Wednesday, November 18, 2020

Pulpen Hilang

Pagi itu murid-murid SD Inpres Bukit Cangang sudah mulai banyak yang hadir di sekolah. Jam pelajaran belum dimulai. Beberapa anak terlihat berlarian di halaman. Sebagian ada yang main di kelas mereka di lantai dua. 

            Devi dan teman-temannya juga sudah berada di kelas mereka. Jam dinding di kelas masih menunjukkan angka 7.25 wib. Sekitar 5 menit lagi menuju bel sekolah berdering. Di kelasnya Devi mengobrol bersama teman-teman perempuannya. Sementara itu beberapa anak laki-laki terlihat asyik bermain sentil pulpen.

            Salah satunya Jon dan Amin. Mereka meletakkan pulpen di atas meja, lalu menyentil pulpen mereka ke pulpen lawan hingga pulpen itu jatuh. Jika pulpen lawan jatuh, berarti anak yang menyentil adalah pemenangnya. Mereka bermain di meja tengah paling depan agar leluasa bergerak dan mencari celah untuk menyentil pulpen. Meja itu persis berada di depan meja guru.

            Tak lama berselang, bel sekolah pun berdering. Sebagian murid kelas empat itu sudah duduk manis di kursi mereka masing-masing. Sedangkan Jon dan Amin masih asyik dengan permainan mereka. 

            “Bu Lela datang. Bu Lela datang!” Seru Tomi kepada teman-temannya. Beberapa anak yang masih berdiri dan mengobrol segera duduk manis. Demikian juga dengan Jon dan Amin, mereka segera berlari ke tempat duduk mereka.

            Ketukan suara sepatu Bu Lela, guru matematika mereka terdengar tak jauh dari pintu kelas. Lalu wajah serius Bu Lela pun terlihat memasuki kelas. Entah kenapa setiap Bu Lela yang mengajar, semua murid kelas empat ini selalu terlihat serius. 

            Kelas pun dimulai dengan membaca doa. Mereka menyimak penjelasan Bu Lela dengan sungguh-sungguh. Sebelum kelas berakhir Bu Lela memberikan tugas perkalian kepada mereka. 

            “Kerjakan sekarang halaman lima belas ya. Halaman enam belas untuk pe er,” pesan Bu Lela sebelum meninggalkan kelas. Seisi kelas menjawab,” Iya Bu,” dengan serentak.

            Setelah Bu Lela keluar kelas, kelas kembali riuh. Devi bertanya pada Yosa tentang perkalian delapan yang cukup sulit. Demikian juga dengan Elfi, dia bertanya kepada Sinta. Hampir semua anak riuh dengan tugas mereka. 

            “Kamu yang mengambil pulpenku kan?” tiba-tiba teriakan Jon terdengar membuat seisi kelas melihat ke arahnya. Keriuhan tadi menjadi hening seketika. Jon berteriak pada Amin yang duduk di belakangnya.

            “Aku nggak ngambil pulpenmu. Kan tadi waktu Bu Lela masuk kita ngambil pulpen masing-masing!” jawab Amin kesal.

            “Aku nggak sempat mengambil pulpenku, karena suara sepatu Bu Lela sudah dekat pintu!” ujar Jon dengan suara masih tinggi. Teman-temannya yang lain mulai menenangkan Jon. 

            “Coba kamu cari dulu di bawah meja,” saran Hengki dan Tomi. 

            “Sudah. Dari tadi juga sudah  kucari di bawah meja, tapi nggak ada,” jawab Jon jengkel. “Aku yakin dia yang ngambil nih!” tambah Jon sambil menunjuk Amin.

            Amin tidak terima dituduh sebagai pencuri pulpen. Tangannya mengepal hendak memukul Jon. Devi melihat hal itu. Dia sangat takut kalau teman-temannya berkelahi.

            “Amin, kamu bantu Jon aja nyari pulpennya,” ajak Devi sembari menenangkan Amin. 

            “Ayo kawan-kawan, bantu Amin mencari pulpen Jon yang hilang,” ajak Cory dan Yosa. Teman-teman lain pun setuju. Mereka menghentikan pekerjaan mereka dan mulai mencari ke kolong meja masing-masing.

            “Ini ada di sini!” teriak Ade yang bertubuh kurus. Dia memperlihatkan sebuah pulpen di tangannya. Semua mata memandang pada Ade.

            “Kamu yang menyembunyikan ya?” tuduh Jon pada Ade.

            “Nggak, aku menemukannya di bawah meja guru. Mungkin tadi jatuh waktu kamu selesai main,” jawab Ade takut-takut. 

            “Iya kayaknya jatuh ke bawah meja guru. Tadi aku mendengar suara pulpen jatuh, tapi karena Bu Lela sudah masuk, aku nggak memperhatikan ke mana jatuhnya pulpen itu,” ucap Devi. Devi baru menyadarinya. Kebetulan meja Devi adalah meja yang dijadikan tempat main oleh Jon dan Amin tadi. 

            Tanpa basa-basi lagi, Jon segera mengambil pulpennya dari tangan Ade. Dia harus mengerjakan tugas matematika segera.

            “Kamu nggak makasih sama Ade, Jon?” ucap Cory. 

            “Makasih ya,” ujar Jon lirih. Ade mengangguk sambil tersenyum. Kelas pun kembali tenang. Semua murid kembali mengerjakan tugas yang diberikan Bu Lela. 

Hufft… syukurlah tidak terjadi perkelahian, gumam Devi. Alhamdulillah…  ^_^

                                                                        ***                        

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^