Saturday, July 4, 2020

Raibnya Tape Recoreder (1)

          Hari barupun menjelang. Pagi ini seperti biasa kami shalat subuh berjamaah di mesjid. Sarapan di ruang makan. Kembali kepada kegiatan sekolah. Selasai sarapan saya berniat mengambil mini tape recorder di bawah bantal tempat semalam saya meletakkannya.
                 Rencananya saya akan mengembalikan mini tape itu kepada adik kelas dan memperdengarkan hasil rekaman yang saya buat. Selanjutnya barulah saya akan mengikuti pelajaran sekolah di kelas pagi ini.
 
Dengan bersemangat saya segera menuju tempat tidur dan menyingkap bantal, innalillahi...! Mini tape itu tidak ada di sana...! 
         Panik, saya mulai mengacak semua tempat tidur yang saya rapikan subuh tadi. Tadi pagi saya memang tidak mengubah posisi bantal, hanya melipat selimut serta sedikit merapikan alas kasur yang tidak begitu kusut. Jadi saya tidak tahu persis apakah mini tape itu masih di bawah bantal ketika saya bangun pagi tadi atau sudah hilang sejak semalam. 
Saya mulai putus asa. Semua tempat tidur dan kolongnya sudah saya periksa, tapi mini tape itu tetap tidak terlihat. Saya cari di lemari pakaian, barangkali saya sudah menyimpannya di lemari pakaian. Namun nihil, benda mahal itu tidak saya temui di lemari pakaian. Saya hampir menangis. Sekuat tenaga saya tahan, saya tidak bisa membayangkan dengan apa mini tape itu akan saya ganti. 
Uang jajan saya kala itu sepuluh ribu rupiah seminggu. Saya yakin harga tape itu pastilah ratusan ribu, lalu bagaimana jika tape benar-benar hilang? Apa kata bapak saya yang sudah mati-matian mencari pinjaman untuk biaya sekolah saya? Dari mana saya akan mendapatkan uang untuk menggantinya?
 
Seribu pikiran berkecamuk di benak saya.
Dengan setengah putus asa saya menemui ketua kamar kami. Kebetulan di kamar itu memang ditempati dua puluh orang siswi, sepuluh siswi kelas dua dan sepuluh siswi kelas tiga. 
 
“Ni Ira bantu saya!” ujar saya setelah menceritakan semua kejadian yang menimpa saya.
 
“Nelfi yakin kalau mini tape itu disimpan di bawah bantal?” tanya Ni Ira, ketua kamar saya, menegaskan.
 
“Yakin sekali Ni Ira.”
 
“Kita geledah semua lemari,” putus Uni Ira. 
 
Sebelum memulai kegiatan belajar mengajar di kelas, kami semua diminta untuk membuka lemari masing-masing, dan Ni Ira mencari mini tape itu di setiap lemari. Saya sangat menghargai kepedulian Ni Ira. Meskipun dengan sedikit menggerutu beberapa kakak kelas akhirnya mengikuti perintah Ni Ira. Sedangkan teman-teman saya turut berempati dengan masalah saya, dengan suka rela mereka menggeledah lemari dan tempat tidur mereka. Selama satu jam penggeledahan dilakukan, tapi tape tetap tidak ditemukan.
 
  Ni Ira menghiburku untuk bersabar terlebih dahulu, “Sabar ya Nel…. Mungkin ada yang ingin meminjam tape itu tapi belum bisa mengembalikannya.” 
 
“Ya Ni..., makasih udah bantuin saya. Saya bingung, kalau Siti menanyakan mini tape apa yang  harus saya katakan?”   
“Nanti Uni coba bicara dengannya,” janji Ni Ira. 
 
Kami memang tidak sekamar, karena sebagaimana peraturan sekolah, siswi kelas 1 ditempatkan satu kamar dengan sesama mereka. Saya tidak tahu bagaimana cara mengatakan masalah ini kepada Siti. Akhirnya saya serahkan kepada Uni Ira untuk membantu saya mengatakan kejadian itu kepada Siti.
 
Sementara itu, saya berpikir akan mengganti mini tape itu jika dalam beberapa hari ini tidak ditemukan. Hari itu dengan perasaan tak menentu saya melanjutkan aktifitas saya. Dalam hati saya memohon kepada Allah agar menunjukkan kepada saya apa yang sebaiknya saya lakukan.  
 
 Inilah awal kekuatan doa yang saya panjatkan. Setelah penggeledahan yang tidak membuahkan hasil, saya segera melakukan shalat sunnah Dhuha. Biasanya shalat Dhuha sering saya lakukan di asrama ini kadang berjama’ah dengan beberapa orang teman. 
 
Namun kali ini saya melakukannya sendiri, seraya menangis dalam sujud saya memohon agar Allah memberikan saya petunjuk. Saya berkeluh kesah kepada Allah Dzat yang Maha Mengetahui, bahwa saya tidak punya kemampuan untuk mengganti mini tape itu dengan yang baru. Jangankan menggantinya untuk menanyakan harganya saja saya tidak berani. 
 
Saya juga tidak tahu di mana saya bisa menemukan penjual mini tape seperti itu di kampung halaman saya yang terpencil. Seingat saya, Siti pernah mengatakan bahwa mini tape itu dibeli kakaknya di Malaysia untuk keperluan pekerjaannya. 
Siti diijinkan untuk menggunakannya dengan syarat jika selesai harus segera dikembalikan. Namun sekarang, mini tapeitu hilang entah ke mana.
 
Saya terus memohon ampun kepada Allah atas kelalaian saya dan memohon agar segera diberikan kemudahan untuk mengembalikannya.
 
Sehari telah berlalu. Saya tak berputus asa dengan rahmat Allah yang mungkin sebentar lagi akan di berikanNya kepada saya entah melalui apa. Saya sangat yakin Allah akan membantu saya. Malam pun tiba. Sambil berbaring saya tidak bisa memejamkan mata. Jam sudah menunjukkan angka sepuluh. Masih terbayang dengan jelas bahwa malam sebelumnya, saya mendengarkan mini tape itu berdua dengan teman saya yang kebetulan tempat tidurnya di atas tempat tidur saya. 
 
Seperti asrama lainnya, tempat tidur di asrama kami ini memang bertingkat. Kebetulan saya di bawah dan teman saya sebut saja Eno di atas. Semalam kami mendengar rekaman itu berdua. Dia juga menanyakan bagaimana cara menggunakannya.
 
Tentu saja saya menjelaskannya, walaupun kami tidak begitu dekat, saya senang berbagi ilmu dengannya.
Eno serta semua penghuni kamar ini sudah terlelap dalam mimpi indahnya. Sekilas hati saya bertanya, mungkinkah Eno yang mengambil mini tape itu? Karena hanya dia yang melihat saya meletakkan mini tape itu di bawah bantal. Dan dia juga banyak bertanya tentang cara penggunaan tape itu. 
 
Setelah saya ingat-ingat lagi, saat shalat Subuh tadi, saya tidak melihat Eno di mesjid. Begitupun ketika sarapan pagi. Saya baru melihatnya kembali ketika kami menggeledah lemari pakaian masing-masing. Itupun sepertinya dia terlihat sedikit gugup. Tak ada yang sempat memperhatikannya. Semua anak di kamar itu memang terlihat bigung. 
 
Kenyataannya saya tidak menemukan tape itu di lemari pakaian serta di tempat tidurnya. Jadi pikiran itu terpaksa saya hilangkan dulu. Untunglah akhirnya saya tertidur juga setelah melafalkan beberapa ayat Al Quran dalam hati.  
 

Bersambung ....

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^