Seperti yang dijanjikan Penerbit Bentang Pustaka, bahwa setiap naskah yang menang akan diterbitkan. Tentunya saya sangat menunggu dan mengharapkan naskah saya ini terbit. Penantian panjang itu insyaallah akan segera berakhir. Naskah saya yang awalnya berjudul Splash Of Aureolin, insyaallah terbit bulan ini. Tapi dengan judul yang lebih Indonesia yaitu Simfoni Cahaya.
Terima kasih tak terhingga pada Allah SWT yang sudah mewujudkan salah satu cita-cita saya. Yaitu menulis novel islami dewasa. Semoga Allah menambahkan ilmu saya dalam menulis ini serta selalu mengalirkan ide-ide cemerlang untuk menulis novel islami.
Naskah ini saya tulis berdasarkan kisah pribadi ketika praktik sebagai perawat di sebuah puskesmas. Sebagian fiksi yang tentunya berdasarkan riset dan wawancara bersama sahabat saya yang berprofesi sebagai bidan desa.
Seting tempat dalam novel ini sengaja saya ambil di sebuah dusun yang sangat asri di daerah Sumatera Barat. Tapi ceritanya hanya fiksi ya. Tidak benar terjadi di sana. Jadi jika ada kesamaan nama dalam novel ini, itu tidak saya sengaja.
Kenapa saya memilih tema bidan desa? Pertama karena tema dari lomba adalah tentang wanita bekerja. Lalu saya berpikir hal yang paling mudah saya eksplore adalah pekerjaan yang dulu pernah saya kerjakan yaitu perawat (Saya jadi perawat di puskesmas Mandiangin Koto Salayan, Bukittinggi selama setahun dan di RS Mitra Keluarga Bekasi 4 tahun).
Dan alasan yang lain adalah karena kisah bidan desa dan perjuangan mereka di bekerja di sebuah desa terpencil sangat jarang diketahui orang lain. Padahal tanggung jawab mereka cukup besar. Semoga dengan adanya novel ini, rekan saya bidan desa di mana pun mereka berada, bisa sedikit mendapat perhatian dari berbagai pihak.
Dan alasan yang lain adalah karena kisah bidan desa dan perjuangan mereka di bekerja di sebuah desa terpencil sangat jarang diketahui orang lain. Padahal tanggung jawab mereka cukup besar. Semoga dengan adanya novel ini, rekan saya bidan desa di mana pun mereka berada, bisa sedikit mendapat perhatian dari berbagai pihak.
Semoga novel ini bermanfaat untuk pembaca dan untuk saya yang menulis. Aamiin YRA.
Berikut sinopsis dari novel Simfoni Cahaya.
Erina
Kamila, seorang bidan desa berusia 23 tahun. Dia ditugaskan di sebuah dusun
terpencil di Kabupaten Solok. Erina memulai tugasnya mendata kesehatan warga
bersama salah satu kader posyandu yang bernama Leni. Sesekali Erina ditemani
oleh Devi, gadis kecil berusia 8 tahun yang sudah yatim piatu. Devi tinggal
bersama neneknya yang sakit-sakitan.
Awal tugas Erina ternyata tidak begitu lancar. Hendri,
seorang pria berbadan besar anak dari seorang dukun yang sering dipanggil Angku
Itam, beberapa kali memperlihatkan rasa taksuka pada Erina.
Tapi
Erina takgentar. Dia meneruskan tugasnya walau dia sudah diminta pergi dari
dusun itu oleh Hendri. Menurut Hendri, Erina akan celaka kalau tetap berada di
dusun itu. Erina sampai terpaksa melompat ke ladang bawang merah dari atas
jalan setinggi satu meter untuk menghindari Hendri yang dia pikir akan
mencelakainya. Kaki Erina jadi terkilir karena itu.
Erina
menghadapi fitnah dari Angku Itam, karena pasien yang diantarnya ke rumah sakit
ternyata meninggal. Erina dituduh memberikan obat kadaluarsa pada pasien itu.
Angku Itam melaporkannya ke Polsek Alahan Panjang. Erina ditangkap dan diperiksa. Di kantor polisi, Erina diperiksa oleh seorang polisi bernama Rizky.
Tentu saja Erina tidak terima dengan fitnahan itu. Dia membela diri dengan berbagai cara. Walau rasanya mustahil untuk membela diri karena angku itam memberikan bukti kepada polisi bahwa Erina sengaja memberikan obat kedaluarsa kepada pasiennya yang meninggal itu.
Bagaimana cara Erina lepas dari fitnahan ini? Siapa yang membantu Erina keluar dari tahanan? Kisah selanjutnya bisa dibaca di novel Simfoni Cahaya yang insyaallah terbit bulan ini. Saya tunggu komentar sahabat tentang novel ini ya.
Terima kasih dan selamat membaca. ^_^
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. ^_^