Monday, February 3, 2020

Fatimah binti Muhammad SAW, Sang Pemimpin Surga (3)

Lamaran yang Ditolak
        Hijrahnya kaum muslimke Madinah, membuat kehidupan Fatimah berubah. Penduduk Madinah menerima mereka sebagai saudara. Dakwah Rasulullah sang ayah juga makin berkembang. Fatimah langsung mendapat pelajaran tentang islam dari ayahnya. Fatimah tumbuh menjadi gadis yang dewasa dalam bersikap dan berpikir. Bahkan saking dewasanya pemikiran  dan tingkah laku Fatimah, dia dijuliki sebagai ibu dari ayahnya (Ummu abiha). Karena Fatimah selalu melayani ayahnya seperti seorang ibu terhadap anaknya.
         Nama Fatimah makin dikenal di kalangan pemuka Quraisy yang muslim mau pun yang bukan muslim. Fatimah terkenal bukan saja karena anak dari seorang Rasulullah. Dia terkenal karena kacantikan dan keluhuran budi pekertinya. Fatimah mewarisi bentuk wajah dan sifat ayahnya. Gaya jalan, gaya berbicara dan semua perilaku Fatimah sangat mirip dengan Rasulullah. Keberanian, ketegasan dan semua sifatnya juga mengikuti sifat kedua orangtuanya. Sehingga Fatimah menjadi bahan pembicaraan hampir di semua kalangan.
         Karena kecantikan wajah dan sifat Fatimah itu, beberapa pembesar suku Quraisy mencoba melamarnya menjadi istri. Suatu hari, Abu Bakar datang ke rumah Rasulullah. Beliau ingin melamar Fatimah sebagai istrinya.
         “Dia masih kecil, urusan pernikahannya, kuserahkan kepada Allah,” jawab Rasulullah waktu itu. Abu Bakar pun mundur dari keinginannya. Abu Bakar menceritakan kejadian itu pada Umar. Umar yang sangat ingin menjadi keluarga dari rasulullah pun menyatakan keinginannya untuk melamar Fatimah.
        Umar mendatangi rasulullah untuk melamar Fatimah. Jawaban Rasulullah ternyata sama. “Fatimah masih kecil. Dan aku menunggu ketentuan dari Allah tentang dia,” tolak Rasulullah. Umar pun mengerti. 
         Rasulullah bukan saja menolak dua sahabatnya itu sebagai calon menantunya. Tapi beliau juga menolak orang lain yang juga ingin melamar Fatimah. Alasan beliau selalu sama, “Urusan Fatimah, kuserahkan pada Tuhannya. Jika Allah menghendaki Fatimah menikah, maka tentunya Allah yang akan memilihkan jodoh untuk Fatimah.”       
         Abu Bakar, Umar dan beberapa orang sahabat lainnya menjadi bertanya-tanya. Kira–kira siapa yang dipilih Allah untuk menjadi suami Fatimah? Suatu hari, ketika mereka sedang berkumpul di masjid, mereka membahas hal ini. Rasulullah tidak bersama mereka saat itu.
         “Kupikir, hanya Ali yang belum melamar Fatimah. Ali tidak berani melamar Fatimah, pasti karena kemiskinannya. Jika memang karena itu alasannya, kita harus membantu Ali untuk melamar Fatimah,” saran Abu Bakar kepada teman-temannya.
         “Mudah-mudahan Allah memberi taufik kepadamu wahai Abu Bakar,” sahut Saad bin Muadz setuju. Lalu mereka pun mencari Ali bin Abi Thalib. Mereka melihat Ali sedang mengairi kebun orang anshar. Ali bekerja di kebun itu. Upahnya adalah Ali diizinkan menggunakan unta pemilik kebun itu.
         “Ada urusan apa kalian menemuiku wahai sahabatku?” tanya Ali ketika Abu Bakar menghampirinya. 
         Abu Bakar lalu menceritakan tentang keinginan pembesar Quraisy untuk melamar Fatimah yang selalu ditolak Rasulullah. 
         “Wahai Ali, sesungguhnya engkau adalah sahabat dan saudara terbaik Rasulullah. Aku berharap, Rasulullah menahan Fatimah untuk menjadi istrimu. Aku hanya ingin bertanya, apa yang mencegahmu untuk melamar Fatimah? Karena hanya engkau yang belum datang melamarnya pada Rasulullah,” tanya Abu Bakar.
          Ali menangis mendengar perkataan Abu Bakar. Siapa yang tidak ingin melamar Fatimah? Putri seorang Rasul dan juga sahabatnya.
          “Demi Allah, sesungguhnya aku sangat ingin melamar Fatimah. Hanya saja kemiskinan telah mencegahku untuk melamarnya,” sahut Ali tertunduk. 
        “Jangan berkata begitu wahai Ali. Sesungguhnya dunia beserta isinya hanyalah debu belaka di sisi Allah dan Rasul-Nya. Karena itu, segeralah lamar Fatimah,” Abu Bakar memberikan semangat pada Ali. 
Pernikahan Fatimah
         Setelah perkataan Abu Bakar itu, Ali jadi berpikir keras. Apa yang harus dilakukannya? Setelah berdoa pada Allah, Ali pun memutuskan menemui Rasulullah untuk melamar Fatimah. Walau sebelumnya hatinya sempat khawatir. Takut rasulullah tidak bisa menerimanya, karena kemiskinannya.
         Dengan menyebut nama Allah, Ali pun akhirnya menguatkan diri menemui Rasulullah. Dia mendatangi Rasulullah di rumah beliau. Begitu Rasulullah mempersilakan Ali duduk di hadapannya, rasa gugup Ali kembali menghampirinya. Dia hanya bisa tertunduk di hadapan Rasulullah tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
         “Wahai Ali, aku rasa engkau menemuiku karena suatu keperluan. Katakanlah apa keperluanmu. Insyaallah akan kupenuhi semua keperluanmu,” ucap Rasulullah membuka pembicaraan. Ali makin gugup. Tapi dalam hati dia berdoa pada Allah untuk memudahkan urusannya.
         “WahaiRasulullah, engkau sudah menganggapku sebagai anak, memberiku makan sejak aku masih kecil. Engkau juga sudah mendidikku. Allah telah memberiku petunjuk melalui engkau. Bagiku, engkau lebih utama dari kedua orangtuaku. Demi Allah, engkau adalah kekayaanku di dunia dan akhirat. “ Ali memulai permohonannya pada Rasulullah. Rasul yang mulia mendengarkan perkataan Ali dengan senyuman di wajahnya.
         “Wahai Rasulullah, aku sudah meniatkan diriku menjadi penolongmu. Di samping itu, aku juga ingin berumah tangga. Aku datang padamu untuk melamar putrimu Fatimah, dengan sungguh-sungguh. Maukah engkau menikahkanku dengannya wahai Rasulullah?” tanya Ali mantap.
         Rasulullah pun tersenyum senang mendengarnya. Beliau lalu minta izin untuk menanyakan hal itu pada Fatimah. Fatimah hanya diam ketika Rasulullah mengatakan Ali telah melamarnya. 
         “Jika engkau diam, berarti engkau setuju menerima Ali sebagai suamimu,” ujar Rasulullah sebelum meninggalkan kamar Fatimah. Rasulullah lalu mengabarkan pada Ali, bahwa beliau bersedia menikahkan Fatimah dengan Ali. 
         Hari yaang bersejarah itu pun akhirnya tiba. Karena kemiskinannya, Ali memutuskan memberikan baju besi yang biasa digunakannya untuk perang, sebagai mahar bagi Fatimah. Rasulullah lalu menikahkan mereka dengan mengadakan selamatan sederhana. Gunanya memberitahu semua sahabat dan kerabat, bahwa Fatimah, putrinya sudah menikah dengan Ali, sahabatnya. Bersambung di sini 

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^