Saya adalah
seorang perantau dari Bukittinggi, Sumbar. Saat ini saya dan keluarga kecil
kami bertempat tinggal di Bekasi. Momen mudik, tentulah sangat kami nantikan.
Apalagi kalau mudik pada saat bulan Ramadhan atau Syawal (lebaran). Biasanya
saat itu semua keluarga besar saya akan berkumpul. Kami saling mengunjungi
sanak saudara yang tinggalnya tidak begitu jauh dari rumah ayah saya.
Momen mudik
juga saya jadikan sebagai ajang mengenalkan 3 anak saya kepada saudara mereka.
Mengajarkan mereka bersilaturrahmi sejak dini, adalah suatu keharusan bagi
kami. Seperti saya dulu, yang sering diajak bersilaturrahmi ketika lebaran tiba
oleh ayah saya. Saya bersyukur karena anak-anak saya sangat menikmati ajang
silaturrahmi ini.
Selain
mengenal saudara, sepupu, kerabat mereka di kampung, mereka juga mengetahui
adat istiadat dan budaya kampung halaman orangtua mereka. Sebenarnya kami
memang tidak setiap tahun mudik. Tentu saja karena ongkos mudik yang lumayan
mahal menjadi penyebab utamanya. Alhamdulillah 2 tahun lalu, kami berkesempatan
untuk mudik. Saat itu, selain berkumpul bersama keluarga, ada sebuah acara yang
sedang dilaksanakan keluarga besar saya.
Beberapa masyarakat
Bukittinggi dan sekitarnya, kadang memanfaatkan momen setelah lebaran sebagai
waktu yang tepat untuk menikahkan putra atau putri mereka. demikian juga dengan
keluarga saya. Om saya memutuskan untuk menggelar acara pernikahan anaknya
beberapa hari setelah lebaran. Rasanya sangat kangen menikmati acara baralek (pesta pernikahan) seperti yang
sedang kami selenggarakan saat itu.
Karena tidak seperti di Bekasi, atau di
Jakarta. Ketika akad nikah selesai dilaksanakan, maka keluarga besar kedua
mempelai akan makan bajamba. Makan
bajamba ini adalah makan bersama dengan duduk lesehan di karpet. Nasi dan aneka
lauk pauk dihidangkan dan disusun dengan rapi dan harmoni di atas sehelai kain
yang mirip dengan alas meja. Nenek saya
biasa menyebut kain ini dengan “seprah”.
Berbagai macam lauk pauk khas
Bukittinggi dihidangkan saat itu. Ada
rendang, kalio, pangek, ayam gulai, dendeng batokok, asam padeh ikan, paragede
(perkedel kentang) dan lain-lain. Ada juga sayuran seperti pical (pecel), tauco
buncis, gulai cubadak (nangka) dan gulai singkong. Ditambah dengan kerupuk
sanjai balado. Membuat siapapun yang meihatnya akan meneteskan air liur.
Lalu ada pisang, ketan, puding dan
bolu sebagai hidangan pencuci mulut yang juga langsung dihidangkan di atas
seprah. Beberapa piring nasi panas yang mengepul langsung diantarkan ke hadapan
semua kerabat yang makan. Biasanya takaran nasi ini sesuai dengan kebutuhan
semua yang akan makan. Jika mereka ingin menambah nasi, maka nasi untuk
“tambuah” ini, juga sudah disediakan di dekat lauk pauk.
Semua kerabat yang menghadiri acara
akad nikah, dipersilakan makan bersama. Uniknya, para pria, ninik mamak dan
tetua adat yang lebih dulu makan bersama ini. Jika rumah pemilik hajat cukup
besar, maka para ibu dan anak-anak, akan makan di ruangan terpisah dengan para
pria. Tapi jika rumah tempat shahibul bait menyelenggarakn acara ini berukuran
kecil, maka para wanita dan anak-anak akan makan setelah semua pria dan ninik
mamak para tetua adat, selesai makan.
Sebelum dan selesai makan, biasanya
para pria, ninik mamak dan tetua adat dari mempelai wanita akan mengucapkan
beberapa patah kata berupa pantun untuk mempersilakan besan mereka mencicipi
hidangan yang tersedia. Seru sekali rasanya mendengar mereka berbalas pantun.
Sungguh! Hal ini tidak akan saya lupakan!
Pada saat makan bajamba ini juga saya
mengajarkan pada anak-anak saya bahwa tidak ada perbedaan status sosial di
sini. Semua kerabat, baik tua, muda, kaya, miskin duduk bersama dan makan
bersama di dalam suatu tempat.
Hal ini, yang selalu saya rindukan
ketika saya berada di Bekasi. Saya belum menjumpai acara adat seperti ini di
Bekasi. Saya berharap, acara adat seperti ini tidak akan pernah hilang dari
daerah saya. Kalau boleh berharap, saya juga ingin merasakan acara seperti ini
di tempat saya merantau, guna mengobati rindu kampung halaman. [Nelfi Syafrina]
aku mengenal mudik setelah menikah mbak. oh ya mbak maaf lahir batin ya maaf sebulan ini baru bisa bw
ReplyDeletemaaf lahir batin juga ya Mbak Lidya. Ayo ceritakan kisah mudiknya Mbak, :)
Delete