Thursday, April 25, 2013

Bersyukur Dengan Cara Yang Kita Bisa



                                  
           Beberapa minggu yang lalu saya BBM-an dengan seorang teman. Sebut saja namanya Nayla. “Asyik ya sekarang kamu sudah jadi seleb,” demikian pesan yang mmpir di chat box Blackberry saya. Dengan sedikit bingung, saya membalasnya dengan pertanyaan lagi. “Seleb? Maksudnya apa?”
            Setelah itu pembicaraan kami berlanjut. Ternyata menurutnya saya sekarang berbeda dengan saya yang dulu. Sekarang saya sudah menghasilkan banyak tulisan berupa buku dan artikel atau cerpen yang dimuat di media cetak. Padahal dulu saya adalah seoang perawat yang mungkin tidak akan dikenal siapapun. Namun sekarang saya sudah dikenal banyak orang karena tulisan saya. Demikian teman itu memberi penjelasan.
            Saya hanya bersyukur atas doanya itu. Sejauh ini saya tidak merasa menjadi seleb seperti yang dia katakan. Saya kembali merenung, di usia aya yang hampir memasuki kepala 4 ini, ternyata banyak yang sudah saya raih.
          Saya sudah berhasil menjadi penulis, yang mungkin 10 tahun yang lalu tidk pernah saya pikirkan. Alhamdulillah keluarga kecil saya juga sudah mempunyai rumah dan kendaraan roda empat untuk menunjang aktifitas kami. Dan sekali lagi sepuluh tahun yang lalu saya dan suami tidak pernah mebayangkan akan mendapatkannya.
          Hasil renungan saya, ternyata apa yang saya dapatkn ini tidaklah semudah membalik telapak tangan. Kami bekerja keras untuk itu.

Terperangkap Dalam Pelukan Sakit Maag
           Saya akhirnya bercerita pada teman saya itu alasan saya menjadi penulis. Salah satu alasannya adalah saya menderita sakit maag kronis. Sakit ini saya dapatkan ketika saya hamil anak ke 3. Mungkin sebelumnya sakit ini pernah ada, sayangnya saya tidak mempedulikannya. Tapi akibatnya sekarang sakit itu membuat saya sering mengalami pusing seperti vertigo. Kadang ada rasa nyeri di dada sebelah kiri. Ketika hal ini saya konsultasikan kepada dokter, beliau mengatakan bahwa itu hanya efek dari asam lambung yang cukup tinggi. Saya bersyukur tidak ada kelainan pada jantung saya. Dokter menyarankan agar saya makan teratru dan tidak mengkonsumsi makanan pedas, asam dan yang mengandung gas.
           Semua saran dokter itu sudah saya jalankan. Penyakit itu sudah jauh berkurang walau sesekali datang menyerang. Hanya saja vertigo dan nyeri dada yang saya rasakan masih lumayan sering menghampiri. Ketika itu terjadi ketakutan akan kematian menggerayangi pikiran say. Saat itu saya banyak-banyak beristighfar agar Allah melenyapkan pikiran an rasa takut itu dari dalam pikiran saya.
             Suatu kali saya membaca tulisan tentang menulis sebagai sebuah therapi untuk berbagai penyakit. Timbul pertanyaan dalam pikiran saya. Saya kan seorang penulis? Kenapa saya tidak merasakan jika menulis itu adalah obat bagi penyakit saya? Sayapun mencoba mencari jawabannya di internet. Ternyata menulis yang menjadi therapi itu adalah ketika kita mengeluarkan ide dan pikiran yang membuat kita senang.
            Dalam artikel itu saya temukan, ketika rasa senang itu kita rasakan, maka rasa sakit. Intinya semakin kita senang dengan kegiatan menulis semakin cepat kita sembuh dari penyakt kita. Sama seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, bahwa bersedekah itu akan menyembuhkan penyakit. Karena rasa senang dan ikhlas berbagi itulah yang membuat hormon endorphrine dalam tubuh meningkat dan menekan semua rasa sakit yang akhirnya membuat seseorang menjadi sehat.
         Hal ini yang saya sampaikan kepada teman saya itu,  salah satu alasan saya menulis adalah untuk mengobati penyakit saya. Sebelumnya penyakit ini tidak separah ini karena saya menulis, setelah saya berhenti menulis sememntara waktu karena down dengan tulisan saya yang tak kunjung diterbitkan, akhirnya penyakit ini muncul. Sekarang saya mengobati penyakit ini lagi dengan hal yang sama, yaitu menulis. Alhamdulillah penyakit ini semakin hari semakin berkurang. Tadinya sekali seminggu saya harus meminum obat maag, sekarang saya tidak perlu lagi meminum obat maag. Saya cukup beristighfar dan tenang ketika vertigo menyerang, lalu saya menulis dan hasilnya vertigo itu pergi begitu saja.
          Tentunya saya tetap menjaga pola makan dan selalu mengkonsumsi madu tiap pagi. Kadang jika masuk angin atau kecapaian, dan flu menyerang saya menjadikan madu sebagai obatnya. Saya lebih suka mengkonsumsi herbal daripada minum obat kimia. Sepotong jahe dan segenggam ketumbar saya rebus dalam dua gelas air, setalah matang dan menyisakan segelas air, saya saring dan saya minum dengan menambahkan sedikit madu. Herbal ini ampuh menghilangkan flu saya.
     
Ibadah Adalah Kunci Utama
              Sebagai seorang hamba, Alhamdulillah Allah berkenan menjaga saya untuk selalu ingat denganNya. Semaksimal mungkin saya menambah rutinitas ibadah yang biasa saya lakukan. Mungkin memang belum seperti para ustaz maupun ustazah, tapi setidaknya saya sudah mulai mengejar ketertinggalan itu. Saya berusaha melakukan shalat dhuha dan membaca alqur’an setiap hari. Sebenarnya saya juga berharap agar bisa shalat tahajud setiap malam.
            Tapi ternyata hal ini yang masih menjadi sebuah PR bagi saya. Ada saja gangguan ketika hendak bangun di sepertiga malam terakhir itu. entah bayi saya yang hendak meminta Asi, atau saya sudah terbangun tapi malah menarik selimut kembali karena masih mengantuk. Hasilnya saya terbangun sesaat sebelum azan subuh, waktu untuk shalat tahajud sudah berlalu. Kalau saya beralasan bisa saja saya mengatakan bahwa saya terlalu lelah sehingga ketiduran setelah  mengerjakan pekerjaan rumah tangga sambil merawat 3 anak. Tapi alasan itu tidak bisa saya gunakan. Bukankah Allah sudah memberikan waktu yang cukup luas bagi saya? Saya berharap ke depan saya bisa melaksanakan shalat tahajud setiap malam, tanpa embel-embel alasan yang saya buat sendiri.
            Berzikir dan membaca alqur’an juga saya lakukan ketika sakit maag atau flu menyerang saya. Alhamdulillah penyakit itu cepat pergi ketika hal ini rutin saya lakukan. Saya pikir mungkin karena rasa nikmat dari berzikir itu yang membuat penyakit itu bisa menghilang. Dan saya sering membaca dan mendengar berita bahwa metode zikir sudah menjadi salah satu therapi untuk pengobatan. Air putih yang didoakan dengan menyebut nama Allah yang mulia, bisa menjadi obat bagi orang yang sakit. Subhanallah!

Cita-cita Yang Ingin Dicapai
                Ada beberapa keinginan dan target tahunan yang saya tulis dalam agenda hidup saya. Antara lain saya ingin menulis paling tidak 4 novel setahun. Lalu membuat berpuluh cerpen anak yang akan saya kirim ke media salah satunya Bobo. Saya sangat ingin tulisan saya dimuat di majalah anak yang menemani saya semenjak saya kecil itu. Harapan terbesar saya adalah berhaji ke tanah suci bersama bapak, suami dan kalau bisa bersama anak-anak. Keinginan saya juga menuntaskan hafalan Alqur’an. Terkadang saya malu melihat anak-anak yang sudah hafal juz 30 sementara saya baru hafal setengahnya.

2 comments:

  1. Menulis itu menyembuhkan. Setuju, Mbak Nelfi. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kadang semua penyakit tak terasa ketika sedang menulis ya Umi Haya. ^_^

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^