Monday, January 12, 2015

Kurikulum 2013

Beberapa hari lalu  saya mengambil rapor Syifa, putri pertama saya. Syifa bersekolah di Sekolah Menengah Analisis Kimia Bogor. Alhamdulillah nilai rapor Syifa bagus.
      Yang ingin saya ceritakan di sini adalah rapor kurikulum 2013 yang sangat berbeda dengan rapor kurikulum 2006. Sebenarnya rapor Kurikulum 2013 ini sudah dimulai sejak semester lalu. Hanya saja semester ini mengalami penyempurnaan. Begitu yang saya tangkap dari hasil rapat orangtua murid sebelum mengambil rapor tadi.

       Cerita tentang rapor kurikulum 2013 ini saya posting berawal saat saya mengantri menunggu rapor Syifa dibagikan di kelasnya. Saat jtu saya duduk bersebelahan dengan salah satu orangtua teman Syifa. Namanya mama Widya. Mama Widya adalah seorang guru SD di Bogor.
      Kami terlibat pembicaraan seru mengenai kurikulum 2013 yang saya pikir sangat fenomenal itu. Menurut cerita mama Widya, mungkin bagi murid-murid, menjalankan kurikulum 2013 tidaklah begitu susah. Karena mereka malah jadi lebih kreatif dan aktif di kelas. Yang agak menyulitkan adalah bagi para guru. Mereka harus memperhatikan setiap saat perkembangan murid mereka di kelas.
      Semua kegiatan dan perilaku murid harus dicatat secara detil. "Bayangkan, seorang guru mata pelajaran tertentu, harus memperhatikan masing-masing murid ketika mereka mengajar di jam pelajaran tersebut. Lalu sang guru memberi penilaian menyangkut nilai pengetahuan dan keterampilan murid tersebut. Jika muridnya 10 orang, mungkin masih bisa memperhatikan kegiatan dan perilaku mereka dalam satu kali pertemuan setiap mata pelajaran. Tapi ini jumlah murid dalam kelas kan lebih dari 10. Ada yang 30 orang ada juga yang 40 orang."
       Demikianlah salah satu masalah yang dialami para guru ketika mereka harus menerapkan kurikulum 2013. Untungnya jika semua guru memahami cara mengoperasikan komputer. Mereka bisa mencatat perkembangan murid-murid mereka dengan menggunakan sistem di komputer yang dimiliki masinh-masing sekolah. Jadi mereka hanya tinggal memasukkan catatan tentang sikap dan pengetahuan semua murid ke dalam komputer.
       Sayangnya hal ini pasti sangat berat dilakukan oleh guru-guru yang tidak bisa mengoperasikan komputer. Mereka harus berusaha sangat keras untuk menyalin nilai murid itu ke dalam komputer. Syukur-syukur ada guru lain yang bersedia membantu mereka. Jika tidak, maka mereka akan menghabiskan banyak waktu untuk menyalin catatan sikap, pengetahuan dan keterampilan murid-murid tersebut. Tidak akan cukup jam kerja mereka untuk mengerjakannya. Itulah kenapa banyak guru yang tidak bisa menerima penerapan kurikulum 2013 ini.
        Tapi ternyata pemerintah bersedia memundurkan lagi penerapan kurikulum 2013. Untuk saat ini semua sekolah boleh memilih, apakah akan melanjutkan menggunakan kurikulum 2013, atau tetap pada kurikulum 2006. Sebagian sekolah yang memeang sudah melaksanakan kurikulum 2013, mereka memilih untuk melanjutkannya. Sebagian lainnya memilih kembali ke kurikulum 2006.
       Menurut Mama Widya, sekolahnya tetap menggunakan kurikulum 2013. Karena toh sudah berusaha menjalankannya selama setahun ini. Apalagi semua sistem dan fasilitas untuk menjalankan kurikulum 2013 sudah ada di sekolahnya. Sayang kalau tidak digunakan.
        "Hanya saja idealnya, satu kelas itu diisi oleh dua puluh orang  murid dengan dua orang guru untuk satu mata pelajaran. Satu guru untuk menilai pengetahuan mereka. Satu guru untuk menilai sikap dan keterampilan mereka dalam bidang pelajaran tersebut." Demikian harapan Mama Widya.
        Saya pikir hal ini masuk akal. Karena begitu saya melihat rapor Syifa yang cukup tebal dengan penilaian yang ditulis mendetail, akan sangat efektif bagi para guru jika mereka menilai murid dalam jumlah sedikit. Mereka bisa memantau dan memperhatikanya langsung satu persatu.
         Demikian juga dengan sekolah Syifa. Mereka sudah siap menerapkan kurikulum 2013 di sekolah mereka. Apalagi mereka dijadikan sebagai sekolah percontohan untuk penerapan kurikulum 2013 ini di daerah Bogor dan sekitarnya. Satu hal juga yang membuat mereka tetap menerapkan kurikulum 2013 adalah, karena pemerintah mengatakan, bahwa pada tahun 2018 nanti semua sekolah, siap tidak siap, harus menerapkan kurikulum 2013 di sekolah masing-masing.
       Saya sendiri sepakat dengan kepala sekolah dan guru di sekolah Syifa. Demikian juga dengan Mama Widya. Kurikilum 2013 ini memang baru jadi kita tentunya harus belajar keras untuk sesuatu yang baru ini hingga terbiasa. Jika nanti sudah terbiasa, maka tidak akan ada lagi ditemukan kesulitan dalam penerapannya. Selamat berjuang untuk semua guru. Saya salut dengan kalian. Semoga anak-anak kita nantinya menjadi anak yang kreaif dan aktif dalam semua bidang. Aamiin...
        
     

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^