Sulung saya yang sudah hampir menyelesaikan SMP-nya, mulai agak berjarak dengan kami ketika 'mengenal' cowok. Bapaknya yang lumayan saklek, malah menentang habis-habisan. Perang dingin pun terjadi antara bapak dan anak.
Saya menyarankan untuk mengajak sulung saya itu bertukar pikiran dengan berlibur. Suami pun setuju. Kami berlibur untuk mengembalikan 'kerukunan' kami. Hal ini cukup berhasil. Perang dingin pun mulai mencair. Tapi tidak sepenuhnya pulih seperti sedia kala. Dulu sulung saya ini anak yang sangat terbuka. Tapi sejak perang dingin dengan bapaknya, dia jadi tertutup mengenai teman cowoknya itu. Saya masih mencari cara agar dia kembali terbuka seperti dulu lagi.
Berlibur salah satu cara menyemai cinta.
Dua Minggu lalu, Alhamdulillah dia diterima di sekolah yang diinginkannya. Awalnya suami saya tidak setuju dia sekolah di sana karena tidak mau berjauhan dengan putri kami. Sekolah barunya itu beda kota dengan tempat tinggal kami. Mau tak mau putri kami harus tinggal di tempat kost. Hal ini nyaris memicu perang dingin kedua, karena putri kami itu sangat ingin bersekolah di sana. Apalagi untuk masuk sekolah itu perjuangannya lumayan susah, karena harus menyisihkan 900an peserta lainnya.
Saya berusaha memberikan pengertian pada suami, agar ikhlas menerima keputusan putri kami itu. Kami pun mengantarnya ke sekolah baru untuk daftar ulang. Lalu mencari kostan untuk tempat tinggalnya. Kami menemukan tempat kost yang juga ada teman-temannya satu sekolahan di sana. Saya pikir ini akan membuatnya lebih mandiri dan mengerti, bahwa kami sangat menyayanginya. Kami akan berusaha melakukan apapun yang terbaik untuknya.
Sesuai dengan perkiraan saya, baru dua malam dia menginap di kosannya, dia mengatakan kalau dia sangat merindukan kami. Dia kangen dengan kecerewetan ibu dan bapaknya. Kangen dengan celoteh adiknya yang masih balita. kangen dengan kejahilan adiknya yang suka berebutan komputer. Sehingga dia mulai bercerita tentang semuanya. Dia kembali terbuka dan bercerita tentang sekolah, teman, mau pun masalahnya pada saya. Tiap hari kami berkomunikasi lewat BBM atau telepon.
Bukan putri kami saja yang merasakan kerinduan itu, saya, bapaknya dan adik-adiknya pun merasakan hal yang sama. Hari ini kami sekeluarga kembali bertemu dengannya. Bertemu dengannya setelah seminggu berpisah, terasa sangat mengharu birukan hati kami. Kami saling berpelukan. Bapak dan anak, adik dan kakak, ibu dan anak. Semua rindu dan kangen tumpahlah sudah. Putriku semakin dewasa. "Terima kasih ya Bu," ujarnya sambil memelukku ketika kami pertama kali bertemu setelah seminggu berpisah. Aku balas memeluknya erat. Kutatap putriku yang sudah lebih dewasa dari sebelumnya. Ah ternyata berjauhan jarak cukup ampuh untuk mengembalikan rasa cinta itu.
"Kenapa ibu, bapak dan adik-adik jadi kurusan sekarang?" tanyanya.
"Mungkin karena kita semua kangen sama kakak," ujar adiknya. Hari ini benar-benar penuh cinta. Saya berharap selamanya seperti ini. Aamiin...
Tetap semangat ya sayang. Kami insyaallah akan mengunjungimu setiap akhir pekan. Belajarlah yang rajin. Gapailah cita-citamu. Kami sangat menyayangimu seperti kami menyayangi Allah yang menciptakanmu.
Jauhnya jarak kami sekarang ternyata membuat cinta itu kembali bersemi.
Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka launching blog My Give Away Niken Kusumowardhani
Sukses GA nya uni.. Mo ikutan juga ah.. :)
ReplyDeleteAamiin... makasih Wid. Ayo ikutan, mumpung belum DL ;)
DeleteBisa merasakan bagaimana punya anak remaja. Harus bisa tarik ulur ya mbak. Semoga Allah selalu melindungi anak-anak kita.
ReplyDeleteTerima kasih partisipasinya, tercatat sebagai peserta.
Begitulah Mbak Niken ;) makasih juga untuk GA nya ya... sukses selalu ntuk mbak niken.
Deletesukses GAnya ya mb :)
ReplyDeleteaamiin... makasih udah mampir dan untuk doanya ya Mbak Enny. ^_^ sukses jua untuk Mbak Enny. :)
Deletedatang berkunjung....
ReplyDeletememang perpisahan kadang mengubah segalanya. dulu juga aku begitu, saat pertama kali merantau, lima hari rasanya sudah setahun, ingin sekali pulang ke rumah buat bertemu keluarga... :)
Terima kasih sudah berkunjung Mas Muhammad Ridwan. Benar, saya dulu juga pernah merasakan hal ini. Saya juga merantau di Bekasi. ^_^
Delete