Bismillahirrahmanirrahim
Sahabat, apa kalian pernah mendengar atau membaca nama Ritno Kurniawan? Jika belum, saya akan memperkenalkannya kepada kalian. Beliau adalah seorang pria yang sangat mencintai alam dan desanya. Suatu hari setelah menyelesaikan S1-nya di UGM, Bang Ritno, demikian beliau biasa disapa, memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumater Barat.
Lubuk Alung adalah sebuah kecamatan yang masih asri. Ada hutan lindung dengan aliran sungai yang indah di sana khususnya daerah Hutan Gamaran. Sayangnya penduduk di sekitar hutan Gamaran itu memanfaatkan hutan dengan cara yang salah. Mereka menebang pohon kemudian menjual kayunya. Dari sana mereka mendapatkan penghasilan untuk menghidupi keluarga mereka.
Hati Bang Ritno terpanggil untuk menghentikan pembalakan liar ini. Karena jika masyarakat terus menerus melakukan hal ini, pasti suatu hari hutan akan gundul dan bisa saja terjadi longsor yang akan membuat desa mereka terkena bencana alam. Dalam pikirannya, jika melarang warga desanya untuk menebang pohon, pasti tidak mudah. Apalagi jika tidak diberikan solusi yang bagus. Jadi Bang Ritno berusaha memikirkan solusi apa yang sebaiknya diberikan kepada masyarakat Nagari-nya ini
Suatu hari ketika berjalan ke dalam hutan bersama beberapa teman, Bang Ritno sampai di sebuah air terjun yang indah. Air terjun Nyarai, demikian masyarakat menyebutnya. Bang Ritno tiba-tiba mendapat gagasan untuk menghentikan pembalakan liar itu dengan menjadikan desa mereka sebagai desa wisata. Jika kawasan ini menjadi objek wisata, maka para penebang kayu bisa diajak sebagai pemandu wisata di air terjun Nyarai. Dengan demikian, pemalakan liar bisa dihentikan dan warga pun dapat penghasilan yang memadai dari gagasan ini.
Air terjun Nyarai ini sangat indah, tingginya sekitar 8 meter berlokasi di Nagari Salibutan, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Air terjun ini dikelilingi batu-batu besar dan pepohonan yang rindang. Airnya sangat bening dan jernih. Jika kita memandang kolam yang menampung air terjun itu, maka airnya terlihat berwarna hijau. Jalan menuju ke air terjun ini juga melewati sungai kecil yang berasal dari mata air. Sangat indah dan asri. Berada di sana membuat semua penat sirna seketika. Apalagi perjalanan dari pemukiman masyarakat menuju air terjun ini tidak membutuhkan waktu lama. Sekitar lima belas menit saja.
Bang Ritno pun mengajak beberapa temannya untuk membuka sebuah objek wisata di desa mereka. Karena beliau melihat potensi yang luar biasa dari hutan dan sungai di desa mereka. Pertama Bang Ritno dan timnya meminta pendapat kepada tetua adat di Nagari Salibutan. Mereka mengutarakan keinginan mereka untuk membuat desa mereka menjadi objek wisata.
Memang tidak mudah untuk meyakinkan para tetua adat dan masyarakat setempat dengan gagasan mereka, tapi atas izin Allah, mereka mendapat izin dari tetua adat dan masyarakat setempat. Akhirnya pada bulan April 2013, tetua adat pun meresmikan objek wisata air terjun Nyarai ini.
Awalnya Bang Ritno dan tim memberikan pelatihan kepada masyarakat yang ingin bergabung menjadi pemandu wisata dalam sebuah kelompok yang disebut Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Setelah dirasa persiapan mereka cukup, mereka mulai mempromosikan objek wisata di desa mereka. Dalam waktu kurang lebih setahun, usaha mereka membuahkan hasil. Banyak wisatawan yang berkunjung ke sana. Awalnya yang berkunjung adalah wisatawan lokal dari Riau dan sekitarnya. Tapi saat ini wisatawan mancanegara juga sudah berkunjung ke objek wisata Air Terjun Nyarai ini. Perlahan para kepala keluarga yang mempunyai pekerjaan sebagai penebang pohon, beralih menjadi pemandu wisata.
Bang Ritno dan tim memberika fee kepada mereka perhari. Jika saat menebang pohon mereka hanya mendapatkan gaji 150 ribu perpekan, maka saat ini mereka mendapatkan gaji harian 50-80 ribu. Ini tentu lebih menggiurkan dibanding menebang pohon yang beresiko tinggi dan sangat menguras tenaga.
Karena usaha mereka sudah mulai berkembang, perekonomian warga sekitar juga mulai mengeliat. Bang Ritno mendaftarkan usaha mereka ini ke Dinas Pariwisata dan Olahraga. Bang Ritno dan tim juga mengembangkan paket wisatanya bukan saja tracking, tapi ada juga kemping atau penginapan, dan drafting.Awalnya mereka mendapatkan bantuan dari dinas pariwisata berupa 2 perahu karet. Tapi saat ini jumlah perahu untuk paket wisata arum jeram mereka sudah bertambah.
Untuk masing-masing paket wisata, para pemandu mendapatkan fee yang berbeda. Saat ini jumlah anggota pemandu wisata yang dibentuk Bang Ritno sudah lebih dari 168 orang. Ini benar-benar pencapaian yang luar biasa. Mereka bersyukur kepada Allah, bahwa mereka bisa sampai sejauh ini.
Apalagi kegiatan Bang Ritno ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Baik dari kementrian pariwisata, Astra dan EUCA. Hampir tiap tahun ada saja penghargaan yang diterima pria yang sangat mencintai keluarganya ini. Mulai dari penghargaan tingkat provinsi hingga tingkat internasional. Bang Ritno juga pernah mendapatkan penghargaan dari ASTRA dalam ajang Satu Indonesia Award pada tahun 2017 lalu dalam kategori lingkungan hidup. Menyusul penghargaan lainnya dari Presiden Republik Indonesia dalam hal ini kementria Pariwisata dan Olahraga pada tahun 2019.
Bukan hanya itu, Bang Ritno juga sering berbagi ilmu dan pengalaman tentang kepariwisataan dan lainnya kepada orang lain. Kebanyakan mereka datang dari beberapa daerah yang juga ingin mengembangkan pariwisata di daerah mereka.
Pria yang berusia 39 tahun ini tentu saja ingin menularkan kebiasaan baik ini kepada anak-anak dan istrinya. Beberapa kali dia mengajak anak istrinya untuk menikmati keindahan alam anugerah dari Rabb-nya ini. Bagi Bang Ritno hutan dan sungai adalah tempat mengembalikan semua keriuhan dan masalah dalam hidup. Dia merasa tenang dan damai di dalam pelukan hutan. Hutan dan alam memberikan energi baru setiap kali dia berada di sana. Allah Swt. sudah memberikan semua kebaikan alam kepada kita, jadi tugas kita adalah menjaga dan melindunginya, demikian prinsip Bang Ritno.
Tak jarang dia berjalan sendiri ke hutan untuk mengisi ulang energinya. Pria kelahiran Bukittinggi dan penyuka fotografi ini memberikan beberapa tips tentang menghadapi hewan liar yang ada di hutan. Salah satunya ketika kita menemukan jejak babi hutan di tanah, maka kita harus tetap tenang. Tidak usah panik. Jika tak sengaja bertemu babi hutan tersebut, maka jangan lari dan jangan bersikap seperti akan menyerang. Tenang dan tidak panik itu kunci memghadapi hewan liar.
Bang Ritno sangat bahagia bila sudah berada di alam. Menyantap semangkuk mie rebus di pinggir sungai sambil menikmati merdunya kicauan burung membuat badannya dipenuhi oksitosin yang membangkitkan kebahagian tak ternilai. Kadang rafting bersama anak-anak dan istri membuat kebahagiaan itu makin lengkap. Rasanya jerih payahnya sudah terbayar dengan melihat kondisi hutan yang berhasil dilindungi dari pembalakan liar. Walau mungkin belum sempurna, tapi dia yakin, anak cucunya kelak bisa menikmati desa mereka yang masih asri ini selamanya. Kalau kalian ingin tahu keindahan sungai Nyarai, cek saja Video Sungai Nyarai di sini.
Nah, sahabat semua, ayo kita mulai langkah kecil untuk melestarikan lingkungan kita. Kita mulai dari yang terdekat dengan kita dulu, yuk. Kita bisa mencontoh gagasan Bang Ritno atau bisa juga belajar dari beliau. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Ayo! Bersama, kita pasti bisa! []
Sumber : IG dan FB Ritno Kurniawan dan lainnya