Monday, August 14, 2017

Untukmu Anak-anakku

Kalian tahu anakku. Ibu dulu ingin sekali menjadi seorang dosen. Kuliah di Al Azhar Kairo. Tapi ibu harus mengabaikan cita-cita itu. Karena keuangan kakekmu tak memungkinkan untuk ibu kuliah di sana. Walau ibu ingin mencari beasiswa, tapi kakekmu berpikir beliau tidak akan mampu melepas ibu belajar jauh di negeri orang. 

       Akhirnya ibu memilih menuruti keinginan kakekmu. Sekolah di Sekolah Perawat Kesehatan selama tiga tahun. Sekolah ini setingkat SMK. Sebenarnya butuh uang yang tak sedikit untuk belajar di sana. Karena ibu harus tinggal di asrama.
      Kakekmu berpikir tak mengapa. Beliau mengusahakan uang pinjaman dari sana sini. Menjual perhiasan nenekmu hingga minta bantuan kepada adik nenekmu. Bersyukur adik nenekmu mau membantu. Hingga ibu bisa belajar dengan tenang. 

       Jangan kamu berpikir ibu dikasih uang jajan yang cukup waktu sekolah. Karena itu hanya harapan dan angan ibu. Jika kakekmu memberi sedikit uang jajan saja, maka ibu akan sangat bersyukur. Ibu tak kecewa dengan tak cukupnya uang untuk jajan. Selama SPP bisa dibayar kakekmu, ibu pasti merasa sangat senang. Karena itu berarti ibu bisa makan sehari tiga kali dan dapat cemilan di asrama. Jadi ibu tak butuh jajan lagi.
        Walau kadang ibu iri juga melihat teman2 yang bisa minum susu dan makan cemilan yang dibelinya sendiri. Tapi itu tak penting bagi ibu. Toh kadang mereka bersedia membaginya sama ibu. Kalau mereka tak mau berbagi, tak masalah juga bagi ibu. Karena itu hanya cemilan. Bukan makanan pokok.
       Kadang ibu mencari uang jajan sendiri. Ibu menjual mukena atau jilbab milik teman kakekmu. Lalu jika ada teman2 ibu yang membeli, maka ibu mendapat sedikit keuntungan dari sana. Uang itu ibu tabung sebagian. Hanya sedikit yang ibu gunakan untuk membeli bedak dan cemilan. Di lain waktu, ibu juga membantu menjual hiasan dinding milik juragan Om mu, adik ibu. 
        Dari kecil kami memang sudah terbiasa mandiri. Kami sering membantu menjual barang milik orang lain dengan sedikit upah dari keuntungan yang kami peroleh. 
        Ibu sangat mengerti kalau ibu tidak berhasil menjadi perawat, maka kakekmu akan kecewa. Makanya ibu belajar dengan tekun. Kalau rasa malas datang, ibu biarkan malas itu mengganggu hanya sebentar saja. Lalu ibu kembali belajar agar ibu bisa mendapatkan nilai yang bagus. Ibu berpikir, jika nilai ibu bagus, maka bukan ibu saja yang senang. Tapi kakekmu pasti juga bangga.
       Setelah ibu tamat di SPK, ibu langsung bekerja. Ibu tidak ingin kakekmu malu karena ibu mengganggur lama setelah mendapat gelar perawat. Awalnya ibu bekerja di klinik bersalin. Gajinya tak seberapa. Ibu belum bisa membaginya dengan adik2 ibu. Akhirnya ibu minta izin pada kakekmu untuk hijrah ke Jakarta. 
      Alhamdulillah ibu diterima bekerja di sebuah rumah sakit swasta di Bekasi. Tentu saja tak mudah diterima di sini. Ibu harus menyisihkan beberapa pelamar lain. Saat mengikuti tes masuk, ibu sudah bertekad kalau ibu harus diterima bekerja di sini. Ibu ingin membantu kakekmu untuk membayar biaya sekolah adik2 ibu.
      Alhamdulillah, Allah mengabulkan doa ibu. Ibu diterima bekerja di RS swasta terbesar di Bekasi saat itu. Gajinya lebih dari cukup untuk biaya ibu sehari2. Mungkin karena ibu sudah terbiasa hidup hemat. Karena menurut teman ibu, gaji kami saat itu hanya pas untuk hidup selama sebulan. Karena kami harus membayar uang kos.
      Tapi bagi ibu, ibu sudah bisa menyisihkan sedikit uang untuk biaya makan adik ibu di tempat kuliahnya. Sehingga kakekmu hany perlu memikirkan uang untuk membayar SPP adik ibu. 
      Ibu sangat senang semua yang ibu harapkan sudah dikabulkan Allah. Hingga suatu hari, kakekmu meminta ibu menikah dengan bapakmu. Ibu kembali menjalankan permintaan beliau. Karena ibu tahu, ridha Allah terletak pada ridha orang tua. 
      Selama ini kakekmu meridhai ibu hingga ibu berhasil menjadi perawat dan mendapat pekerjaan. Makanya ibu tidak ingin meghancurkan ridha kakekmu jika ibu menolak permintaan beliau. 
     Jujur saat itu ibu masih ingin sekolah lagi seperti teman2 ibu yang lain. Tapi ibu simpan dalam hati keinginan itu. Alhamdulillah seiring keridhaan orangtua ibu, kalian hadir satu persatu ke dunia ini. Bapak kalian meminta ibu untuk resign demi menjaga kalian. Ibu patuhi karena setelah orangtua, suamilah yang bertanggung jawab terhadap seorang perempuan.
       Rasa bahagia ibu makin lengkap. Kalian adalah anak2 yang manis, shalih dan shalihah. Walau sesekali rasa iri ibu masih ada terhadap teman2 ibu yang sudah menjadi "seseorang". Tapi ibu segera menghilangkan rasa itu. Ibu bersyukur, ibu bisa menjadi penulis seperti saat ini karena ibu ingin bersama kalian.
       Walau di rumah, ibu masih bisa berkarya. Ibu masih bisa membuat bangga kakekmu, bapakmu bahkan mungkin kalian juga bangga pada ibu. Walau saat ini kakekmu telah tiada. Ibu yakin beliau tersenyum di sisi Rabbnya melihat kita. 
     Sayangku, ibu menceritakan semua ini karena ibu sayang pada kalian. Ibu harap sedikit kisah ibu ini bisa menjadi inspirasi bagi kalian. Bisa membangkitkan semangat belajar kalian. Ibu mengerti, saat ini beban pelajaran yang kalian pikul sangat berat. Sangat berbeda dengan ibu dulu. Tapi yakinlah, ibu selalu berdoa untuk kalian. 
       InsyaAllah, Allah ridha dengan kalian. Jadi tetaplah semangat. Karena masa sulit kalian akan segera berlalu. Jika kalian terbiasa menghadapi kesulitan, insyaallah kalian tidak akan takut jika ada kesulitan lain menghadang. Kalian pasti bisa menghadapinya. 
      Tetap semangat ya anak2 ibu. Peluk sayang untuk kalian semua. 

Catatan: Ibu bikin tulisan ini sebenarnya untuk hikmal karena kayaknya tiap hari ibu omeli. Maaf ya bang. Ibu ingin abang jadi pemimpin yang tangguh. Tapi tulisan ini juga untuk syifa dan hauzan. 
Kakak sebentar lagi akan kuliah, pasti rintangannya makin besar. Demikian juga hauzan, sebentar lagi mau SD. Ketemu teman2 yang lebih nakal dari isam. Jadi harus semangat. 💪💪💪😄😄😄

26-3-2017

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^