Monday, September 21, 2020

Semangat Hijrah Di Era Pandemi

           

Bismillahirrahmanirrahim


Artikel di bawah ini adalah catatan saya ketika mengikuti kajian via zoom meeting yang dibawakan ustadzah Erna Sulistiyowati di Bekasi Utara dan sekitarnya. Semoga bermanfaat



Proses hijrah bukan hal mudah. Butuh kesabaran agar mampu melakukannya dengan baik.

Makna hijrah ada 3

1.     Secara Bahasa hijrah adalah memutuskan

2.     Secara istilah  adalah berpindahnya Rasulullah SAW dan sahabat dari Mekah ke Madinah

3.     Secara maknawi hijrah adalah proses seseorang menjalani semua perintah Allah melalui Al Quran. Meninggalkan yang tidak beriman menjadi beriman, dari kebiasaan berperilaku buruk kepada kebiasaan berperilaku baik, dari kebiasaan melakukan hal haram menjadi melakukan hal halal.

 

Buah yang didapat dari proses hijrah ada dalam Al Quran:

 

Al Quran surah Annisa ayat 100

·      Allah menjanjikan bagi orang yang berhijrah mendapatkan rizki yang banyak, pahala dan kelapangan


·      Allah mengampuni dosa-dosa orang yang berhijrah

 

Al Quran surah At Taubah ayat 20-22

·      Allah akan meninggikan derajat orang yang berhijrah

·      Orang yang berhijrah mendapatkan kemenangan

·      Orang yang berhijrah akan disayang Allah

·      Mendapat keridhaan Allah

·      Mendapatkan surga yang penuh kenikmatan

 

Sikap orang yang berhijrah di era pandemi

 

·      Salah satu sikap umat islam adalah mengimani takdir dan hari kiamat yang pasti datang.

            Pandemi adalah salah satu takdir Allah. Sehingga kita lebih mengimani rukun iman yang ke 6 percaya kepada qodha dan qodar Allah. Apalagi Rasulullah juga bersabda bahwa salah satu tanda kiamat sughra adalah terjadinya wabah. Wabah thoun ini juga pernah terjadi di masa pemerintahan Umar bin Khattab RA. 25 ribu umat islam wafat saat itu. 



·      Menguatkan dan mengokohkan kecintaan kita pada Allah SWT dengan berbagai cara. Contohnya  memperbaiki shalat, menambah shalat sunnah dll

·      Semakin mesra dengan Al Quran. Menambah tilawah dari kebiasaan. Mentadabburi Al Quran, menghapal Al Quran dll. QS Al Ahzab ayat 33, QS 28 ayat 23.

Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang suci : Al Baqarah : 222. 

·      Senantiasa menghadirkan kedekatan dan kelekatan dengan anggota keluarga

·      Senantiasa menghadirkan sikap husnuzhon pada Allah SWT. QS 49: 12. Positif thinking menghadirkan positif feeling sehingga akan meningkatkan imunitas tubuh.

·      Menumbuhkan sikap sabar dan syukur terhadap semua ketentuan Allah. Bahwa semua yang kita lakukan adalah ibadah. Ibadah mahdah adalah ibadah yang ditetapkan Allah bilangan, waktu  dan tempat mengerjakannya. Sedangkan ibadah ghairu mahdah adalah ibadah selain itu. misalnya silaturrahim, menuntut ilmu, menjaga dan merawat anak dan keluarga dll.


 

 

Thursday, September 17, 2020

Hujan Badai

 

            Hari ini langit terlihat sangat cerah. Mentari bersinar terik. Kiara dan teman-temannya sedang belajar di kelas. Sekolah mereka tidak seperti sekolah anak-anak di kota. Sekolah mereka terbuat dari kayu yang sudah mulai lapuk. Sekolah itu adalah satu-satunya sekolah di desa mereka.

            Tapi Kiara dan teman-temannya sangat suka belajar. Sehingga mereka tidak keberatan belajar di kelas yang hampir rubuh. Ketika asyik belajar, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh bunyi suara angin yang menderu. Tapi mereka tak menghiraukannya. Mereka tetap belajar.

            “Ini tugas saya Kak,” ucap Kiara sambil menyerahkan tugasnya kepada Kak Imah, guru mereka. Kak Imah menerima buku yang diberikan Kiara sambil tersenyum. Kak Imah sebenarnya adalah seorang gadis berusia 19 tahun yang baru tamat SMA. Dia menggantikan sementara Bu Yuli karena sakit. 

            Kiara kembali ke bangkunya. Sekilas dia melihat keluar jendela kelas. Langit yang tadi cerah ternyata sudah berubah warna menjadi kelabu. Angin menderu makin kencang. Sepertinya badai akan segera datang. 

            “Ayo adik-adik, segera selesaikan tugas kalian. Kita akhiri kelas hari ini,” kata Kak Imah. 

            “Betul Kak, sepertinya akan turun hujan,” ujar Kiara. Baru saja Kiara menyelesaikan ucapannya, hujan pun terdengar menetes di atap kelas mereka. Hujan datang begitu deras. Angina bertiup sangat kencang. Semua anak mulai panik. Kak Imah menenangkan seisi kelas. Ada 15 anak yang hadir saat itu.

            “Ayo berkumpul di sebelah sini adik-adik. Semoga badai segera berakhir,” perintah Kak Imah. Kiara mengajak teman-temannya menuju sudut ruangan yang disarankan gurunya tadi. Kak Imah sengaja memilih tempat itu agar murid-muridnya terhindar dari tempiasan air hujan yang masuk ke dalam kelas. 

            Semakin lama badai makin besar. Suara badai menderu membuat anak-anak ketakutan. Beberapa teman Kiara sudah mulai menangis. Apalagi ketika salah satu atap kelas mereka sudah diterbangkan angin, makin kencang tangisan anak-anak itu. 

            “Apa yang harus kita lakukan Kak?” tanya Kiara dengan wajah pucat.

            Kak Imah melihat sekitarnya. Dia berlari ke lemari di sudut belakang kelas. Lalu dia mencari sesuatu di sana. 

            “Syukurlah ada tali di sini!” ucapnya senang. Kak Imah mengingatkan tali itu ke badan semua anak. Terakhir dia mengikatkan tali ke badannya. 

            “Adik-adik, kita harus keluar dari kelas ini sebelum kelas roboh dihantam badai. Kakak harap kalian harus berani dan kuat berjalan ke rumah yang di depan sana ya. Jangan panik, tetap tenang. Semoga Pak Hardi pemilik rumah itu bersedia menerima kita berteduh sementara di sana.”

            Semua murid mengangguk mengerti.  “Ayo kita berjalan sambil beriringan. Semua berada dalam satu barisan ya,” perintah Kak Imah. Kiara membantu Kak Imah mengajak teman-temannya berbaris. Posisi mereka sudah terikat tali satu sama lain. Mereka pun mulai berjalan beriringan menembus badai. 

            Sambil berjalan Kak Imah menyemangati murid-muridnya dengan melapalkan doa-doa. Rumah yang akan mereka tuju terletak sekitar dua ratus meter dari sekolah. Mereka pun mulai berjalan dengan terseok menghadapi badai.

            Lima belas menit kemudian mereka sampai di rumah Pak Hardi. Bersyukur Pak Hardi bersedia membantu Kiara dan teman-temannya. Bu Hardi memberikan teh hangat dan handuk kepada mereka semua. Bu Hardi juga memberi selimut agar mereka tidak kedinginan. 

            Beberapa jam kemudian badai pun berakhir. Orang tua murid terlihat mencari anak-anak mereka. Mereka berterima kepada Kak Imah dan keluarga Pak Hardi yang sudah menyelamatkan anak-anak mereka.

            

                                                            ***

Tips Mengenali Teman Yang Mengenakan Masker

        Saat ini kita semua wajib pakai masker demi menjaga kesehatan. Nah salah satu akibat memakai masker ini adalah kita jadi tidak mengenali orang lain. Padahal bisa jadi orang tersebut adalah saudara kita, teman, guru ato dokter yang pernah merawat kita. 

Padahal biasanya jika bertemu mereka kita pasti memberi salam atau tersenyum menyapa sambil menanyakan kabar. Lalu bagaimana jika kita tidak mengenali mereka?

Mungkinkah seseorang bisa mengenali orang lain ketika orang tersebut mengenakan masker? Misalnya ketika kita bertemu teman ato kolega di luar rumah ato luar kantor.

Jawabannya insyaallah kita bisa mengenali mereka. Begini alasannya.

Pertama jika orang itu adalah orang yang kita sayangi, orang terdekat kita seperti anak, suami, istri, ibu, kakak, adik tentunya kita sudah hapal dengan gestur tubuh, postur tubuh, dan tatapan mereka. Jadi kenali melalui tatapan mata dan gestur tubuh mereka ya.

Cara lain dengan mengenali kebiasaan mereka berpakaian. Biasanya teman, tetangga, guru ato kolegamu pasti punya keunikan tersendiri dalam hal berpakaian.
Jadi coba ingat kebiasaan pakaian mereka.

Selanjutnya kalian juga akan mengenal mereka ketika mereka bersuara memanggilmu. Karena kalian sudah familiar dengan suara mereka. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mengenali seseorang kan? Jangan lupa sapa mereka jika kalian mengenali mereka ya. Agar silaturrahim tetap terjaga.

Ada yang mau menambahkan?

Ohya, apa kalian mengenali saya jika kita  bertemu di luar ketika kita masing-masing mengenakan masker?

Saya harap jangan salah paham kalo saya tidak mengenali kalian ya. Bisa jadi mata saya yang sedang tidak berkacamata membuatmu tidak terlihat jelas di depan saya. Tetap jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan ya sahabat. 😀

Sunday, July 5, 2020

Raibnya Tape Recoreder (2)

Keesokan paginya saya teringat lagi dengan lintasan pikiran saya semalam, saya menceritakannya kepada Ni Ira. 

“Kalau begitu kita harus memperhatikan gerak-gerik Eno,” saran Ni Ira.

“Kita perhatikan kegiatannya tapi jangan terlalu mencolok,” tambah Ni Ira lagi. Saya mengiyakan saran Ni Ira. Untuk memulai misi ini, saya pun mulai berakrab-akrab dengan Eno dengan tidak melupakan terus berdoa dengan ikhlas kepada Allah. 

Dalam doa saya kali ini, saya mohon kepada Allah, jika memang yang mengambil mini tape itu Eno, tolong bantu saya agar saya bisa mengungkapnya, dan Eno mau mengembalikannya. Namun jika bukan Eno yang mengambilnya, maka ampuni saya yang telah berprasangka kepada Eno.

  Allah mengabulkan doa saya. Setelah saya mulai akrab, Eno pun bercerita kepada saya tentang seorang cowok yang sedang di taksirnya. Cowok itu sekarang sedang PKL (Praktek Kerja Lapangan) di sebuah hotel yang tidak begitu jauh dari asrama kami. 

“Kami lagi pedekate,” demikian ceritanya. “Nelfi bantuin dong gimana caranya biar saya jadi pacaran sama dia,” dia minta saran saya. 

Saya sebenarnya risih mendengarkan hal ini. Di samping saya belum mengenal cowok, saya juga tidak mengerti apa yang harus dilakukan untuk mendekati cowok. Bagi saya sangatlah tabu jika cewek yang harus mengejar-ngejar cowok. Tapi mengingat misi itu, akhirnya dengan ngasal saya sarankan untuk memberi cowok yang ditaksirnya itu sebuah hadiah. 

“Udah Nel.., saya baru saja memberinya hadiah. Dia senang dapet hadiah dari saya.” 

Tanpa diduga Eno mengatakan sesuatu yang membuat saya terkejut. Entah mengapa ketika Eno menyatakan hal itu, jantung saya berdebar-debar. Pikiran saya langsung kepada mini tape itu. Saya berusaha menahan diri untuk tidak bertanya lebih jauh. Saya tidak mau misi saya berantakan sia-sia, hanya karena kecerobohan saya.

Satu ide muncul dari pikiran saya. Saya harus mencari tahu cowok yang dimaksud Eno. Kebetulan dia tadi menyebutkan nama dan hotel di mana cowok itu PKL. Saya kembali bersyukur kepada Allah atas jalan yang sudah sedikit terang ini. 

Saya sebenarnya tidak enak hati dengan Siti yang entah berapa kali  menanyakan mini tapenya. Saya hanya bisa minta maaf dan berharap dia bersabar. Kemarin saya sempat mencari toko tempat menjual mini tape. Untuk menanyakan harganya. Teryata harganya tiga ratus ribu rupiah. 

Uang sebanyak itu jika disamakan dengan nilai rupiah sekarang mungkin sekitar tiga juga rupiah atau lebih. Tak mungkin saya dapatkan dalam waktu dua hari ini. Batas waktu yang diberikan Siti. Saya berpikir untuk menahan uang sekolah sebanyak seratus lima puluh ribu yang diberikan bapak kemarin. Saya berpikir uang itu bisa saya gunakan untuk mengganti mini tape jika dalam beberapa hari mini tape tidak saya temukan. Tapi saya harus segera mencari tambahannya. 

Saya memohon kepada Allah agar memudahkan jalan saya menyelidiki cowok itu. Alhamdulillah.., Allah kembali memperlihatkan kepada saya sebuah jalan yang semakin terang. Hari ini saya berencana minta ijin untuk keluar asrama. 

Izin keluar asrama sangat sulit didapat di hari sekolah. Kami hanya diizinkan keluar asrama di hari minggu, itupun pada jam yang telah ditentukan. Kalaupun terpaksa minta ijin di hari biasa, maka kami harus punya alasan yang sangat kuat, dan bisa dipertanggungjawabkan. Saya belum tahu akan memberikan alasan apa. 

Ketika pelajaran usai, saya bercerita tentang keinginan saya untuk minta izin keluar asrama, kepada sahabat saya yang biasa saya sapa dengan sebutan Kak Atik. Kami sekelas, walaupun tidak satu kamar, tapi saya cukup dekat dengannya. Sebelumnya saya juga menceritakan masalah saya ini kepadanya. Makanya kali ini saya juga ingin minta pendapatnya.  

“Mau kemana sih?” tanya Kak Atik.

“Ke Hotel Denai. Katanya cowok yang ditaksirnya itu PKL di sana. Eno pernah memberikan hadiah kepada cowok itu. Saya yakin hadiah yang diberikannya adalah mini tape yang saya cari. Saya ingin bertemu cowok itu, dan menanyakan tentang hadiah itu.”

“Kalau begitu kamu nggak usah ke sana. Saya punya sepupu yang kerja di sana. Kita telpon saja sepupu saya itu dan minta tolong untuk mencari tahu. Kalau kamu bertemu dia, kan belum tentu hadiah yang diberikan itu adalah mini tape. Jadi kamu akan mempermalukan dirimu sendiri,” saran Kak Atik.

Alhamdulillah.., ternyata Kak Atik punya saudara yang kerja di hotel itu. Saya tidak perlu mempermalukan diri bertemu dengan seseorang yang tidak saya kenal, ditambah lagi saya tidak perlu mencari alasan untuk ijin keluar asrama. Kami pun segera menuju telpon umum yang ada di lingkungan sekolahku. Untuk yang satu ini, kami tidak perlu minta ijin. 

Setelah Kak Atik berbicara dan bercerita tentang masalah saya kepada sepupunya yang kebetulan seorang chef di hotel itu, sang sepupu bersedia membantu kami. Saya menyebutkan merk dan warna serta ciri khusus dari mini tape yang saya cari itu. Serta yang tak kalah pentingnya kaset mungil di dalam mini tape itu berisi rekaman doa sewaktu malam penutupan orientasi siswa di sekolah kami.

Dia berjanji akan menanyakan benda yang saya cari itu kepada cowok yang namanya tadi sudah saya sebutkan. Ternyata cowok itu memang sedang PKL di hotel. Sebelumnya kami berpesan, agar saudara sepupu Kak Atik, tidak menceritakan kejadian ini kepada cowok yang kami maksud. Kami akan menelpon kembali keesokan harinya guna mengetahui hasil ‘investigasi’ sang sepupu.

Alhamdulillah, Allah benar-benar telah mempermudah jalan saya. Setelah keesokan harinya, aku menelpon kembali sepupu Kak Atik. Ternyata benda itu memang ada di tangan cowok itu. 

Sepupu Kak Atik seorang cowok, maka tak sulit baginya untuk bermain ke kos-kosan cowok yang ditaksir Eno. Setelah berbasa-basi seperlunya dia melihat mini tape itu di atas meja belajar kos-kosan. Akhirnya dia bertanya benda itu dibeli di mana dan harganya berapa. Dengan spontan si cowok menjawab bahwa benda itu di berikan sebagai hadiah oleh Eno, temannya yang bersekolah di SPK. 

Yakinlah saya ternyata benda itu memang diambil oleh teman saya sendiri. Sampai di sini saya bingung harus bagaimana selanjutnya. Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada sepupu Kak Atik ini. 

“Kalau gitu kita bicarakan hal ini nanti malam! Uni akan meminta Eno untuk datang.” Uni Ira meminta saya dan Eno untuk menemuinya di sebuah tempat yang jauh dari keramaian, setelah saya ceritakan hal ini kepada Uni Ira.

“Uni Ira punya rencana untuk menjebak Eno agar mengakui perbuatannya,” tambah Uni Ira. Tempat yang dimaksud adalah atap asrama. Sebenarnya tempat itu sebuah atap cor-coran yang biasa kami gunakan untuk menjemur pakaian. Di tempat itu disediakan jemuran, untuk mencapainya kami harus naik tangga putar.

Malam pun tiba. Dengan berdebar-debar saya ke sana. Beberapa saat kemudian Eno pun tiba. Saya tak henti-hentinya berdoa dalam hati memohon kekuatan kepada Allah, agar saya tidak sampai emosi ketika bertemu dengan teman yang telah membohongi saya ini dan membuat uang SPP saya hampir melayang.

Sepertinya Eno tidak tahu bahwa dia diminta Uni Ira untuk menemuinya sehubungan dengan masalah saya. Dia santai berjalan menuju kami. Sepertinya dia tidak memperhatikan ada saya juga di tempat itu. Namun ketika dia melihat ada saya di tempat itu, dia mulai terlihat gugup. 

Pembicaraan pun dimulai Uni Ira dari sejak pertama kali saya kehilangan mini tape itu. Eno tidak mengakui perbuatannya. Saya geregetan. Berusaha menahan diri dengan istighfar dalam hati. Saya ceritakan temuan dan penyelidikan saya beberapa hari yang lalu kepadanya.

“Ya, saya yang mengambil mini tape itu Ni Ira..,” akhirnya selama kurang lebih dua jam kami di atas atap itu, barulah dia mengakui perbuatannya. 

Alhamdulillah ya Allah... saya sangat lega dengan pengakuan ini. Hampir saja saya kehilangan kesabaran. Waktu itu sudah terlontar dari mulut saya untuk membawa masalah ini kepada pengawas asrama. Bagi kami penghuni asrama, pastilah tidak mau berhubungan dengan ibu asrama yang super killer itu. 

 “Nelfi.., Alhamdulillah mini tape itu sudah ketemu. Sekarang Nelfi ke kamar duluan ya.., Uni mau bicara sama Eno mengenai cara mengambil kembali mini tape itu.” 

Saturday, July 4, 2020

Raibnya Tape Recoreder (1)

          Hari barupun menjelang. Pagi ini seperti biasa kami shalat subuh berjamaah di mesjid. Sarapan di ruang makan. Kembali kepada kegiatan sekolah. Selasai sarapan saya berniat mengambil mini tape recorder di bawah bantal tempat semalam saya meletakkannya.
                 Rencananya saya akan mengembalikan mini tape itu kepada adik kelas dan memperdengarkan hasil rekaman yang saya buat. Selanjutnya barulah saya akan mengikuti pelajaran sekolah di kelas pagi ini.
 
Dengan bersemangat saya segera menuju tempat tidur dan menyingkap bantal, innalillahi...! Mini tape itu tidak ada di sana...! 
         Panik, saya mulai mengacak semua tempat tidur yang saya rapikan subuh tadi. Tadi pagi saya memang tidak mengubah posisi bantal, hanya melipat selimut serta sedikit merapikan alas kasur yang tidak begitu kusut. Jadi saya tidak tahu persis apakah mini tape itu masih di bawah bantal ketika saya bangun pagi tadi atau sudah hilang sejak semalam. 

Thursday, July 2, 2020

I Love You, Mom

         “Bu, makan yuk.. Keni suapin ya..,” aku menyuapkan sesendok nasi kemulutnya. Sore itu sudah jam enam , saatnya makan malam bagi mereka yang menginap disini. Dia menatapku, membuka mulutnya dan hap, nasi dan lauknya itu telah berpindah ke mulutnya. Dia selalu begitu, tidak susah memintanya untuk melakukan sesuatu. Dia akan melakukan apa saja yang kita inginkan. Dia tidak pernah mogok atau marah walau sekalipun. Dia benar-benar sangat penurut. 

     Aku sudah seperti warga yang sama di sini. Aku menginap disini, di sisi ibuku, hanya jika sekolah saja aku keluar dari tempat ini. Sepulang sekolah aku kembali ke sini. Sudah sejak lima tahun yang lalu aku melakukannya. Tapi Ibuku masih seperti yang dulu. Beliau masih diam, tidak pernah bicara. Aktifitas beliau hanyalah mandi dan selanjutnya akan duduk termenung dengan pandangan kosong.

Wednesday, July 1, 2020

Kado Untuk Ridho


            “Om, bahasa arab-nya selamat Idul Adha apa sih?” tanya Gea pada Om Ardi yang sedang asyik membaca koran. Adik mamanya itu seorang guru Agama Islam di SMA dekat rumah mereka.

            “Ucapan khusus sih nggak ada. Biasanya paling begini, Taqabbalallahu minna wa minkum. Kenapa Gea nanya-nanya bahasa arab sih?” Om Ardi meletakkan koran di meja. Mataya memandang Gea dengan rasa ingin tahu. Gea hanya tersenyum.

            “Ada deh. Ohya cara menulisnya ginama Om?” Gea memberikan selembar kertas dan pena pada Om Ardi. Om Ardi membuat tulisan yang dimaksud Gea. 

“Nih!” Om Ardi menyerahkan kertas yang sudah ditulisnya. Gea mengambil kertas itu sambil mengucapkan terima kasih. Dia pun berlalu meninggalkan adik papanya itu. Om Ardi hanya geleng-geleng kepala melihat tinggah keponakannya.