Hauzan pernah trauma naik bis. Awalnya mungkin karena trauma naik pesawat yang membuat kupingnya budeg saat berada di udara. Waktu itu, Hauzan menangis minta turun dari pesawat. Saya berusaha menenangkannya. Tapi dia tidak mau tenang. Saat itu usianya 3 tahun. Saya dan suami melakukan berbagai cara agar dia berhenti menangis. Sayangnya dia tetap tidam mau menghentikan tangisannya.
Dia baru berhenti menangis ketika sudah sangat lelah dan tertidur. Saat tidur pun dia masih terisak. Saya tak tega melihat Hauzan seperti itu. Beberapa penumpang peawat juga memperhatikan kami. Ada yang melihat dengan tatapan kesal. Ada juga dengan tatapan kasihan.
Sejak itu, kami putuskan untuk tidak naik pesawat hingga Hauzan benar2 siap.
Suatu hari ketika usianya 4 tahun, saya mengajaknya naik bis. Dia langsung menangis dan meronta minta turun. Dia mengatakan bahwa dia nggak mau naik pesawat. Saya jelaskan bahwa yang kami naiki saat itu adalah bis bukan pesawat. Tapi Hauzan tetap tidak mau mengerti. Dia terus menangis dan minta turun.
Saya pun mengalah. Kami tidak jadi naik bis. Saya pikir, saya akan menjelaskan pelan-pelan pada Hauzan bahwa naik bis dan pesawat itu sangat seru. Sementara itu saya terus berdoa pada Allah, agar trauma Hauzan untuk naik bis dan pesawat segera lenyap.
Alhamdulillah perlahan saya bisa bercerita pada Hauzan bahwa naik bis dan pesawat itu sangat mengasyikkan. Hauzan pun sepertinya sudah mulai paham. Sesekali saya tanya dia apakah dia mau naik bis dan pesawat suatu hari nanti. Hauzan pun menjawab dia bersedia.
Kesempatan itu pun akhirnya datang. Pada acara outing program ke pasar Sinpansa Sumarecon Bekasi dari sekolah Hauzan beberapa waktu lalu, Hauzan menikmati naik bis bersama teman2nya. Anak anak itu hanya ditemani guru mereka.
Hauzan pun bercerita pada saya bahwa dia suka naik bis dan suka berbelanja di pasar.
Saya benar benar bersyukur pada Allah untuk nikmat tak terhingga ini. Trauma Hauzan sudah hilang. Ini artinya saya nggak perlu khawatir lagi jika mengajak Hauzan naik bis atau pesawat suatu hari nanti.
Terima kasih pada Bu Guru TKIT Al Muchtar atas kegiatan outingnya yang bermanfaat. Semoga trauma Hauzan benar2 hilang dan tidak kembali lagi. Aamiin...
Dia baru berhenti menangis ketika sudah sangat lelah dan tertidur. Saat tidur pun dia masih terisak. Saya tak tega melihat Hauzan seperti itu. Beberapa penumpang peawat juga memperhatikan kami. Ada yang melihat dengan tatapan kesal. Ada juga dengan tatapan kasihan.
Sejak itu, kami putuskan untuk tidak naik pesawat hingga Hauzan benar2 siap.
Suatu hari ketika usianya 4 tahun, saya mengajaknya naik bis. Dia langsung menangis dan meronta minta turun. Dia mengatakan bahwa dia nggak mau naik pesawat. Saya jelaskan bahwa yang kami naiki saat itu adalah bis bukan pesawat. Tapi Hauzan tetap tidak mau mengerti. Dia terus menangis dan minta turun.
Saya pun mengalah. Kami tidak jadi naik bis. Saya pikir, saya akan menjelaskan pelan-pelan pada Hauzan bahwa naik bis dan pesawat itu sangat seru. Sementara itu saya terus berdoa pada Allah, agar trauma Hauzan untuk naik bis dan pesawat segera lenyap.
Alhamdulillah perlahan saya bisa bercerita pada Hauzan bahwa naik bis dan pesawat itu sangat mengasyikkan. Hauzan pun sepertinya sudah mulai paham. Sesekali saya tanya dia apakah dia mau naik bis dan pesawat suatu hari nanti. Hauzan pun menjawab dia bersedia.
Kesempatan itu pun akhirnya datang. Pada acara outing program ke pasar Sinpansa Sumarecon Bekasi dari sekolah Hauzan beberapa waktu lalu, Hauzan menikmati naik bis bersama teman2nya. Anak anak itu hanya ditemani guru mereka.
Hauzan pun bercerita pada saya bahwa dia suka naik bis dan suka berbelanja di pasar.
Saya benar benar bersyukur pada Allah untuk nikmat tak terhingga ini. Trauma Hauzan sudah hilang. Ini artinya saya nggak perlu khawatir lagi jika mengajak Hauzan naik bis atau pesawat suatu hari nanti.
Terima kasih pada Bu Guru TKIT Al Muchtar atas kegiatan outingnya yang bermanfaat. Semoga trauma Hauzan benar2 hilang dan tidak kembali lagi. Aamiin...
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. ^_^