Wednesday, June 17, 2020

Cindaku

Sore itu di rumah sakit Haikal terbaring lemah di tempat tidur. Lengan kirinya diinfus untuk menambah cairan tubuhnya. Serena memandang adiknya dengan perasaan khawatir. Nenek termenung seperti memikirkan sesuatu. 
“Kalau kalian mendengar kata nenek, pasti tidak akan seperti ini jadinya. Kalian nggak bisa dilarang sih!” gerutu Nenek pada Haikal. Nenek memang selalu melarang Serena dan adik-adiknya menerima pemberian tetangga yang juga kerabat mereka. 
“Sudahlah Nek. Lagi pula tidak mungkin Tek Ati sejahat itu,” ucap Serena. Tek Ati adalah kerabat mereka. Beliau memberi Haikal sepiring ketan minggu lalu. Sejak saat itu badan Haikal panas tinggi bahkan sampai muntah. Tek Ati mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Salman. Sejak ayahnya meninggal, Salman-lah yang menggarap kebun dan sawah milik keluarga Serena. Usia Salman tiga tahun lebih tua dari Serena. 

“Ibu kalian meninggal juga karena dikasih makanan,” gumam Nenek lagi dengan raut kesal. Wajah khawatirnya masih terlihat jelas. Serena terdiam. Sedangkan Haikal sudah tertidur pulas. 
“Sudah sore. Nenek pulang dulu,” nenek berdiri. Serena mencium tangan nenek. 
“Hati-hati ya, Nek. Tolong suruh Keanu membawa makan malam untukku,” pesan Serena. Nenek mengangguk. Beliau pamit pada istri pasien di samping Haikal. 
“Titip cucu saya ya, Bu,” ujar nenek. Ibu itu menggangguk sambil tersenyum. 
Baru beberapa menit nenek meninggalkan kamar Haikal, Tek Ati, ibu dari Salman muncul di balik pintu. Dia memberikan buah tangan untuk Haikal. 
“Ini jus jambu biji. Bagus untuk pemulihan trombosit,” ujarnya sambil meletakkan jus buatannya di atas nakas. 
“Makasih Tek,” ujar Serena sambil tersenyum. Serena bertanya dalam hati, dari mana Tek Ati tahu kalau Haikal sakit demam berdarah? Dia jadi ingat pesan nenek. Benarkah keluarga Tek Ati bermaksud jahat pada keluarganya? Serena buru-buru membuang jus pemberian Tek Ati, setelah kerabatnya itu pulang. 
*** 
Malamnya hujan turun cukup deras. Serena menyalakan I-podnya untuk mengusir sepi. Perutnya sudah mulai bernyanyi minta diisi. Sayangnya Keanu masih belum datang. 
Tiba-tiba Serena mendengar teriakan dari luar jendela kamar Haikal. 
“Ada harimau! Ada harimau!” teriak beberapa orang di luar kamar. Serena gemetaran mendengar teriakan itu. Kenapa ada harimau di sini? Ini kan rumah sakit? Batinnya. Untunglah Haikal tidak terbangun mendengar teriakan itu. Serena penasaran, tapi dia tidak berani bertanya dan melihat keluar kamar. 
Tak lama kemudian, petugas keamanan rumah sakit mendatangi kamar pasien. Mereka menenangkan pasien. 
“Tidak ada yang perlu ditakutkan. Itu tadi hanya kerjaan orang iseng,” jelas petugas itu. Serena lega mendengarnya. Rasa lapar kembali menghampiri Serena. Dia memegang perutnya yang mulai perih. 
“Nitip adik saya ya, Bu. saya mau ke kantin dulu,” pamit Serena pada istri pasien di sebelah Haikal. Ibu itu mengangguk sambil tersenyum. 
Serena bergegas melangkah menuju kantin. Malam sangat kelam. Hujan turun dengan lebat. Taman di rumah sakit memunculkan aroma sedap malam yang sangat menusuk hidung. Serena mempercepat langkahnya. Sepi sekali malam itu. 
Kantin sudah terlihat di ujung lorong. Tiba-tiba Serena melihat sekelebat bayangan mendahui langkahnya. Sekujur tubuh Serena merinding. Jantungnya berdebar kencang. Dia berlari menuju kantin. 
“Oh, syukurlah ada orang di kantin,” gumam Serena ketika melihat seseorang berjalan ke arahnya. Ketika mereka hampir berpapasan, Serena melihat orang itu ternyata orang yang sangat dikenalnya. Salman! 
Salman menatapnya dengan tatapan tajam mengerikan. Dia memegang pinggangnya seolah hendak mengambil sesuatu dari pinggangnya. Serena ingat, Salman selalu membawa kurambiak (Pisau genggam kecil yang berbentuk melengkung), ke manapun dia pergi. Instingnya mengatakan, bahwa dia harus mempersiapkan diri untuk hal terburuk. 
Serena berlari sekuat tenaga dan masuk ke dalam kantin tanpa menyapa Salman. Dia bersyukur berhasil masuk ke dalam kantin. Setidaknya ada penjaga kantin yang akan menolangnya jika Salman berniat jahat padanya. 
“Tolong bungkus nasi dan rendang,” ujar Serena setelah berhasil mengatur napasnya. 
Penjaga kantin lalu memberikan pesanan Serena. Sebelum keluar kantin, Serena memperhatikan lorong yang akan dilewatinya. Tidak ada Salman di sana. Dia bergegas kembali ke kamar adiknya. Sampai di kamar, dia segera makan.
Serena menghabiskan nasinya sambil menatap keluar jendela. Hujan masih turun dengan deras. Ketika akan memasukkan suapan terakhirnya, Serena melihat sekelebat bayangan di belakangnya melalui pantulan cermin jendela yang buram. Bayangan itu hendak menerkamnya. Serena menghentikan teriakannya ketika dia menoleh dan melihat siapa yang ada di depannya. 
“Huaaa!” 
“Ah, pengecut banget sih! Begitu aja takut,” ujar Keanu sambil terbahak. Serena kesal luar biasa. 
“Lama banget sih kamu. Aku sudah lapar ditambah kejadian aneh sejak tadi, wajar saja aku takut,” omel Serena. 
*** 
Keesokan paginya terjadi kehebohan di depan kamar Haikal. 
“Tuh kan, ada harimau di sini! Ini ada jejaknya!” ujar salah satu keluarga pasien. Keluarga pasien yang lainnya berbondong-bondong melihat. Mereka menemukan jejak kaki harimau di sepanjang koridor dan teras kamar pasien. Jejak itu hilang di rerumputan taman rumah sakit. 
“Nenek rasa itu pasti perbuatan Salman,” ujar Nenek ketika mendengar cerita Serena. Haikal dan Keanu termangu mendengarnya. 
“ Raja rimba membuat perjanjian dengan leluhur kita, dulu. Gunanya untuk menjaga kelestarian hutan. Agar manusia tidak merusak habitat mereka, maka dibutlah kesepakatan,” nenek memulai ceritanya. 
“Salah satu keturunan laki-laki keluarga kita bisa berubah menjadi manusia harimau.” 
“Hah! Untuk apa Nek?” tanya Serena tak percaya. 
“Untuk berkomunikasi dengan mereka. menyelesaikan semua permasalah yang ada antara manusia dan raja rimba,” jelas nenek. 
“Sepertinya Salman mendapatkan darah itu. Dia bisa berubah jadi Cindaku. Sayangnya dia tidak menggunakannya dengan semestinya. Dia akan mencelakai dirinya sendiri,” gumam Nenek. 
“Maksud Nenek, harimau itu benar-benar ada tadi malam? Dan dia adalah Salman?” tanya Serena tak percaya. Nenek mengangguk lemah. 
“Kita akan menangkapnya!” putus Serena beberapa menit setelah nenek selesai bercerita. Dia lalu menyusun strategi bersama Keanu. Keanu mengerti. 
*** 
Malam itu, Serena sudah berada di lapangan parkir rumah sakit. Pukul sepuluh ini mobil di parkiran sudah berkurang. Serena sengaja memilih tempat yang cukup sepi di parkir bagian timur. 
Keanu mengawasi Serena dari jarak 20 meter. Dia berdiri di dekat halaman rumah sakit yang ditumbuhi aneka pepohonan. 
Dari kejauhan Serena melihat seseorang berjalan mendekatinya. Serena duduk di bawah pohon akasia dengan sikap waspada sambil pura-pura membaca majalah Gadis, kesukaannya. 
Sosok berpakaian hitam itu makin mendekat. Jantung Serena berdebar kencang. Ketika sosok itu berada lima meter di depannya, Serena berdiri dengan sikap kuda-kuda menahan serangan. 
“Uda Salman? Sedang apa di sini?” Serena berusaha membuat suaranya terdengar tenang. 
“Kurasa, kau sudah tahu apa tujuanku ke sini!” jawab Salman dengan suara mengelegar. Dia mengeluarkan sesuatu dari pinggangnya sambil terus melangkah ke arah serena. 
“Tunggu Uda! Saya tidak mengerti maksud Uda,” Serena berusaha mengulur waktu. 
“Kau pasti sudah mendengarnya dari nenekmu. Satu-satunya cara mendapatkan hartamu adalah dengan membunuhmu seperti yang dilakukan ayahku pada ibumu,” jawabnya dengan senyum jahat. Serena terkejut mendengarnya. 
“Tapi Uda lupa. Satu-satunya cara agar Uda bisa menghabisi saya adalah dengan menjadi Cindaku.” Serena mulai membuat Salman naik darah. Wajah pemuda itu memerah menahan marah.
“Kurang ajar paja ko!” Salman melompat hendak menerjang Serena. 
“Di sini tidak ada tanah, Uda Salman!” teriak Serena mengejek. Dia lalu menghindar dari terjangan Salman. Pemuda itu tersungkur ke beton yang dikiranya tanah. 
Keanu segera membantu Serena. Dia menghajar Salman dengan kayu yang sudah disiapkannya. Sekali pukulan di belakang kepalanya, Salman sudah tak berkutik. Keanu mengikat tangan Salman ke belakang. Mereka membawanya ke kantor polisi dengan video pengakuan dari Salman yang sudah direkam Haikal sebagai bukti kejahatannya. 
*** 


Catatan : 
Tek Ati : Bibi Ati 
Uda Salman : Abang Salman 
Paja ko : anak ini 
Cindaku : manusia harimau 

         Cerpen ini sudah diterbitkan dalam bentuk komik Fantasteen, Penerbit Dar! Mizan tahun 2015 dengan judul yang sama.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^