“Bu, bantu kirimin cerpennya ya?” atau “Bu, cerpennya
saya kirim ke email ibu dulu. Nanti kalau ibu sudah selesai membacanya, tolong
kasih masukan ya Bu,” demikian beberapa ucapan murid-murid saya setelah saya
selesai mengajar.
Saya seorang guru ekskul menulis di sebuah SDIT di
Bekasi. Menurut saya penggunaan fasilitas IT bagi siswa di ekskul menulis
merupakan sebuah keharusan. Pertama saya memberikan materi teori kepada siswa
saya dengan menggunakan Infocus. Jika menggunakan benda ini tentu saja saya
harus menggunakan PPT yang sudah saya siapkan di laptop saya.
Setelah materi teori saya berikan dalam beberapa kali
pertemuan, selanjutnya masuk ke praktik. Praktik dilakukan tentu saja di laboratorium
komputer. Jika sudah masuk praktik, maka semua siswa saya akan berhadapan
dengan komputer setiap hari Sabtu, sesuai jadwal ekskul menulis.
Untungnya semua siswa saya sudah bisa mengoperasikan
komputer, khususnya Microsoft Word. Karena pelajaran TIK masuk ke dalam
kurikulum sekolah. Jadi saya hanya
menambahkan sedikit pengetahuan yang berhubungan dengan dunia menulis.
Memangnya ekskul menulis harus di komputer? Tentu saja
tidak harus. Saya hanya memanfaatkan fasilitas sekolah saja. Apalagi siswa saya
lebih menyukai praktik di komputer langsung ketimbang menulis di kertas. Alasan
mereka beragam.
“Kalau di komputer bisa menghemat kertas Bu.”
“Saya nggak bisa menulis cerpen kalau nggak di komputer
Bu. Semua cerita yang udah ada di kepala saya jadi hilang.”
“Tulisan saya jelek Bu. Kasihan, nanti Ibu nggak bisa
baca.”
Demikian beberapa alasan siswa-siswa saya. Bahkan mereka
mengatakan, “jika ibu mengizinkan, kami bawa laptop sendiri aja deh. Atau kami
nulisnya di Note aja ya Bu.”
Kalau sudah begitu, lebih baik saya mengajak mereka
menulis di laboratorium komputer. Siswa-siswa ini bahkan lebih mengerti dari
pada saya tentang beberapa cara menggunakan MS Word yang tidak biasa saya
gunakan ketika menulis.
Setiap pekan, saya memberikan materi praktik yang berbeda
kepada murid-murid saya. Namanya anak-anak, saat menulis, mereka tidak bisa
fokus selama satu jam penuh. Awalnya saya jelaskan materi hari itu selama 10
menit. Selanjutnya saya tugaskan mereka membuat sebuah tulisan fiksi sesuai
dengan materi yang saya berikan.
Sebagian siswa saya sedang asyik menulis cerpen
Sebagian siswa saya sedang asyik menulis cerpen
Ada yang langsung memulainya, ada juga yang bertanya sama
temannya. Atau mengintip tulisan temannya dulu. Ketika mereka sudah mulai menulis,
mereka hanya bisa fokus paling lama setengah jam. Setelah itu, kelas akan riuh
oleh canda mereka. Jika sudah begini, saya segera memeriksa tulisan mereka. Sebelumnya
saya selalu mengingatkan siswa saya agar tidak lupa menyimpan cerpen yang
mereka tulis ke dalam sebuah USB. Saya memang mewajibkan siswa saya membawa USB
setiap pekan.
Tidak perlu USB mahal atau yang memiliki kapasitas
banyak. Cukup yang bisa menampung beberapa cerpen mereka saja. Cerpen itu nanti
akan mereka selesaikan di rumah. Jika sudah selesai, saya meminta mereka
mengirimnya ke email saya.
Saya selalu meminta siswa saya agar meminta bantuan orang
tua mereka untuk mengirim email kepada saya. Karena saya tahu, anak-anak usia
13 tahun ke bawah, belum diizinkan membuat email. Kalau pun mereka membuat
email atas nama mereka sendiri, saya pastikan orangtuanya yang menyimpan
pasword email tersebut. Agar para orangtua siswa bisa menjaga anak-anak mereka
dari kemungkinan kejahatan dunia maya.
Beberapa kali saya meminta siswa saya untuk mengikuti
lomba cerpen yang saya baca di internet. Kadang mereka sendiri yang mengatakan
kepada saya bahwa ada lomba menulis di sebuah majalah anak atau penerbit buku
anak. Jika sudah begitu, biasanya tema yang saya berikan, saya pending dulu. Saya
minta mereka menulis cerpen dengan tema yang ditentukan panitia lomba.
Saya akan membantu mereka mencari ide sesuai tema melalui berbagai cara. Kadang saya meminta mereka membaca buku, mencari ide tulisan di internet, TV, majalh dan lainnya. Saya menekankan pada siswa saya untuk tidak melakukan plagiasi. Saya jelaskan kepada mereka maksud dari kata plagiat. Menyalin tulisan seseorang di internet, buku dan majalah sama persis atau sebagian itu termasuk plagiat. Kecuali kita mencantumkan tulisan yang kita kutip. Saya jelaskan juga bahwa jika mereka melakuka plagiasi, maka mereka akan mendapatkan hukuman penjara. Karena hal itu diatur dalam hukum di negara kita.
Siswa saya juga memahami, ide menulis cerita bisa saja mirip dengan yang pernah mereka baca di buku, TV, majalah atau internet. Tapi cara penulisan ide itu pasti berbeda pada setiap orang. Saya juga menekankan kepada siswa saya agar waspada dan selalu berhati-hati dalam menggunakan internet atau gadget yang mereka miliki.
Salah satu balasan email saya ke siswa yang baru mengirim cerpennya.
Saya akan membantu mereka mencari ide sesuai tema melalui berbagai cara. Kadang saya meminta mereka membaca buku, mencari ide tulisan di internet, TV, majalh dan lainnya. Saya menekankan pada siswa saya untuk tidak melakukan plagiasi. Saya jelaskan kepada mereka maksud dari kata plagiat. Menyalin tulisan seseorang di internet, buku dan majalah sama persis atau sebagian itu termasuk plagiat. Kecuali kita mencantumkan tulisan yang kita kutip. Saya jelaskan juga bahwa jika mereka melakuka plagiasi, maka mereka akan mendapatkan hukuman penjara. Karena hal itu diatur dalam hukum di negara kita.
Siswa saya juga memahami, ide menulis cerita bisa saja mirip dengan yang pernah mereka baca di buku, TV, majalah atau internet. Tapi cara penulisan ide itu pasti berbeda pada setiap orang. Saya juga menekankan kepada siswa saya agar waspada dan selalu berhati-hati dalam menggunakan internet atau gadget yang mereka miliki.
Salah satu balasan email saya ke siswa yang baru mengirim cerpennya.
Sebagai penutup, menurut saya, penggunaan TIK di Sekolah
Dasar sangat penting, tapi dengan pengawasan guru dan orangtua. Orangtua dan
guru diharapkan mengarahkan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi kepada
semua siswa secara positif. Dampingi anak-anak ketika menggunakan alat-alat TIK.[]
*artikel ini diikutsertakan pada lomba menulis #BloggerIndiTIK
Anak sekarang lebih adaptif ketimbang orang dewasa. Jangan sampai kecolongan gara-gara orang tua gaptek teknologi. Heee.
ReplyDeleteSalam edukasi.
Betul pak. Orang tua dan guru harus lebih banyak cari informasi tentang TIK. Makasih sudah mampir ya Pak. :)
DeleteArtikel yang bermanfaat buat dunia pendidikan dalam pemanfaatan TIK.
ReplyDeleteSalam penuh perjuangan ,,,semoga sukses !
http://iwansmtri.blogspot.com/2014/10/tik-jadi-sahabatku-dalam-mencerdaskan.html
Sukses juga ya Pak. Terima kasih sudah mampir. :)
Deletewah,..sangat inspiratif dengan siswa yang masih berusia dini...
ReplyDeleteMakasih sudah mampir ya pak. :)
Delete