Friday, May 20, 2016

Tips Memberikan Obat Untuk Balita dan Anak-anak

       Pagi ini, setelah mengantar Hauzan sekolah, saya mampir ke pasar untuk membeli sayur. Saya ingat, Syifa, sulung saya belum sarapan ketika saya mengantar Hauzan tadi. Dia sangat suka lontong sayur. Jadi selesai membeli sayur, saya mampir ke warung lontong sayur langganan.
      Saat menunggu pesanan saya dibungkus, saya melihat seorang ibu sedang menyuapkan obat ke mulut anaknya. Sepertinya mereka baru makan lontong di sana. Ternyata sang anak langsung memuntahkan obat yang baru diminumnya setengah sendok. Mungkin karena obat itu puyer. Puyer memang sangat pahit jika diminum begitu saja.

       Yang membuat saya tersentak kaget adalah ketika si ibu langsung menyentil telinga kanan anaknya begitu sang anak memuntahkan obat tadi. Ya ampun! Saya sampai menahan napas ketika melihat adegan cepat itu.
      Saya tahu ibu itu pasti kesal karena anaknya tidak mau minum obat. Tapi Apakah dengan menyentil sang anak, obat itu pasti masuk ke dalam perutnya? Ingin sekali saya mengingatkan sang ibu. Tapi saya menahan diri dulu. Pertama saya kuatir dibilang ikut campur urusan mereka. Kedua saya nggak mau membuat si ibu malu di depan umum karena menegur dia.
       Adegan selanjutnya si ibu memaksa anaknya meminum sisa puyer yang ada di sendok. Sang anak memang memasukkan obat ke mulutnya. Tapi beberapa detik kemudian dia berdiri dan berjalan keluar lalu memuntahkan obat itu di luar warung.
      Tuh kan? Benar yang saya pikirkan. Pasti anak itu tidak akan mau menelan obat yang sangat pahit itu jika cara ibunya memberikan seperti yang saya lihat tadi. 
      Saya perhatikan sang anak terlihat cukup lemas. Wajahnya merah, mungkin karena suhu tubuhnya yang cukup tinggi. Sesekali terdengar suara batuk dari mulutnya. Tak lama setelah anak itu memuntahkan obatnya, sang ibu pun kembali merepet. Tapi kali ini saya sengaja memperhatikan dia. Dengan harapan agar dia tidak menyentil anaknya lagi.
       Alhamdulillah ibu itu masih malu dengan tatapan saya dan penjual lontong. Dia tidak menyentil anaknya, tapi menatap saya dan berkata,"Anak ini susah sekali disuruh minum obat, Bu. Kesel saya. Padahal dia lagi sakit tipus. Ini juga badannya sudah merah-merah. Jangan-jangan ini kena Tampak juga."
      Nah saatnya saya masuk. Karena dia sudah 'minta tolong' pada saya. 
      "Gini aja Bu, puyernya ibu campurin sama madu atau sama gula. Kasih air putih dikit, lalu aduk sampai benar-benar tercampur semua. Nah baru disuapin ke anak Ibu. Insyaallah anak ibu pasti mau meminum obatnya. Karena ada rasa manis dari madu atau gula. Memang butuh waktu lebih lama dikit dari pada meminumkan langsung puyernya. Karena madu cukup kental dan lama larutnya. Tapi lebih baik dari pada dia memuntahkan obatnya kan?"
       "Oh, gitu ya Bu?" kata ibu itu.
       Saya mengangguk sambil menambahkan penjelasan saya. "Puyer itu pasti pahit. Kita aja jika minum pil utuh pasti ada rasa pahit di lidah, apalagi puyer yang sudah menjadi bubuk. Rasa pahitnya pasti merata di seluruh lidah anak. Makanya dia memuntahkannya."
        "Benar, tuh Bu. Lebih baik begitu. Anak-anak kadang gampang minum obat, kadang ada juga yang susah," tambah Ibu warung.
        Saya lihat ibu itu terdiam. Lalu saya menatap adik kecil itu. Saya ingatkan padanya untuk meminum obatnya. Tidak memuntahkan obat itu agar dia segera pulih. Anak itu mengangguk lemah. Doa saya semoga anak itu lekas sembuh. Dan ibunya diberi kesabaran dalam merawat anaknya yang sedang sakit.
      Saya sangat paham bagaimana perasaan ibu ketika anaknya sakit. Pasti dia sangat ingin anaknya segera sembuh. Tapi untuk merawat anak yang sedang sakit kita butuh kesabaran lebih dari biasanya. Pertama mereka adalah anak-anak. Kita saja, orang dewasa, jika sakit, pasti kita ingin perhatian lebih. Apalagi bagi anak-anak. 
       Berikan perhatian lebih pada mereka ketika mereka sakit.
       Kasih tahu mereka bahwa mereka harus meminum obatnya dan makan yang cukup agar mereka cepat pulih. Kasih tahu mereka dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Karena rasa empati dan sayang yang kita berikan akan membuat ananda mau mendengarkan nasehat kita.
       Berilah pujian pada mereka ketika mereka sudah makan cukup dan meminum obat mereka.
      Jika mereka menolak minum obat, berikan pilihan meminum obat dengan tambahan makanan atau minuman yang mereka sukai. Misalnya seperti minum obat sambil makan buah atau kue kesukaan. Minum obat sambil makan permen. Minum obat dengan minum jus kesukaan dan lainnya.
       Menurut saya nggak masalah minum obat dengan dicampur makanan dan minuman yang mereka suka. Kecuali antibiotik yang tidak bisa dicampur dengan susu. 
      Ohya, sebelum meminumkan obat kepada ananda, pastikan jumlah dan takaran obat yang harus diberikan. Berapa kali pemberian dalam sehari. Perhatikan tanggal kadaluarsanya. Perhatikan pemakaian obat, apakah obat luar atau obat untuk diminum. Perhatikan jarak pemberian obat, seperti obat penurun panas yang bisa diberikan kembali minimal dengan jarak 4 jam atau lebih. Apakah obat itu diminum setelah atau sebelum makan.
       Dan yang paling penting adalah, selalu memohon pada Allah agar menyembuhkan ananda dari penyakitnya. Oke, semoga ibu dan ayah bisa lebih sabar lagi menghadapi ananda yang sedang sakit ya. 
        Jangan membentak mereka ya, Bu. Ketika sehat saja kita nggak suka dibentak, apalagi ketika sakit. Saat sakit itu, semua badan kita juga sakit. Jika ditambah dengan bentakan dan pukulan atau sentilan di badan, pasti sakitnya akan berlipat ganda. Jadi saya berdoa kita semua lebih ikhlas dan sabar dalam menghadapi ujian sakit yang diberikan Allah untuk keluarga kita. 
          Semoga tip dari saya bermanfaat untuk ayah dan bunda. Ohya, jika ayah dan bunda ada tip lain, silakan berbagi di sini ya. ^_^  

2 comments:

  1. Biasanya kalau dokter anak-anak saya selalu memberi obat yang rasanya manis jadinya saya gak kesulitan memberi mereka obat. Tapi memang saya juga suka gak tega kalau harus memaksakan obat kepada anak. Apalagi sampe menyentil.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. ^_^