Wednesday, September 23, 2015

Bisakah Iri Dengan Orang Yang Sabar Menghadapi Penderitaannya

Rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput di rumah sendiri. Begitu sebagian orang mengatakan. Melihat keberhasilan orang lain atau rekan dan teman, membuat kita iri. Parahnya kita bahkan mungkin saja membuat gosip yang bukan-bukan tentang leberhasilan mereka. Bisa juga kita mendoakan agar mereka menderita dan keberhasilan mereka hilang.
    Tapi coba kita renungkan kembali, Allah menciptakan kebagiaan berbarengan dengan ujian atau penderitaan. Jadi ketika kita iri melihat seseorang kaya, berhasil, punya anak shaleh dan shalehah, punya pekerjaan keren dan semua kebahagiaan lainnya,ala yakinlah, mereka juga sudah melewati ujian atau penderitaan.

Sunday, September 20, 2015

Nikmat Yang Terlupakan

       Nikmat mata. Mungkin selama ini saya   tidak begitu memperhatikan nikmat Allah yang satu ini. Sebagai penulis, mata adalah salah satu modal utama yang wajib dijaga. Tapi saya telah lalai menjaganya. Walau dokter sudah menyarankam saya pakai kaca mata, saya hanya sesekali saja menggunakannya.
       Masih bisa kok mengetik gak pake kaca mata, demikian selalu batin saya berkata. Saya pun memaksa mata saya mengetik, membaca buku referensi, mengedit naskah, mencari referensi di gugel dan youtube, dan lainnya.

Sehingga mata saya pun merajuk. Dia memutuskan memberi peringatan kepada saya dengan cara membuat saya melihat benda seperti menonton film 3D tanpa kacamata 3D.
        Jika saya melihat hanya dengan mata kanan saja, maka benda yang ada di depan saya terlihat berwarna cokelat. Syukurnya tidak demikian ketika saya melihat dengan mata kiri saja. Mata kiri sepertinya bisa memaafkan saya.
Dengan peringatan itu, saya merasakan berbagai hal. Mulai dari bingung, vertigo, migren, sakit kepala, frustasi dan sedih.
        Ketika saya periksa ke dokter mata, menurut beliau, saya mengalami kelelahan. Bisa kelelaham fisik atau kelelahan mental seperti stres.
Tapi saya bersyukur, Allah bersedia mengingatkan saya melalui mata saya.         
        Saya mohon ampun pada Allah karena sudah melalaikan hak mata saya. Semoga saya tidak melalaikan hak anggota tubuh yang lain. Saya berdoa semoga Allah berkenan menormalkan kembali penglihatan saya. Mohon doanya juga ya sahabat.

Thursday, September 3, 2015

Doa dan Harapan di Usia 40 Tahun

Terima kasih atas usia yang sudah mencapai 40 tahun ini ya Allah
kusadari kehidupanku hanyalah milikMu
Kau berikan aku kehidupan ini, tapi kutahu belum ada yang bisa kulakukan untukMu
yang kutahu hanyalah, bahwa Engkau memutuskan memberi amanah besar pada Rasul-Mu ketika beliau berusia 40 tahun

Dalam pikiranku, artinya amanah terbesar pada setiap insan, Engkau berikan pada usia itu
kini amanah itu sudah berada di pundakku
kumohon, bimbing aku, arahkan aku untuk memikul amanah itu
jaga aku dari kejahatan jin dan manusia yang akan menjerumuskanku dan menjauhkanku dariMu
berikan padaku semua kebaikanMu


tambahkan ilmuku agar makin dekat denganMu
izin aku untuk selalu beribadah dan taat padaMu
jauhi aku dari dosa-dosa seperti Engkau menjauhkan timur dan barat
sehatkanlah badanku dan mudahkanlah segala urusanku
kabulkanlah doa dan harapanku


Ya Allah... ampuni aku dan kedua orangtuaku. kasihi mereka sebagaimana mereka mengasihiku ketika aku kecil
Rabbana atia minladunka rahmah, wahayyi'lana min amrina rasyada
Rabbana taqabbal minna innaka antassamii'ul aliim
Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhrati hasanah waqina azabannar

Terimalah doaku

Wednesday, August 5, 2015

Review Buku Seri Teka-teki Hari Ceria Islam

Monday, July 6, 2015

Menyusun Rubik Ala Anak 4,5 Tahun

Sabtu lalu, Hauzan dan Hikmal tak sengaja melihat video you tube tentang cara menyusun rubik. Mainan berbentuk kubus yang kudu disamain warnanya setelah mengacaknya terlebih dahulu.
   Hauzan sangat serius melihat video itu. Sepertinya dia tertarik untuk memiliki mainan berwarna warni tersebut. Setelah selesai menonton satu video berdurasi 4 menit, Hauzan langsung memohon pada bapaknya untuk membelikan sebuah rubik.
     Si bapak pun berjanji akan membelikannya nanti sore. Tak sabar Hauzan menunggu sore. Saking tak sabarnya beberapa kali dia mengingatkan bapaknya kalau hari sudah sore. Walau dia tahu saat itu kami baru saja shalat zuhur.

Saturday, June 13, 2015

Wisuda Hikmal

Hari ini hari wisuda atau hari kelulusan Hikmal dari SDIT Al Muchtar Bekasi. Pagi2 sekali Hikmal sudah rapi dengan pakaian seragam khusus untuk wisudanya.
Karena harus datang lebih awal, maka saya pun mengantar Hikmal ke sekolahnya lebih awal.
      Ketika sampai di sekolah, Hikmal berpesan agar saya tidak telat datang ke acara wisudanya nanti. Tentu saja saya mengangguk cepat.
Jam delapan saya pun berangkat ke acara wisuda Hikmal. Acara pun dimulai dengan khidmat.
      Saya terharu melihat Hikmal dan teman2nya terlihat sudah sangat "dewasa".  Enam tahun lalu mereka masih sangat imut. Masih sering merengek minta ini dan itu. Tapi sekarang, mereka seolah sudah sangat mandiri.
       Kenangan waktu dia memulai pendidikan dasarnya di SD ini pun kembali menyeruak di pikiran saya.
Betapa waktu cepat berlalu. Banyak cerita Hikmal mengenai guru dan teman2nya. Tapi hanya beberapa yang benar2 saya ingat. Dan saya pikir tidak akan pernah saya lupakan.
     Salah satunya adalah ketika suatu hari saya memeriksa kuku Hikmal. Waktu Hikmal kelas 3 SD. Biasanya saya yang memotong kuku putera saya itu. Tapi begitu saya lihat, kukunya ternyata sudah dipotong. Ketika saya tanya siapa yang memotong kukunya, Hikmal mengatakan bahwa Pak Uhi, salah satu gurunya yang memotong kukunya.
Sejak saat itu beberapa kali ketika saya lupa memotong kuku Hikmal, maka Pak Uhi selalu memotong kukunya. Bukan kuku Hikmal saja yang dipotong oleh pak Uhi. Tapi hampir semua kuku murid2nya yang lain.
      Menurut cerita hikmal, jika hari itu ada pelajaran Tahfiz yang diajarkan Pak Uhi, maka pak Uhi pasti memeriksa semua kuku muridnya. Yang kedapatan kukunya panjang, maka akan langsung dipotong oleh pak Uhi. Ternyata Pak Uhi tidak memukul tangan anak2 ketika kuku mereka panjang. Tapi langsung bertindak dengan membantu memotong kuku mereka.
      Saya jadi ingat, dulu sekali, waktu Syifa, kakak Hikmal masih SD, pak Uhi juga pernah beberapa kali memotong kuku Syifa.
      Betapa saya sangat terharu dengan perhatian guru seperti Pak Uhi. Hal ini mungkin sepele. Mungkin saja anak2 tidak begitu menyukainya. Karena merasa malu jika kuku mereka dipotong oleh gurunya. Hikmal juga merasakan itu. Dia malu kalau pak uhi memotong kukunya. Jadi dia berusaha ingat untuk selalu memotong kuku tiap pekan.
     Tapi saya yakin perhatian Pak Uhi pada mereka akan terus mereka kenang. Akan menjadi kenangan paling indah bagi mereka. Saya yakin, memotong kuku yang sepele itu adalah bagian dari menjaga kebersihan diri mereka.
      Semoga mereka selalu ingat bahwa mereka harus selalu bersih baik lahir mau pun batin di mana pun mereka berada.
      Semoga Pak Uhi dan keluarga selalu sehat selalu dalam lindungan dan rahmat Allah SWT di mana pun bapak berada.
Terima kasih tak terhingga kepada semua guru2 Hikmal selama di SDIT Al muchtar. Mohon maaf atas kesalahan Hikmal. Doakan Hikmal bisa menjadi pemimpin yang shalih seperti yang bapak ibu guru ajarkan.
       Semoga semua ilmu, kebaikan dan perhatian ibu dan bapak menjadi pahala dan mendapat balasan terbaik dari Allah SWT. Aamiin YRA

Tuesday, June 9, 2015

Jangan Membaca Dongeng

Beberapa waktu lalu saya mendengar dan menonton acara tausiah di sebuah TV swasta. Saat itu pembahasnnya tentang mendidik anak. Sebagai seorang ibu, tentu saja saya sangat tertarik dengan tema ini. Dengan khusu' saya mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari ustad dan ustadzah yang sedang memberikan tausiah.
    Walau semua yang mereka sampaikan itu sudah saya ketahui, tapi setidaknya bermanfaat sebagai pengingat bagi saya. Hingga pembahasam sang ustadzah sampai kepada sebuah kalimat yang meminta setiap orang tua mukmin agar tidak memberikan atau membacakan dongeng kepada anak-anaknya. Cukup dengan membacakan dan mengisahkan tentang cerita rasulullah dan sahabat beliau serta kisah dalam al quran saja.
      Sungguh saya terkejut mendengar perkataan sang ustadzah. Karena sebagai seorang penulis bacaan anak, saya tentunya menginginkan buku saya bisa dibaca semua anak. Khususnya anak muslim. Karena saya memang mengkhususkan diri menulis buku bertema cerita anak muslim.
     Jika sang ustadzah melarang para orangtua untuk membacakan kisah selain kisah dalam alquran dan hadist, apa yang terjadi dengan buku yang saya tulis? Apakah saya berdosa menulis buku-buku itu?
     Karena penasaran, saya pun mencoba menanyakan maksud beliau. Saya cari page FB beliau. Saya inbox beliau. Sayangnya pertanyaan saya tidak dijawab sampai sekarang. Alhasil saya jadi merenung tentang naskah yang akan saya tulis ke depan.
     Bagaimana jika ternyata dongeng2 yg saya tulis itu ternyata memang tidak diizinkan oleh Allah dan RasulNya? Bagaimana saya akan menanggung kesalahan saya itu nanti di akhirat? Dan beribu pertanyaan serta kekhawatiran pun mulai muncul.
      Saya segera mohon ampun pada Allah. Beberapa hari saya tidak menulis cerita dongeng dan cerpen sama sekali. Saya hanya menulis di blog saja. Hingga saya berhasil menghilangkan kegelisahan saya itu setelah beberapa hari merenung.
     Semuanya saya kembalikan pada Allah. Niat saya menulis dongeng atau cerpen untuk anak adalah agar anak anak yang membaca buku saya mendapatkan manfaat dari buku tersebut. Misalnya manfaat berupa hiburan. Syukur syukur bisa lebih dari itu. Mereka bisa mendapat suatu hikmah dari pesan yang sampaikan dalam cerita. Mereka bisa menjadi mandiri setelah membaca buku saya. Mereka jadi berani, bertanggung jawab dan makin dekat dengan teman keluarga dan kerabat mereka.
    Saya akan lebih bahagia lagi jika mereka menjadi makin taat kepada Allah dan RasulNya setelah membaca buku saya. Bukankah itu sama saja dengan saya mendapatkan pahala dari ilmu yang sudah saya ajarkan?
    Hanya seperti itu cara satu-satunya untuk mengembalikan semangat menulis saya. Khususnya menulis cerita anak. Semoga Allah mengampuni saya jika karya saya ternyata memang tidak Dia izinkan. Tapi saya yakin Dia Maha Mengetahui niat saya.
       Saya yakin Allah mengizinkan saya menuliskan semua ide saya itu jadi sebuah buku. Saya selalu mengharapkan semua kebaikan dari Allah untuk semua karya yang saya tulis.
     Segala puji bagi Allah yang sudah menenangkan saya. Terima kasih saya pada Allah yang sudah menentramkan hati saya. Semoga Dia selalu menjaga saya dari hal yang tidak diizinkanNya. Aamiin ya rabbal alamaiin...