Monday, February 1, 2021

Musibah Bertubi


            “Udah lama nggak kelihatan Bunda Nay. Sakit ya?” sapa Bude Mini ketika mereka bertemu saat membeli sayur. 

            “Alhamdulillah sehat Bude. Pak Amri yang baru demam. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah mendingan. Saya sengaja nggak keluar rumah Bude. Isoman aja, menahan diri nggak keluar rumah karena Pak Amri lagi kurang sehat.”

            “Hah! Pak Amri demam Bun? Di tes swab nggak Bun?” celetuk Bu Dora.

            “Demamnya nggak tinggi kok Bu Dora. Alhamdulillah nggak ada batuk dan pilek juga, makannya juga biasa. Sekarang sudah nggak demam Bu. Dia nggak di swab. Karena katanya dia juga nggak kontak dengan pasien covid.”

            “Mungkin kecapaian ya Bunda Nay. Kemarin itu saya lihat Pak Amri ngangkat-ngangkat puing. Katanya tukangnya kerja sendiri,” tanya Bude Mini lagi.

            “Mungkin Bude. Pak Amri nggak biasa kerja berat, sekalinya begitu jadi kecapaian deh,” Bunda Nay berusaha tersenyum. Beginilah kalau tinggal di komplek, ada saja yang menjadi bahan perbincangan ibu-ibu ketika bertemu. Apalagi saat pandemi ini muncul, Pak RT melarang warganya untuk duduk-duduk mengobrol di depan rumah maupun di warung. 

            Akhirnya saat berbelanja sayur seperti inilah warga menyempatkan sejenak mengobrol antar tetangga. Sebenarnya ini hikmah yang luar biasa bagi Bunda Nay yang tidak suka ikut mengobrol tanpa tujuan jelas. Setidaknya aktivitas ngerumpi Ibu-ibu komplek bisa ditiadakan, demikian pikiran Bunda Nay. 

            Tapi ternyata itu tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar. Buktinya saat membeli sayur begini mereka tetap mengobrol. Bahkan sampai lupa dengan tujuan semula untuk membeli sayur. Mang Karjo kadang terlihat kesal menunggu ibu-ibu belanja sayur karena keasyikan ngobrol.

             Bunda Nay bergegas memilih sayuran dan langsung meminta Mang Karjo untuk menghitung belanjaannya. Setelah itu dia membayarkan sejumlah uang ke Mang Karjo.

            “Ohya Mang Karjo, saya turut berduka ya Mang. Maaf saya nggak bisa ke rumah Mang Karjo untuk takziah Bu Karjo.” Bunda Nay menyelipkan amplop berisi uang ke dalam tas pinggang Mang Karjo.

            “Nggak apa-apa Bunda Nay. Memang nggak ada yang boleh datang kok Bun. Kita semua diisolasi hampir sebulan. Mohon doanya aja Bunda Nay. Sebenarnya saya sendiri juga bingung. Istri saya punya sakit asma memang. Begitu napasnya sesak dan kita bawa ke rumah sakit, ternyata nggak tertolong dan positif covid katanya. Bersyukur saya dan anak-anak negative hasil swabnya. Ohya, makasih banyak ini ya Bunda Nay.” 

            “Sama-sama Mang. Semoga selalu sehat seterusnya ya Mang. Ayo Ibu-ibu saya duluan ya…” Bunda Nay bergegas ke rumahnya. Sebenarnya Bunda Nay malas belanja sayur jika sedang banyak ibu-ibu seperti tadi. Tapi dia sudah mencoba menunggu beberapa menit, ibu-ibu komplek masih saja ngobrol di depan gerobak Mang Karjo. Makanya dia terpaksa belanja sayur karena stok sayuran sudah habis di kulkasnya. 

            Biasanya dia memesannya via WA ke istri Mang Karjo dan Mang Karjo akan mengantarkannya ke rumah Bunda Nay. Namun beberapa pekan lalu istri Mang Karjo wafat. Menurut berita di WA grup RT, beliau wafat karena covid. Jadi mereka sekeluarga di isolasi selama 3 pekan sejak wafatnya sang istri. 

            Di awal Januari ini banyak hal yang membuat Bunda Nay bersedih. Ada banyak musibah yang terjadi. Musibah itu menimpa keluarganya, sahabatnya dan beberapa orang yang dia kenal. Demikian juga banyak musibah yang menimpa negeri ini. Jatuhnya pesawat, banjir, tanah longsor dan lainnya. Membuat Bunda Nay menjadi kehilangan energinya.

             Bersyukur dia selalu berusaha mengingat ada Allah Tempat Bergantung. Jadi  dia segera bangkit dari kesedihan. Allah sebaik-baik tempat berlindung, bergantung dan berserah diri. Karena Allah Maha Penyelamat. Allah Maha Segalanya. Jadi tak akan terjadi segala sesuatunya tanpa sepengetahuan dan seizin Allah. Bunda Nay meyakini ini bagian dari rahmat Allah untuknya, keluarganya, sahabatnya dan negeri ini. Bunda Nay memperbanyak shalat tobat. Memohon ampunan Allah. Dia mengajak keluarganya dan kita semua untuk melaksanakan shalat tobat di rumah masing-masing. Memohon ampunan Allah atas semua dosa-dosa kita. Semoga Allah mengampuni dosa kita dan mengijabah doa-doa kita. 

            Bersedih secukupnya, gembira pun seperlunya. Tetap berada di pertengahan. Allahu musta’an. Aamiin… 


0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^