Puasa-puasa begini ternyata tak menyurutkan niat anak-anak ini untuk
bermain. Saya melihat mereka bermain di depan rumah saya. Tentu saja
anak saya Hikmal ikut bermain bersama mereka. Ketika saya tanya mereka
sedang main apa, begini jawaban mereka. “Ini main Piramid Bu.”
Saya ingat, dulu saya pernah juga main seperti ini. Tapi alat yang kami
gunakan adalah batu yang ditumpuk menjadi piramid. Cara bermainnya sama
persis dengan yang mereka mainkan sekarang. Tadi saya melihat mereka
membuat semacam piramid dari sebelah sendal masing-masing pemain. Jumlah
pemain biasanya sekitar 3-6 orang.
Setelah piramid sendal terbentuk, mereka mulai mencari siapa yang harus
jaga di dekat piramid dengan cara melemparkan salah sendal yang lain ke
sisi lain piramid. Lalu dengan batas selemparan sendal itu mereka
melempar piramid yang sudah mereka buat. Selanjutnya yang berhasil
membuat piramid berantakan dia berhasil lolos ke babak berikutnya.
Mereka mengulangi hal itu sampai tersisa satu orang untuk menjaga piramid. Penjaga piramid itu nanti harus membangun kembali piramidnya dan menutup matanya saat semua pemain bersembunyi. Selanjutnya setelah semua pemain bersembunyi, sang penjaga piramid harus menemukan teman-temannya yang bersembunyi tadi.
Jika berhasil menemukan satu orang, maka sang penjaga piramid harus
menyebutkan nama orang yang ditemukannya sambil melangkahi piramid tadi.
Penjaga piramid harus mencari semua temannya. Pemain yang berhasil
keluar dari persembunyiannya tanpa sepengetahuan penjaga berhak
merubuhkan piramid untuk menyelamatkan teman-temannya yang sudah
berhasil ditemukan tadi.
Di sinilah letak keberanian berkompetisi lari diadu. Ada anak yang tidak mau mencari temannya terlalu jauh dari piramid tempat dia berjaga. Biasanya karena mereka takut kalah cepat lari untuk menyelamatkan piramidnya. Teman-temannya yang tidak menerima cara permainan yang seperti itu biasanya akan mengolok sang penjaga piramid dengan sebutan penjaga ndog . Jika sudah begitu rasa percaya diri pasti akan terusik. Anak yang diolok seperti itu, biasanya akan malu dan akan mencari teman-temannya sejauh yang dia bisa.
Jika semua pemain sudah berhasil ditemukan, maka pemilihan penjaga piramid berikutnya ditentukan dengan cara mengundi nomor barisan. Semua pemain akan berbaris di belakang penjaga piramid. Lalu penjaga piramid menyebutkan sebuah angka. Bagi pemain yang berdiri di urutan angka yang disebutkan, akan menjadi penjaga piramid selanjutnya.
Permainan piramid ini di samping memberikan hiburan, juga mengajarkan
pada anak untuk berani berkompetisi. Berpikir kreatif dalam memilih
tempat persembunyian dan kompak dalam menjaga amanah. Karena mereka
tidak akan memberitahukan tempat persembunyian teman-temannya pada
penjaga piramid. Serta berani menang dan berani kalah. Dan yang
takkalah penting, anak akan sehat karena permainan ini identik dengan
berlari, menghindari penjaga piramid untuk menghancurkan piramid. Saat
itu anak-anak akan berkeringat dan bergembira.
Semoga permainan tradisional ini akan selalu dimainkan oleh anak-anak Indonesia di mana pun mereka berada. SSaya berharap, sebagai orangtua kita selayaknya memperkenalkan pada anak-anak permainan trasdisional agar anak-anak kita tidak melulu bermain dengan gadget atau games kekinian yang lebih banyak membuat anak pasif duduk di depan gadget mereka seharian. Terima kasih untuk Kemenparekraf dan Indonesia Travel yang sudah mengadakan lomba menulis bertema permainan tradisional ini. [NS]

Melempar sebelah sendal untuk mencari penjaga piramid
Mereka mengulangi hal itu sampai tersisa satu orang untuk menjaga piramid. Penjaga piramid itu nanti harus membangun kembali piramidnya dan menutup matanya saat semua pemain bersembunyi. Selanjutnya setelah semua pemain bersembunyi, sang penjaga piramid harus menemukan teman-temannya yang bersembunyi tadi.

Penjaga Piramid menutup matanya agar tidak mengetahui tempat persembunyian temannya.
Di sinilah letak keberanian berkompetisi lari diadu. Ada anak yang tidak mau mencari temannya terlalu jauh dari piramid tempat dia berjaga. Biasanya karena mereka takut kalah cepat lari untuk menyelamatkan piramidnya. Teman-temannya yang tidak menerima cara permainan yang seperti itu biasanya akan mengolok sang penjaga piramid dengan sebutan penjaga ndog . Jika sudah begitu rasa percaya diri pasti akan terusik. Anak yang diolok seperti itu, biasanya akan malu dan akan mencari teman-temannya sejauh yang dia bisa.
Jika semua pemain sudah berhasil ditemukan, maka pemilihan penjaga piramid berikutnya ditentukan dengan cara mengundi nomor barisan. Semua pemain akan berbaris di belakang penjaga piramid. Lalu penjaga piramid menyebutkan sebuah angka. Bagi pemain yang berdiri di urutan angka yang disebutkan, akan menjadi penjaga piramid selanjutnya.

Mencari Penjaga Piramid Baru dengan menyebutkan angka (Foto: Nelfi)
Semoga permainan tradisional ini akan selalu dimainkan oleh anak-anak Indonesia di mana pun mereka berada. SSaya berharap, sebagai orangtua kita selayaknya memperkenalkan pada anak-anak permainan trasdisional agar anak-anak kita tidak melulu bermain dengan gadget atau games kekinian yang lebih banyak membuat anak pasif duduk di depan gadget mereka seharian. Terima kasih untuk Kemenparekraf dan Indonesia Travel yang sudah mengadakan lomba menulis bertema permainan tradisional ini. [NS]
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. ^_^