Berbaik sangka itu sangat penting. Tapi sayangnya berbaik sangka itu cukup susah. Seperti yang terjadi siang kemarin. Saya dalam perjalanan dari Padang menuju Bukittinggi.
Beberapa menit lagi mobil yang dibawa suami saya akan sampai di kampung halaman kami itu. Keadaan jalan cukup macet mungkin karena libur panjang. Ketika kami berada di tengah kemacetan itu, tiba-tiba sebuah mobil berplat Jakarta menyerobot dan menyalip menghalangi mobil kami.
Beberapa menit lagi mobil yang dibawa suami saya akan sampai di kampung halaman kami itu. Keadaan jalan cukup macet mungkin karena libur panjang. Ketika kami berada di tengah kemacetan itu, tiba-tiba sebuah mobil berplat Jakarta menyerobot dan menyalip menghalangi mobil kami.
Reflek suami saya segera menginjak rem. Kami semua kaget luar biasa. Hampir saja kami mengeluarkan sumpah serapah kami pada pengemudi yang tiba-tiba menyalip dan dengan seenaknya berhenti di depan mobil kami.
Alhamdulillah sumpah serapah itu bisa kami tahan. Lalu kami melihat sang sopir alphard putih itu keluar dari mobilnya. Seorang laki laki seusia suami saya. Berambut cepak dan terkesan sangar. Dia berjalan ke arah kami.
Saya mulai khawatir. Ada apa gerangan? Bukankah kami tidak menabrak mobilnya? Kami juga tidak mengeluarkan kata-kata kasar. Bahkan kami ikhlas disalip dalam antrian kemacetan ini. Suami saya membuka kaca jendela. Walau bingung, kami bersiap menghadapi apa pun yang terjadi.
Lelaki itu berjalan ke arah mobil kami dengan wajah lelahnya. Dia lalu menunjuk mobil kami dan berkata bahwa ban belakang mobil kami kempes.
Masyaa Allah... Ternyata beliau sengaja menyalip kami untuk memberitahukan hal itu.
Kami pun buru-buru berterima kasih padanya. Lalu menepi dan keluar dari antrian kemacetan.
Terima kasih ya pak. Siapa pun bapak, maaf sebelumnya sudah berprasangka buruk saat bapak menyalip mobil kami. Semoga bapak selamat dalam perjalanan dan kembali ke jakarta dengan selamat juga. Aamiin...
aamiin ...
ReplyDelete