Apa dan Ama, begitu aku memanggil
kedua orangtuaku. Ama-ku sudah berpulang ke pangkuanNya ketika aku masih
balita. Apa-ku menyusul Ama tiga bulan lalu. Hanya sedikit yang kuingat tentang
Ama. Mungkin karena waktu beliau pergi, aku masih sangat kecil. Tapi tidak
demikian dengan Apa. Kupikir jutaan memori kenangan itu masih bercokol di
kepalaku hingga detik ini.
Apa-ku
adalah ayah yang terhebat di dunia. Walau kami tidak selalu berkecukupan, tapi
beliau berusaha memenuhi semua kebutuhanku. Termasuk kebutuhanku terhadap
bacaan. Kadang beliau mengajakku ke perpustakaan daerah. Sejak SD, beliau
memintaku untuk menghemat uang jajan agar bisa kubelikan majalah
kesukaanku.
Karena
kebiasaan yang beliau terapkan padaku itu, hingga aku menjadi sangat menyukai
membaca buku. Pada akhirnya, hobiku itu yang membuatku menjadi penulis,
khususnya penulis bacaan anak.
Walau
aku sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri, Apa masih memperhatikan
kebutuhanku terhadap buku. Beliau selalu bertanya tentang naskah yang sedang aku
kerjakan. Beliau sering membantu mencarikan buku-buku referensi yang aku
butuhkan. Padahal kami tinggal di pulau yang berbeda. Tapi beliau selalu
mendukungku.
Apa
sangat senang ketika naskah yang kutulis mulai diterbitkan. Beliau dengan
bangganya membaca karya-karyaku. Hal ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagiku.
Beliau selalu mengharapkan agar aku menulis lagi dan lagi. Beliau berharap agar
kelak, naskah yang kutulis selalu diterbitkan dan beliau mengoleksi
karya-karyaku.
Satu
hal yang sangat tidak bisa kulupakan dari sifat Apa, yaitu beliau orang yang
sangat suka bersilaturrahmi. Bahkan ketika bersilaturrahmi, beliau
memperkenalkan buku-buku karyaku kepada sahabat dan kerabatnya. Beliau bahkan
meminjamkan buku-buku itu untuk dibaca sahabat, anak-anak mereka bahkan
cucu-cucu mereka. Sifat Apa yang satu ini menurutku sangat kokoh tak tertandingi. Karena beliau rela menempuh
ratusan Km untuk bersilaturrahmi dengan saudara atau kerabatnya.
Bukan
hanya itu saja yang dilakukan Apa dengan buku-buku karyaku. Aku ingat beliau
selalu memberikan beberapa buku yang kutulis ke perpustakaan sekolah dasar
tempat aku bersekolah dulu. Sehingga melihat kebiasaan beliau ini, aku menjadi
terinspirasi untuk membuat taman bacaan di daerah asalku. Yaitu sebuah desa
kecil di kabupaten Agam, Sumbar.
Aku
berdoa, agar Allah SWT mengizinkanku untuk menghasilkan Mahakarya yang berkualitas seperti yang diharapkan Apa.
Hingga suatu saat nanti aku bisa mempersembahkan pada Apa sebuah perpustakaan
atau taman bacaan untuk anak-anak yang kurang mampu. Kuharap, aku bisa
melanjutkan kebiasaan Apa itu. Doakan aku mampu mewujudkan Mahakaryaku untuk
orangtuaku yaaa...
catatan : artikel ini rencananya mau saya ikutkan lomba. Udah coba diposting di sana. Taunya nggak muncul-muncul. Dari pada nganggur di file, mending saya posting di sini. Ikut lombanya batal aja kali ya. ^_^
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. ^_^