Wednesday, August 28, 2013

Berwisata Pantai di Ancol



13725897211553546779
Beberapa bulan lalu, saya dan keluarga kecil saya jalan-jalan ke Pantai Karnaval Ancol. Kami memang sering ke pantai ini. Hampir tiap minggu ketika anak bungsu kami menderita batuk karena alergi. Sebagian orang menyarankan agar kami membawa si kecil Hauzan ke pantai pada pagi hari. Udara pagi di pantai akanmempercepat penyembuhan penyakitnya.
Sejak itu, hampir tiap minggu kami ke pantai Karnaval Ancol ini. Alhamdulillah, ternyata Allah memberikan kesembuhan pada putra kami. Setelah Hauzan sembuh dan batuknya sudah tidak ada lagi, kami masih berkunjung ke pantai ini sekali sebulan hanya untuk rekreasi. Kadang kami mengajak anak-anak ke Dufan , gelanggang Samudera, Atlantis atau Seaworld. Kadang cukup bermain pasir dan ombak di pantai.

Pagi ini kami sengaja berangkat lebih awal. Niatnya agar kami tidak terjebak macet. Apalagi sudah lama kami tidak berkunjung ke pantai ini. Sesuai dengan rencana, kami sampai sekitar pukul 7.00 Wib. Karena masih pagi, kami melihat beberapa orang yang sedang berolah raga pagi di sepanjang trotoar pembatas pantai karnaval.
Anak-anak saya pun tak mau ketinggalan. Karena tadi mereka sudah membawa raket dan kok, dari rumah, maka mereka pun main bulu tangkis di depan pantai. Cuaca sangat tenang pagi itu, meskipun sedikit mendung.
Si tengah Hikmal bermain badminton bersama kakaknya. Sayangnya adeknya Hauzan pengin ikutan juga. Sementara bapaknya memotret momen yang tak tergantikan itu. Pagi itu kami bergembira bersama. Ketika sedang asyik bermain, tiba-tiba salah seorang pemilik perahu layar yang ada di pantai menawarkan pada kami untuk berlayar ke tengah laut ancol.

13725893661194216086
Sebelum Hauzan lahir sekitar 3 tahun yang lalu, kami pernah menaiki perahu ke tenah laut Ancol. Kali ini ternyata si sulung Syifa dan si tengah Hikmal juga ingin berlayar lagi ke tengah laut. Awalnya saya tidak berani menyetujui keinginan mereka, karena mendung masih mengelayut di langit Ancol. Tapi kemudian saya menyetujuinya, karena anak-anak sepertinya sangat ingin menikmati berlayar ke tengah laut.
Apalagi salah satu pemilik perahu menawarkan harga yang sangat rendah pada kami. “Lima puluh ribu saja Bu, buat penglaris.” Demikian dia membujuk.
13725879711742787703
Sungguh saya kaget mendengar harga yang ditawarkan. 3 tahun yang lalu, kalau tidak salah, kami sekeluarga mengeluarkan uang lebih dari seratus ribu untuk menaiki perahu layar itu. Tapi kenapa sekarang harganya lebih murah? Saya pun tergelitik untuk menanyakannya.
“Lima puluh ribu itu cuman hari ini aja ya Pak?” tanya saya pada pemilik perahu.
“Untuk penglaris pagi aja Bu. Kalau biasanya 200 ribu. Tapi karena ini mendung dan pengunjung pantai sepi, maka kami tawarkan dengan harga lebih murah. Yang penting kami dapat uang.” Sahut bapak itu sambil mendayung perahunya ke tengah lautan. Setelah itu 2 temannya yang lain menyalakan motor penggerak perahu agar perahu berjalan lebih kencang.
“Kenapa tidak pakai layar Pak?” tanya suami saya.
“Nanti Pak, kalau sudah menuju ke sini. Karena arah angin dari arah pantai. Jadi harus menggunakan motor ini dulu untuk menggerakkan perahu.”
Selanjutnya anak-anak terlihat sangat menikmati perahu layar itu. Hikmal yang awalnya sedikit gugup ketika akan naik perahu, jadi bisa bercanda dengan kakaknya Syifa. Layaknya anak-anak yang jarang menikmati naik perahu, mereka pun minta bapaknya mengambil foto mereka ketika berada di perahu.
Sang pemilik perahu menawarkan kami perjalanan yang agak jauh ke dekat jembatan Indosiar, namun dengan ongkos yang sama. Saya menolak karena saya melihat langit mendung. Meski pun keadaan laut sangat tenang, saya khawatir akan turun hujan. Apalagi kami belum sarapan. Saya takut anak-anak nanti akan kelaparan dan merengek minta makan.
Perahu pun berlayar semakin ke tengah. Dari kejauhan kami melihat bangunan di sepanjang pantai Karnaval Ancol semakin mengecil. Suami saya pun tak lupa mengambil foto pantai Karnaval dari tengah laut. Sayangnya karena mendung, foto yang dihasilkan kurang begitu bagus.
1372589563157839841
Perahu semakin ke tengah, anak-anak bercanda sambil melihat laut yang persis berada di samping mereka. Aroma laut yang khas menghampiri penciuman kami. Hhhmmm… segar sekali! Sudah lama sekali rasanya tidak menikmati segarnya aroma laut.Sembari menikmati tenangnya air laut di atas perahu, kami pun menikmati sarapan pagi di atas perahu.
13725881551526266305
Lima belas menit mengitari laut Ancol, kami pun kembali ke pantai Karnival. Sungguh pengalaman yang mengasyikkan pagi ini. Anak-anak meminta lagi suatu hari nanti jika cuaca bagus, mereka ingin ke tengah laut naik perahu lagi. Mereka ingin menangkap ubur-ubur. Karena tadi mereka tidak melihat satu pun ubur ubur. Mungkin karena masih pagi. Menurut pemilik perahu, biasanya ubur-ubur kelihatan agak siang.
“Baiklah sayang, insyaallah jika cuaca sudah bagus, kita naik perahu lagi untuk menangkap ubur-ubur,” janji bapaknya. Kami pun keluar dari perahu dan kembali menikmati indahnya lautan dari Pantai Karnaval hingga siang menjelang. [NS]

2 comments:

  1. yg saya sayangkan dr pantai Ancol, ombaknya udah gak ada. Tp tetep asik buat dikunjungi

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener Mak Mira. Jadinya cuman bisa main pasir aja ya. :(

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^