Thursday, April 25, 2013

Menuju Usia 40 tahun




                                                            
Lima belas tahun yang lalu, atau tepatnya usiaku 21 tahun, aku masih berkutat dengan ujian akhir Sekolah Perawat Kesehatan. Aku memang telat masuk sekolah itu. Seharusnya tamat SMP bisa langsung masuk Sekolah Perawat Kesehatan, tapi bapak memintaku beralih ke sekolah tersebut setelah duduk di kelas 2 SMA. Walau berat, karena harus mengulang dari awal, akhirnya aku menerima keinginan bapak itu.
            Alasan beliau agar suatu hari nanti aku bisa merawat beliau yang punya penyakit asma. Sebagai seorang anak aku sangat memaklumi keinginan bapakku itu. Tahun 1993, aku menjadi murid di sekolah perawat. Aku menjalani hari-hari menyenangkan, menyebalkan dan menyedihkan di sekolah itu.
Semua itu terbayar setelah aku bekerja di sebuah rumah sakit swasta di Bekasi. Setahun setelah bekerja, aku menikah dan setahun kemudian aku melahirkan seorang putri.
Resign dan Menjadi Ibu Rumah Tangga
Akhirnya keputusan terberat itupun aku ambil. Keputusan untuk resign dari pekerjaanku adalah pilihan yang tepat. Karena kasihan anak kami kalau kedua orang tuanya bekerja, aku tidak bisa membawanya ke tempat kerjaku. Tidak ada tempat penitipan anak di sana. Aku yakin Allah memilih jalan ini untukku. Keputusan ini juga aku serahkan pada-Nya melalu shalat malamku. Semakin hari, hatiku semakin yakin dan kuat untuk resign.
Tepat 4 tahun aku bekerja di RS itu, akupun mengajukan surat pengunduran diri. Tidak ada pesangon yang aku dapat, hanya uang koperasi simpananku selama bekerja di RS itu. Selanjutnya aku menjalani hari-hariku bersama putriku di rumah.
Memilih menjadi ibu rumah tangga sejati, ternyata tidak semudah yang aku bayangkan.  Mungkin karena aku sudah terbiasa dengan kesibukan di rumah sakit, sehingga ketika pekerjaan rumah selesai, aku bingung mau melakukan apa. Putri kecilku sedang tidur. Untunglah suami membelikan buku-buku. Aku memang suka membaca. Sayangnya buku itu cepat sekali aku lahap. Aku bukan tipe orang yang suka membaca satu buku berulang kali. Akhirnya rasa bosan dan suntuk menyerangku.
Aku tidak ingin terlarut dalam kebosanan itu. Ketika putriku tidur, aku menuliskan keluhanku di komputer. Ternyata sangat mengasyikkan merangkai kata dalam komputer itu. Aku jadi berpikir, kenapa aku tidak mencoba utuk menulis sebuah cerita. Akupun mulai membuat sebuah cerita, ketika cerita itu kubaca ulang, sepertinya aku tidak puas dengan isinya. Pernah juga aku membuatcerita untuk putriku. Aku membacakan cerita itu untuknya.
Hingga suatu hari di awal tahun 2005, suami membawakan majalah Ummi untukku. Seperti biasanya, beliau selalu membelikan majalah itu setiap bulan. Aku membaca sebuah iklan di majalah itu. Iklan mengenai pelatihan menulis cerita anak yang diadakan di Majalah Ummi. Aku tertarik dan minta ijin kepada suami untuk mengikuti pelatihan itu. untungnya suamiku mengijinkan. Dengan membawa kedua anak kami, aku mengikuti pelatihan itu setiap hari sabtu selama 4 kali pertemuan.
Setelah pelatihan itu, aku semakin suka dan mencintai dunia ini. Aku mulai menulis dan menulis. Tak peduli tulisanku bagus atau jelek, aku terus menulis di sela kesibukanku mengurus rumah tangga. Aku mencoba mengirimkan tulisan itu ke media. Ke Kompas Anak, ke koran daerah, bahkan ke Majalah Ummi juga. Waktu itu aku belum mengenal internet. Jadi semuanya kukirim via pos. Entah sudah berapa puluh tulisanku yang dikembalikan Kompas Anak. Meskipun kecewa, aku tetap menulis, karena aku ingat sebuah pesan dari mentorku ketika di Majalah Ummi dulu, bahwa semakin sering kita menulis, semakin bagus tulisan kita.
Up - Down Menjadi Penulis  
Hingga kabar baik itu aku terima, awal tahun 2006 sebuah naskahku tentang Tips Agar Tidak Gonta Ganti Pembantu diterbitkan sebuah penerbit. Memang bukan penerbit besar, karena aku mengenal pimpinannya melalui seorang kerabat. Tapi hal ini semakin membuatku bersemangat menulis.
Aku mulai mengirimkan tulisan berupa novel anak kepada penerbit Zikrul. Cukup lama mengunggu, hingga akhirnya ketika kutanyakan kabar naskahku , mereka bersedia menerbitkan tulisan itu dengan beberapa revisi. Tak terbayangkan senangnya hatiku menerima kabar itu. Tentu saja aku bersedia merevisi naskahku.
Alhamdulillah, Juli 2006 novel anak pertamaku terbit. Tahun berikutnya seri ke dua novel anak itupun diterbitkan penerbit yang sama. Tak terkira syukurku pada Allah. Ketika itu editor memintaku untuk membuat seri ke tiganya. Setelah aku menyelesaikan tulisan itu, ternyata editorku tidak bekerja di penerbit itu lagi. Tulisanku terkatung-katung hingga 2 tahun di penerbit itu. Setiap kali aku bertanya, setiap kali itu jawabannya disuruh menunggu saja. Aku menjadi down, apalagi cerpenku yang kukirim ke media anak, selalu dikembalikan.
Aku memutuskan untuk rehat sejenak dari menulis, mungkin aku perlu merecharge isi kepala dan pikiranku.
Menjadi Guru TPA dan Kembali Menulis
Ketika memutuskan rehat itu, seorang sahabat mengajakku mengajar murid-murid TPA di Masjid dekat rumah. Aku bersedia. Selama 2 tahun aku mengajar, hingga aku benar-benar melupakan menulis karena kesibukanku sebagai ibu rumah tangga ditambah dengang mengajar di TPA. Hanya sesekali saja aku menulis di blog, karena aku mulai mengenal blog waktu itu. Tahun 2010 Allah mengaruniakan lagi kepada keluarga kami seorang bayi.
Aku berhenti mengajar. Sama seperti dulu, setelah anak-anak sekolah dan bayiku tidur, aku bingung mau melakukan apa, akhirnya aku kembali menulis. Kerinduan melihat namaku di sebuah buku kembali mengusik. Aku mencoba mencari tahu milis-milis penulisan, karena aku sudah punya email sekarang. Dari google aku menemukan beberapa blog penulis cerita anak.
Aku mencoba berkenalan dengan mereka melalui akun Facebook. Alhamdulillah sejak saat itu aku mulai kembali mengikuti latihan atau workshop menulis. Untungnya suamiku mengijinkan. Aku membawa serta ketiga anakku untuk mengikuti sebuah pelatihan menulis waktu itu. Alhamdulillah satu persatu tulisanku mulai bermunculan.
Ada namaku terpampang disebuah novel anak yang aku buat diterbitkan oleh Dar Mizan. Lalu ada namaku juga di harian Republika pada sebuah naskah parenting. Alhamdulillah... pencapaian ini tidak akan terjadi tanpa seizin-Nya. Aku juga mulai berkenalan dengan penulis senior lainnya. Dari mereka aku mendapatkan ilmu menulis dan tentunya kesempatan untuk menulis bersama seperti sekarang ini.
Allah berkenan menuntunku untuk bertemu dan mengenal teman-teman penulis. Baik itu penulis senior maupun penulis pemula. Dari mereka semangat itu selalu menyala.
Aku Kini dan Nanti
Saat ini aku menganggap Allah sudah menentukan jalanku dengan Maha Bijak. Setelah tidak bekerja sebagai perawat, rejeki keluarga kami semakin bertambah. Padahal aku berpikir waktu itu bagaimana cara membayar cicilan rumah yang sedang kami ambil. Tapi ternyata Allah memberikan nikmatNya dari arah yang tidak terduga.
Ketika suami dan aku ikhlas mengambil keputusan untuk resign dari pekerjaanku, Allah memberikan kenaikan pangkat bagi suamiku. Gaji suami bertambah, rumah kamipun bisa segera kami lunasi. Apalagi setelah itu ada pendapatan tambahan bagi suami atas kerja kerasnya. Sehingga kami bisa memiliki kendaraan untuk menunjang kegiatan kami.
Aku yakin semua itu tidak lepas dari keikhlasan kami menjalankan hidup ini. Jangan berpikir kami tidak pernah sakit. Aku mengalami bedrest disaat hamil anak ke dua dan ke tiga hingga saat melahirkan. Apalagi waktu itu aku harus mencari orang yang mau menyumbangkan darahnya untukku. Aku mengalami perdarahan ketika melahirkan anak ke tiga. Demikian juga dengan suami, beliau juga pernah dirawat karena sakit cacar air yang lumayan parah, yang membuat migren hebat menyerangnya.
Hal ini juga menimpa anak-anak. Syifa putri pertama kami terserang alergi berupa biduran di badannya. Hikmal yang diserang penyakit asma dan pernah dirawat karena penyakit itu. dan si kecil Hauzan yang juga terpaksa dirawat ketika dia masih berumur 16 bulan karena muntaber.
Semua ini adalah proses hidup yang mendewasakan kami. Kami menjalaninya dengan segala keikhlasan. Dan Allahlah yang menentukan layakkah kami menuju tingkat selanjutnya. Semoga saja aku, suami dan anak-anakku bisa semakin mengerti makna hidup yang diberikan Allah kepada kami.
Satu hal yang masih menjadi impian terbesarku sebagi seorang hamba yaitu ingin bertamu ke baitullah di Makkah. Aku ingin agar bisa mengajak bapakku untuk menunaikan rukun islam yang ke lima itu. Sedikit demi sedikit fee yang aku dapatkan dari menulis, kusimpan untuk mewujudkan cita-citaku ini. Semoga Allah memudahkan semuanya.
Ke depan aku akan terus menulis setidaknya satu halaman sehari. Pengalaman mengajar anak-anak di TPA beberapa tahun yang lalu, saat ini aku gunakan untuk mengajarkan menulis bagi anak-anak. Alhamdulillah aku ditawarkan untuk memberikan pelatihan menulis bagi anak-anak pada bulan maret ini. Insyaallah aku akan mempersiapkannya semaksimal mungkin, agar ilmu ini bisa mengalir hingga Allah mencatatnya sebagai ibadah.

2 comments:

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^