Kalian
tahu anakku. Ibu dulu ingin sekali menjadi seorang dosen. Kuliah di Al
Azhar Kairo. Tapi ibu harus mengabaikan cita-cita itu. Karena keuangan
kakekmu tak memungkinkan untuk ibu kuliah di sana. Walau ibu ingin
mencari beasiswa, tapi kakekmu berpikir beliau tidak akan mampu melepas
ibu belajar jauh di negeri orang.
Akhirnya ibu memilih menuruti keinginan kakekmu. Sekolah di Sekolah
Perawat Kesehatan selama tiga tahun. Sekolah ini setingkat SMK.
Sebenarnya butuh uang yang tak sedikit untuk belajar di sana. Karena ibu
harus tinggal di asrama.
Kakekmu berpikir tak mengapa. Beliau mengusahakan uang pinjaman
dari sana sini. Menjual perhiasan nenekmu hingga minta bantuan kepada
adik nenekmu. Bersyukur adik nenekmu mau membantu. Hingga ibu bisa
belajar dengan tenang.
Jangan kamu berpikir ibu dikasih uang jajan yang cukup waktu
sekolah. Karena itu hanya harapan dan angan ibu. Jika kakekmu memberi
sedikit uang jajan saja, maka ibu akan sangat bersyukur. Ibu tak kecewa
dengan tak cukupnya uang untuk jajan. Selama SPP bisa dibayar kakekmu,
ibu pasti merasa sangat senang. Karena itu berarti ibu bisa makan sehari
tiga kali dan dapat cemilan di asrama. Jadi ibu tak butuh jajan lagi.
Walau kadang ibu iri juga melihat teman2 yang bisa minum susu dan
makan cemilan yang dibelinya sendiri. Tapi itu tak penting bagi ibu.
Toh kadang mereka bersedia membaginya sama ibu. Kalau mereka tak mau
berbagi, tak masalah juga bagi ibu. Karena itu hanya cemilan. Bukan
makanan pokok.
Kadang ibu mencari uang jajan sendiri. Ibu menjual mukena atau
jilbab milik teman kakekmu. Lalu jika ada teman2 ibu yang membeli, maka
ibu mendapat sedikit keuntungan dari sana. Uang itu ibu tabung sebagian.
Hanya sedikit yang ibu gunakan untuk membeli bedak dan cemilan. Di lain
waktu, ibu juga membantu menjual hiasan dinding milik juragan Om mu,
adik ibu.
Dari kecil kami memang sudah terbiasa mandiri. Kami sering
membantu menjual barang milik orang lain dengan sedikit upah dari
keuntungan yang kami peroleh.
Ibu sangat mengerti kalau ibu tidak berhasil menjadi perawat,
maka kakekmu akan kecewa. Makanya ibu belajar dengan tekun. Kalau rasa
malas datang, ibu biarkan malas itu mengganggu hanya sebentar saja. Lalu
ibu kembali belajar agar ibu bisa mendapatkan nilai yang bagus. Ibu
berpikir, jika nilai ibu bagus, maka bukan ibu saja yang senang. Tapi
kakekmu pasti juga bangga.
Setelah ibu tamat di SPK, ibu langsung bekerja. Ibu tidak ingin
kakekmu malu karena ibu mengganggur lama setelah mendapat gelar perawat.
Awalnya ibu bekerja di klinik bersalin. Gajinya tak seberapa. Ibu belum
bisa membaginya dengan adik2 ibu. Akhirnya ibu minta izin pada kakekmu
untuk hijrah ke Jakarta.
Alhamdulillah ibu diterima bekerja di sebuah rumah sakit swasta di
Bekasi. Tentu saja tak mudah diterima di sini. Ibu harus menyisihkan
beberapa pelamar lain. Saat mengikuti tes masuk, ibu sudah bertekad
kalau ibu harus diterima bekerja di sini. Ibu ingin membantu kakekmu
untuk membayar biaya sekolah adik2 ibu.
Alhamdulillah, Allah mengabulkan doa ibu. Ibu diterima bekerja di
RS swasta terbesar di Bekasi saat itu. Gajinya lebih dari cukup untuk
biaya ibu sehari2. Mungkin karena ibu sudah terbiasa hidup hemat. Karena
menurut teman ibu, gaji kami saat itu hanya pas untuk hidup selama
sebulan. Karena kami harus membayar uang kos.
Tapi bagi ibu, ibu sudah bisa menyisihkan sedikit uang untuk biaya
makan adik ibu di tempat kuliahnya. Sehingga kakekmu hany perlu
memikirkan uang untuk membayar SPP adik ibu.
Ibu sangat senang semua yang ibu harapkan sudah dikabulkan Allah.
Hingga suatu hari, kakekmu meminta ibu menikah dengan bapakmu. Ibu
kembali menjalankan permintaan beliau. Karena ibu tahu, ridha Allah
terletak pada ridha orang tua.
Selama ini kakekmu meridhai ibu hingga ibu berhasil menjadi perawat
dan mendapat pekerjaan. Makanya ibu tidak ingin meghancurkan ridha
kakekmu jika ibu menolak permintaan beliau.
Jujur saat itu ibu masih ingin sekolah lagi seperti teman2 ibu yang
lain. Tapi ibu simpan dalam hati keinginan itu. Alhamdulillah seiring
keridhaan orangtua ibu, kalian hadir satu persatu ke dunia ini. Bapak
kalian meminta ibu untuk resign demi menjaga kalian. Ibu patuhi karena
setelah orangtua, suamilah yang bertanggung jawab terhadap seorang
perempuan.
Rasa bahagia ibu makin lengkap. Kalian adalah anak2 yang manis,
shalih dan shalihah. Walau sesekali rasa iri ibu masih ada terhadap
teman2 ibu yang sudah menjadi "seseorang". Tapi ibu segera menghilangkan
rasa itu. Ibu bersyukur, ibu bisa menjadi penulis seperti saat ini
karena ibu ingin bersama kalian.
Walau di rumah, ibu masih bisa berkarya. Ibu masih bisa membuat
bangga kakekmu, bapakmu bahkan mungkin kalian juga bangga pada ibu.
Walau saat ini kakekmu telah tiada. Ibu yakin beliau tersenyum di sisi
Rabbnya melihat kita.
Sayangku, ibu menceritakan semua ini karena ibu sayang pada kalian.
Ibu harap sedikit kisah ibu ini bisa menjadi inspirasi bagi kalian. Bisa
membangkitkan semangat belajar kalian. Ibu mengerti, saat ini beban
pelajaran yang kalian pikul sangat berat. Sangat berbeda dengan ibu
dulu. Tapi yakinlah, ibu selalu berdoa untuk kalian.
InsyaAllah, Allah ridha dengan kalian. Jadi tetaplah semangat.
Karena masa sulit kalian akan segera berlalu. Jika kalian terbiasa
menghadapi kesulitan, insyaallah kalian tidak akan takut jika ada
kesulitan lain menghadang. Kalian pasti bisa menghadapinya.
Tetap semangat ya anak2 ibu. Peluk sayang untuk kalian semua.
Catatan:
Ibu bikin tulisan ini sebenarnya untuk hikmal karena kayaknya tiap hari
ibu omeli. Maaf ya bang. Ibu ingin abang jadi pemimpin yang tangguh.
Tapi tulisan ini juga untuk syifa dan hauzan.
Kakak
sebentar lagi akan kuliah, pasti rintangannya makin besar. Demikian
juga hauzan, sebentar lagi mau SD. Ketemu teman2 yang lebih nakal dari
isam. Jadi harus semangat. 💪💪💪😄😄😄
26-3-2017
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. ^_^