Baju Lebaran Guri
Nelfi Syafrina
“Aku sudah beli baju lebaran dong,”
ujar Allow pada Guri. Saat itu mereka sedang main Lego di rumah Guri.
“Aku juga udah,” sela Kafi. “Kamu belum ya Guri?”
“Belum,” sahut Guri pelan. Guri menghentikan aktivitasnya menyusun Lego. Dia
tercenung. Selama ini dia tidak pernah meminta baju untuk lebaran. Karena Ayah
dan Ibunya tidak pernah membeli baju untuk lebaran.
Menurut ayah dan ibu, baju bisa dibeli kapan saja, tidak harus saat lebaran.
Makanya ayah dan ibu tidak pernah membeli baju khusus untuk lebaran. Guri
setuju saja dengan pendapat orangtuanya.
Tapi begitu mendengar ucapan Allow dan Kafi tadi, Guri jadi berpikir. “Sepertinya asyik juga kalau pakai baju baru
bareng teman-teman ketika lebaran nanti. Tapi rasanya nggak mungkin minta pada
ayah dan ibu, karena baru bulan lalu mereka membelikanku baju baru.”
“Kita main di luar rumah aja yuk,” ajak Guri. Rasanya kalau mereka masih main
lego, teman-temannya akan membahas baju lebaran terus. Guri tidak mau membahas
itu lagi.
“Yuk! Kita main bola aja,” ajak Kafi. Mereka pun keluar rumah dan main bola.
Meskipun puasa, hampir tiap sore mereka bermain bola menjelang buka puasa.
Mereka tidak takut haus. Karena setelah main bola, pasti azan maghrib
berkumandang. Mereka pun bisa berbuka dan minum sepuasnya.
Beberapa menit kemudian, Guri terlihat asyik bermain sepak bola bersama
teman-temannya sesama gurita. Mereka main di lapangan komplek. Beberapa gurita
dewasa dan gurita kecil lainnya menonton aksi mereka. Seru sekali permainan
sore itu.
“Udah yuk, udah mau maghrib nih,” ujar Allow ketika lantunan ayat Al Quran
terdengar dari pengeras suara masjid.
“Yuk,” mereka pun menghentikan permainan bola.
“Yaaah... padahal lagi seru-serunya tuh!” celetuk salah satu penonton. Guri
menoleh ke arah suara itu. Guri melihat seekor gurita kecil bertubuh kurus dan
berbadan dekil seusianya. Guri dan teman-temannya tidak mengenal anak itu. Guri
berjalan menghampirinya
“Kalau mau, kamu aja yang main. Ini bolanya buat kamu deh,” ujar Guri sambil
menyerahkan bola karet yang mereka gunakan untuk main bola tadi. Bola itu milik
Guri. Teman-temannya melongo melihat tingkah Guri.
“Hah! Kamu beneran mau ngasih bola itu untuk dia?” tanya Allow.
“Iya, kasihan, dia kayaknya pengen main bola deh,” ujar Guri tulus.
“Ini untukku?” tanya gurita kecil itu tak percaya. Tentakelnya segera meraih
bola itu dan melilit bola dengan kuat. Guri mengangguk. Dia masih punya satu
bola karet lagi di rumah. Guri sempat memperhatikan anak itu tadi. Dia
begitu bersemangat menonton mereka main bola. Seolah dia ingin main
bersama mereka. Tadi Guri berpikir akan mengajaknya, tapi tidak mungkin karena
pemainnya sudah cukup.
“Makasih ya,” mata gurita kecil berbaju lusuh itu berbinar.
“Oke!” sahut Guri tersenyum. “Kamu tinggal di mana, kapan-kapan kita main
bareng ya.”
“Di
sana,” gurita kecil itu menunjuk kampung di seberang lapangan. Lalu mereka pun
pulang ke rumah masing-masing.
Tak lama kemudian, azan maghrib berkumandang. Guri buka puasa bersama ayah,
ibu, kakak dan adiknya. Ketika asyik menikmati hidangan buka puasa, suara
telepon rumah berdering. Guri buru-buru mengangkat telepon. Suara Tante Dian
menyapanya di seberang telepon.
“Guri, udah berapa batal puasanya?” tanya tante Dian di seberang telepon
setelah mereka ngobrol beberapa menit.
“Nggak ada dong tante,” sahut Guri bangga.
“Guri tolong sebutin alamat rumah yang lengkap ya, tante mau ngirimin baju
lebaran untuk Guri, kakak dan adik nih.”
“Asyiiik... makasih ya Tante,” Guri segera menyebutkan alamat rumahnya dengan
sangat lengkap. Tante Dian tinggal di Bandung. Sedangkan Guri di Padang.
“Alhamdulillah... akhirnya ada baju lebaran juga!” gumam Guri senang.
“Emang tadi Guri pengen dibeliin baju lebaran?” tanya Ibu yang sudah berada di
samping Guri.
“Iya Bu, tapi aku ngak berani minta. Soalnya Ibu bilang kan nggak perlu pakai
baju baru saat lebaran.”
“Anak ibu pinter ya,” Ibu membelai kepala Guri.
“Tapi kenapa Tante Dian tahu kalau aku ingin baju lebaran ya Bu?”
“Allah yang menggerakkan hati Tante Dian. Mungkin Guri hari ini sudah melakukan
banyak kebaikan?” tebak Ibu. Guri terdiam. Pikirannya melayang ke kejadian sore
tadi. Mungkin karena dia memberikan bola pada anak itu. Guri bertekad akan
memberikan pakaiannya yang masih bagus pada anak itu besok. Terima kasih ya Allah...[]
***
*Cerpen ini diikutsertakan dalam lomba cerpen WinnerCity
Informasi Kontes SEO untuk para blogger atau MASTER SEO gan.. ada 3 kontes SEO 2014 yang baru running nih, Semua GRATIS PENDAFTARAN.
ReplyDelete*Kontes seo Afa Togel www.kontes-seo-afatogel.com/ Total hadiah 25.jt
18 januari 2014 - 18 maret 2014
*Kontes seo Batik Poker www.kontes-seo-batikpoker.com/ Total hadiah 32.jt
22 januari 2014 - 22 maret 2014
*Kontes seo Eyang Togel www.kontes-seo-eyangtogel.com/ Total hadiah 25.jt
26 januari 2014 - 26 maret 2014
info lebih lengkap masuk aja ke situsnya