Hauzan, putra bungsu saya. Usianya 4, 5 tahun. Dia masih cadel dan sedikit disleksia. Jadi beberapa perkataannya hanya saya saja yang mengerti. Kadang bapak dan kakak-kakaknya bingung, Hauzan bicara apa. Apalagi Hauzan bisa marah jika ucapannya tidak dimengerti orang yang diajaknya bicara. Dia sangat cerewet. Suka bercerita bahkan sering bertanya.
Karena setiap hari bersama saya di rumah, tentu saya sangat mengerti dengan apa yang diinginkannya dan apa yang sedang dibicarakannya. Jika dia bercerita tentang sesuatu, akan sangat heboh. Karena dia mengeluarkan bunyi-bunyian sebagai gymmick untuk ceritanya. Misalnya dia sedang bercerita tentang pesawat yang sedang mengangkasa. Maka pasti akan ada gymmick bunyi pesawat sedang terbang.
Jika dia sedang bercerita tentang kucing atau binatang lainnya, maka dia juga mengeluarkan suara binatang tersebut sebagai gymmick agar ceritanya lebih seru. Dia juga memperagakannya dengan tangan, mulut dan badannya. ketika pesawat mengangkasa, dia akan membuat seolah tangan kanannya adalah pesawat dan mulutnya pun mengeluarkan bunyian pesawat yang sedang terbang. yang pasti saya sangat suka dengan cara bercerita Hauzan. Pokonya sangat seru!
Sayangnya tidak semua anggota keluarga bisa menikmati keseruan cerita Hauzan itu. Contohnya Hikmal, putra kedua saya. Hikmal kadang bingung mendengar cerita Hauzan. Karena Hauzan bercerita dengan kalimat yang cepat, sayangnya dia masih cadel, sehingga Hikmal sering tidak mengerti dengan cerita adiknya. Apalagi Hauzan sedikit lebay. Dia marah jika kita tidak menimpali cerita yang sedang dia ceritakan. Hasilnya Hikmal yang tidak bisa menimpali cerita Hauzan jadi bingung ketika adiknya tiba-tiba marah dan menangis karena kesal.
Kalau sudah begitu, saya terpaksa turun tangan. Saya minta Hikmal untuk membuat cerita baru, agar Hauzan yang menjadi pendengar. Hauzan pasti akan menimpali cerita kita jika dia tertarik dengan cerita yang kita buat. Dia pasti tidak pernah menolak jika kita bercerita. Kalau dia bosan dengan cerita kita, maka dia akan pergi atau memulai ceritanya sendiri.
Setiap anak dilahirkan dnegan karakter berbeda. Demikian juga dengan anak-anak saya. Saya bersyukur memiliki anak-anak yang memiliki karakter penuh warna seperti ini. Seolah mereka saling melengkapi dengan karakter yang mereka miliki.
Hauzan, meski mudah kesal, tapi dia sangat perhatian. Suatu hari dia melihat saya hampir jatuh waktu mencuci motor di halaman rumah kami. Dia langsung memegang saya dan mengatakan, "hati-hati, Bu!" dengan nada sangat khawatir.
Lain hari, dia melihat sesuatu berwarna hitam di tangan kakaknya. Dia bertanya, "Ini dimakan apa Kak?" sambil menunjuk tanda lahir yang ada di lengan Syifa, kakaknya dengan nada khawatir. Spontan kami semua tertawa mendengarnya. Lalu Syifa menjelaskan itu tanda lahir. Walau dia nggak mengerti apa itu tanda lahir, tapi dia lega kalau kakaknya sedang tidak sakit karena digigit binatang.
Masih banyak bentuk perhatian Hauzan yang masih 4,5 tahun itu kepada kami, orangtua dan kakak-kakaknya. Kadang dia mengatakan kalau kakaknya cantik, abangnya ganteng.
Semoga Hauzan tumbuh menjadi anak yang shaleh dan selalu perhatian pada keluarga dan orang di sekitarnya. Aamiin....
Karena setiap hari bersama saya di rumah, tentu saya sangat mengerti dengan apa yang diinginkannya dan apa yang sedang dibicarakannya. Jika dia bercerita tentang sesuatu, akan sangat heboh. Karena dia mengeluarkan bunyi-bunyian sebagai gymmick untuk ceritanya. Misalnya dia sedang bercerita tentang pesawat yang sedang mengangkasa. Maka pasti akan ada gymmick bunyi pesawat sedang terbang.
Jika dia sedang bercerita tentang kucing atau binatang lainnya, maka dia juga mengeluarkan suara binatang tersebut sebagai gymmick agar ceritanya lebih seru. Dia juga memperagakannya dengan tangan, mulut dan badannya. ketika pesawat mengangkasa, dia akan membuat seolah tangan kanannya adalah pesawat dan mulutnya pun mengeluarkan bunyian pesawat yang sedang terbang. yang pasti saya sangat suka dengan cara bercerita Hauzan. Pokonya sangat seru!
Sayangnya tidak semua anggota keluarga bisa menikmati keseruan cerita Hauzan itu. Contohnya Hikmal, putra kedua saya. Hikmal kadang bingung mendengar cerita Hauzan. Karena Hauzan bercerita dengan kalimat yang cepat, sayangnya dia masih cadel, sehingga Hikmal sering tidak mengerti dengan cerita adiknya. Apalagi Hauzan sedikit lebay. Dia marah jika kita tidak menimpali cerita yang sedang dia ceritakan. Hasilnya Hikmal yang tidak bisa menimpali cerita Hauzan jadi bingung ketika adiknya tiba-tiba marah dan menangis karena kesal.
Kalau sudah begitu, saya terpaksa turun tangan. Saya minta Hikmal untuk membuat cerita baru, agar Hauzan yang menjadi pendengar. Hauzan pasti akan menimpali cerita kita jika dia tertarik dengan cerita yang kita buat. Dia pasti tidak pernah menolak jika kita bercerita. Kalau dia bosan dengan cerita kita, maka dia akan pergi atau memulai ceritanya sendiri.
Setiap anak dilahirkan dnegan karakter berbeda. Demikian juga dengan anak-anak saya. Saya bersyukur memiliki anak-anak yang memiliki karakter penuh warna seperti ini. Seolah mereka saling melengkapi dengan karakter yang mereka miliki.
Hauzan, meski mudah kesal, tapi dia sangat perhatian. Suatu hari dia melihat saya hampir jatuh waktu mencuci motor di halaman rumah kami. Dia langsung memegang saya dan mengatakan, "hati-hati, Bu!" dengan nada sangat khawatir.
Lain hari, dia melihat sesuatu berwarna hitam di tangan kakaknya. Dia bertanya, "Ini dimakan apa Kak?" sambil menunjuk tanda lahir yang ada di lengan Syifa, kakaknya dengan nada khawatir. Spontan kami semua tertawa mendengarnya. Lalu Syifa menjelaskan itu tanda lahir. Walau dia nggak mengerti apa itu tanda lahir, tapi dia lega kalau kakaknya sedang tidak sakit karena digigit binatang.
Masih banyak bentuk perhatian Hauzan yang masih 4,5 tahun itu kepada kami, orangtua dan kakak-kakaknya. Kadang dia mengatakan kalau kakaknya cantik, abangnya ganteng.
Semoga Hauzan tumbuh menjadi anak yang shaleh dan selalu perhatian pada keluarga dan orang di sekitarnya. Aamiin....
Aamiim. Hauzan jga anak pintar dan sholeh ya sekarang
ReplyDeleteNah, itu doa Hauzan setiap selesai shalat Mbak Lidya. Jadi setiap saya selesai shalat, dia akan duduk dipangkuan saya sambil berdoa: "ya Allah, jadikanlah Hauzan, abang, kakak, bapak dan ibu jadi anak shaleh dan pintar, ya Allah." doa itu juga dia baca kalo dia selesai shalat berjamaah bersama bapak dan abangnya. :D makasih doanya ya Mbak Lidya. :)
Deleteaamiin
ReplyDelete