Malam ini hujan
sangat deras. Aku masih dalam perjalanan menuju ke rumah. Mobil yang kukendarai
masih tersendat di tol. Sepertinya kemacetan kota ini takkan pernah
terselesaikan. Aku melirik kembali jam di tanganku. Sudah menunjukkan pukul
20.00 WIB. Itu artinya sudah satu jam aku berada dalam tol ini. Aku tak ingin
ketika sampai di rumah nanti, Kannaku sudah tidur.
“Huffhh...” aku menghembuskan napas kesal. Aku
meninggalkan Kanna, putriku di rumah bersama pengasuhnya. Meski pun suamiku
mengijinkanku untuk bekerja, namun rasa khawatir seorang ibu sering
menghampiriku. Hanya sedikit tawaran sinetron yang kuambil setelah aku memiliki
Kanna. Seharian tadi aku berada di lokasi sinetron Para Pencari Tuhan di daerah
Bekasi. Aku ingin segera sampai di rumah dan memeluk erat putri kecilku itu.
Demi
menghilangkan bosan dan kesal, aku menyalakan radio. Terdengar alunan merdu
Insya Allah dari Maher Zain. Alunan nadanya membuat kekesalanku sedikit
berkurang. “Insya Allah... Insya Allah... Insya Allah, ada jalan...”
Aku
kembali menginjak pedal gas. Kuberharap kemacetan sudah terurai. Baru beberapa
meter mobil melaju denga kecepatan 40 km/jam, tiba-tiba kemacetan terjadi lagi.
Ah entah apa yang terjadi di depan sana. Aku membuka kaca jendela, kulihat ada
seorang petugas tol berdiri tak jauh dari mobilku. Beberapa meter ke depan
mobilku akan memasuki pintu tol. Kucoba bertanya padanya.
“Ada
seorang pengemis tertabrak mobil di luar tol sana Bu,” sahutnya ketika kutanya
penyebab kemacetan itu. Aku terperangah,”Innalillahi... Apa sudah dibawa ke
rumah sakit?”
“Sudah
Bu.” Petugas itu pun berlalu dari hadapanku.
Kasihan sekali pengemis itu. Siapa yang akan
membiayainya di rumah sakit? Sungguh dunia ini memang takbersahabat bagi kaum
jelata. Andai kutahu di mana pengemis itu dirawat, aku akan berusaha membantu
semampuku.
Kulihat mobil di depanku sudah
kembali berjalan. Lima menit kemudian aku sudah berada di jalan utama ke
rumahku. Sepanjang jalan aku membayangkan bagaimana nasib pengemis yang
tertabrak itu? Bagaimana dengan anak dan keluarganya? Ketika aku asyik dengan
pikiranku, tiba-tiba seseorang mengetuk kaca jendela mobilku. Saat ini aku
sedang berhenti lagi di lampu merah.
Aku menoleh ke jendela. Seorang perempuan
menangis menunjuk anak yang ada dalam pangkuannya. Aku bingung, ada apa dengan
perempuan ini. Sepertinya dia juga seorang pengemis. Tapi kenapa dia menangis
sambil menunjuk anaknya? Walau bingung dan curiga, aku membuka sedikit jendela
mobil sambil tetap waspada.
“Maafkan saya Bu. Saya minta
tolong pada Ibu, tolong jaga anak saya. Saya tahu Ibu orang baik. Ibu mengenakan
hijab yang berarti ibu mengerti agama. Saya akan mengambil anak saya setelah
suami saya sembuh. Saat ini suami saya dirawat di RSCM. Tadi dia mengalami
kecelakaan di depan tol.” Ujarnya takberhenti menangis.
Aku antara iba dan curiga. Perempuan itu masih
menunggu jawabanku. Sepertinya dia sangat menunggu keputusanku. Aku memperhatikannya
sambil berdoa dalam hati. Kulihat anak perempuan yang ada dalam pangkuannya. Anak
itu sepertinya berusia 2 tahun, seusia Kanna. Aku harus mengambil keputusan.
“Baiklah, Ibu masuk ke mobil
saya. Saya akan mengantar ibu ke RSCM.” Putusku. Ibu itu terkejut. Mungkin dia
takmeyangka aku akan menyetujui permintaannya. Dia gelagapan.
“Saya hanya ingin anak saya aja
yang Ibu bawa. Saya bisa pergi sendiri.”
“Kalau Ibu mau, saya akan
mengantar Ibu. Tapi kalau tidak ya sudah, saya harus segera pergi.” Aku menginjak
pedal gas karena lampu hijau sudah menyala.
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. ^_^