya tergelitik untuk bertanya, bahwa masjid ini ditutup pada hari kamis.
Hal ini belum sempat dijawab oleh penjaga masjid itu. Karena dia sedang terlihat sangat sibuk mengatur jamaah yang masuk. Dia meminta saya menanyakannya pada petugas lain atau membeli buku yag sudah mereka sediakan dan dijual di depan masjid. Jadi jika Anda ingin berkunjung ke masjid ini, sebaiknya jangan pergi pada hari Kamis.
Sayangnya saya tidak menemui buku yang dimaksud ketika saya sudah berada di luar masjid. Jadi sampai pulang saya tidak menemukan jawabannya.
Objek Wisata dan Parkir Berbayar
Masjid ini ternyata juga digunakan sebagian orang sebagai tempat wisata. Saya melihat beberapa orang sedang menikmati kebersamaan bersama keluarga mereka dengan duduk-duduk di taman Masjid.
Pepohonan yang rindang dan luasnya taman Masjid ini pasti membuat kita betah berlama-lama di sini.
Oh, ya, saya juga banyak melihat bis dari pengunjung luar kota. Ketika masuk gerbang masjid. Jika Anda menggunakan mobil pribadi, maka Anda akan dimintai uang sebesar Rp.10.000,- waktu Anda memasuki gerbang Masjid. Ketika Anda hendak keluar dari gerbang Masjid ini, mereka akan menagih Rp 3.000,- lagi pada Anda.
Jika Anda ingin makan siang di kantinnya, maka ada banyak menu yang bisa Anda pilih. Ada Soto Padang, Soto Ayam dan menu lainnya. Saya sempat mencicipi Soto Padang dengan nasi seharga Rp. 20.000,- Rasanya lumayan enak tak kalah dengan Soto Padang yang pernah saya cicipi di restoran terkenal. Ada sebuah restoran masakan Padang juga tak jauh dari kantin itu.
Demikian perjalanan saya hari ini. Saya sempat mengambil foto dalam masjid dengan menggunakan kamera HP. Semoga saja hal ini merupakan pengecualian. Karena banyak juga pengunjung lain yang melakukan hal itu dan tidak dilarang. ***
sumber : Harian Analisa Medan
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. ^_^